Kejayaan Aceh Masa Sultan Iskandar Muda dan Pasukan Gajah yang Agung
Sabtu, 12 Februari 2022 - 05:26 WIB
Bagi rakyat Aceh dan Iskandar Muda, gajah merupakan bagian terpenting dari pasukan Aceh dan lambang kedudukan tertinggi yang agung. Sehingga, dirinya memonopoli semua tangkapan gajah, hingga 900 ekor untuk dirinya sendiri.
Dalam Hikayat Aceh, disebutkan keberanian-keberanian gajah Aceh sebagai senjata perang yang sangat tangguh.
"Semua gajah sangat kuat dan berani, dan jumlahnya tidak terhitung. Dan kota itu tidak dibentengi, berbeda dengan kota-kota lain yang biasanya dibentengi, karena banyak gajah tempur disitu," tulis hikayat tersebut.
Pasukan gajah Aceh, memiliki peran sebagai pendobrak. Dalam menaklukkan Kerajaan Aru, pada 1613, konon Iskandar Muda membawa 70 ekor gajah perangnya yang tangguh dan persenjataan dalam jumlah besar.
Meski memiliki kemampuan militer besar, Negara Aceh di bawah kekuasaan Sultan Iskandar Muda berdiri di atas pondasi yang rapuh. Negara ini memiliki masalah yang sama dengan negara-negara dagang pantai lainnya.
Masyarakat pedalaman Aceh tidak mudah menghasilkan suplus bahan pangan yang cukup memadai untuk menopang kota Aceh. Ditambah, ibu kota negara tidak punya hubungan yang erat dengan pedalaman Aceh.
Dari segi bahasa negara Aceh di bawah Sultan Iskandar Muda juga lemah. Bahasa Melayu digunakan di kota. Sedang di pedalaman, terdapat banyak suku bangsa. Padahal ibu kota negara sangat bergantung dengan wilayah pedalaman.
Pesatnya perkembangan di wilayah perkotaan, tidak dibarengi dengan kemampuan untuk menghidupi penduduknya.
Dalam Hikayat Aceh, disebutkan keberanian-keberanian gajah Aceh sebagai senjata perang yang sangat tangguh.
"Semua gajah sangat kuat dan berani, dan jumlahnya tidak terhitung. Dan kota itu tidak dibentengi, berbeda dengan kota-kota lain yang biasanya dibentengi, karena banyak gajah tempur disitu," tulis hikayat tersebut.
Pasukan gajah Aceh, memiliki peran sebagai pendobrak. Dalam menaklukkan Kerajaan Aru, pada 1613, konon Iskandar Muda membawa 70 ekor gajah perangnya yang tangguh dan persenjataan dalam jumlah besar.
Meski memiliki kemampuan militer besar, Negara Aceh di bawah kekuasaan Sultan Iskandar Muda berdiri di atas pondasi yang rapuh. Negara ini memiliki masalah yang sama dengan negara-negara dagang pantai lainnya.
Masyarakat pedalaman Aceh tidak mudah menghasilkan suplus bahan pangan yang cukup memadai untuk menopang kota Aceh. Ditambah, ibu kota negara tidak punya hubungan yang erat dengan pedalaman Aceh.
Dari segi bahasa negara Aceh di bawah Sultan Iskandar Muda juga lemah. Bahasa Melayu digunakan di kota. Sedang di pedalaman, terdapat banyak suku bangsa. Padahal ibu kota negara sangat bergantung dengan wilayah pedalaman.
Pesatnya perkembangan di wilayah perkotaan, tidak dibarengi dengan kemampuan untuk menghidupi penduduknya.
tulis komentar anda