Tikaman Belati Ra Tanca pada Raja Majapahit Membuka Jalan Trah Kertanegara
Selasa, 26 Oktober 2021 - 05:00 WIB
"Empu Nambi dan sanak saudaranya dibinasakan, benteng di Pajarakan diduduki". Selain memang masih berusia sangat muda. Berbagai cerita tutur menyebut, Jayanegara sebagai raja yang lemah sekaligus sewenang-wenang. Karenanya, ia mendapat julukan Kalagemet yang sebenarnya ejekan yang disamarkan.
Sepeninggal Raden Wijaya dan dinobatkannya Jayanegara jadi raja, situasi politik Kerajaan Majapahit mengalami kekacauan. Pemberontakan datang silih berganti. Foto/Ilustrasi/Tritus Julan
Jayanegara merupakan anak pernikahan Raden Wijaya dengan Dara Petak, salah satu puteri Melayu yang diboyong Kebo Anabrang sepulang menjalankan ekspedisi Pamalayu. Dara Petak menerima gelar Permaisuri Indreswari atau stri tinuheng pura yang artinya permaisuri yang dituakan.
Kedatangan Dara Petak di istana kaputren Majapahit menggeser kedudukan Tribuwana, putri tertua Raja Singasari Kertanegara yang lebih dulu dinikahi Raden Wijaya. Sejak menjadi indreswari Dara Petak berambisi keturunannya yang akan melanjutkan tahta Majapahit. Hal itu sekaligus menutup peluang trah langsung Kertanegara.
Sementara dari perkawinannya dengan Tribuwana dan Gayatri (Keduanya putri Raja Singasari Kertanegara), Raden Wijaya memiliki dua anak perempuan. Masing-masing bernama Tribuwanatunggadewi dan Radjadewi Maharadjasa. Keduanya juga dikenal dengan nama Bhre Kahuripan dan Bhre Daha.
Jayanegara yang sejak muda diangkat sebagai calon pewaris tahta Majapahit mengambil tempat latihan kekuasan di Dahanapura (sekarang Kediri). Ia sengaja mendekati tempat saudari tirinya karena khawatir akan disaingi. Termasuk saat menjadi raja, ia juga melarang Tribuwanatunggadewi dan Radjadewi menikah.
Untuk melanggengkan kekuasaannya Jayanegara membentuk pasukan Dharmaputra yang berisi tujuh orang senopati pilihan. Mereka adalah Ra Tanca, Ra Kuti, Ra Semi, Ra Pangsa, Ra Wedeng, Ra Juju dan Ra Banyak.
Dharmaputra semacam pasukan khusus yang mendapat keistimewaan raja. Mereka yang tergabung dalam Dharmaputra menerima sebutan Pangalasan atau abdi dalem wineh suka.
Sepeninggal Raden Wijaya dan dinobatkannya Jayanegara jadi raja, situasi politik Kerajaan Majapahit mengalami kekacauan. Pemberontakan datang silih berganti. Foto/Ilustrasi/Tritus Julan
Jayanegara merupakan anak pernikahan Raden Wijaya dengan Dara Petak, salah satu puteri Melayu yang diboyong Kebo Anabrang sepulang menjalankan ekspedisi Pamalayu. Dara Petak menerima gelar Permaisuri Indreswari atau stri tinuheng pura yang artinya permaisuri yang dituakan.
Kedatangan Dara Petak di istana kaputren Majapahit menggeser kedudukan Tribuwana, putri tertua Raja Singasari Kertanegara yang lebih dulu dinikahi Raden Wijaya. Sejak menjadi indreswari Dara Petak berambisi keturunannya yang akan melanjutkan tahta Majapahit. Hal itu sekaligus menutup peluang trah langsung Kertanegara.
Baca Juga
Sementara dari perkawinannya dengan Tribuwana dan Gayatri (Keduanya putri Raja Singasari Kertanegara), Raden Wijaya memiliki dua anak perempuan. Masing-masing bernama Tribuwanatunggadewi dan Radjadewi Maharadjasa. Keduanya juga dikenal dengan nama Bhre Kahuripan dan Bhre Daha.
Jayanegara yang sejak muda diangkat sebagai calon pewaris tahta Majapahit mengambil tempat latihan kekuasan di Dahanapura (sekarang Kediri). Ia sengaja mendekati tempat saudari tirinya karena khawatir akan disaingi. Termasuk saat menjadi raja, ia juga melarang Tribuwanatunggadewi dan Radjadewi menikah.
Untuk melanggengkan kekuasaannya Jayanegara membentuk pasukan Dharmaputra yang berisi tujuh orang senopati pilihan. Mereka adalah Ra Tanca, Ra Kuti, Ra Semi, Ra Pangsa, Ra Wedeng, Ra Juju dan Ra Banyak.
Dharmaputra semacam pasukan khusus yang mendapat keistimewaan raja. Mereka yang tergabung dalam Dharmaputra menerima sebutan Pangalasan atau abdi dalem wineh suka.
tulis komentar anda