Tikaman Belati Ra Tanca pada Raja Majapahit Membuka Jalan Trah Kertanegara
Selasa, 26 Oktober 2021 - 05:00 WIB
"Yang diberi kesukaan atau yang agak diistimewakan," tulis Slamet Muljana mengartikan wineh suka. Jayanegara yang kurang bisa bersikap adil dan konon gemar bermain perempuan, kecolongan. Pasukan Dharmaputra yang dibentuk untuk mengamankan kekuasaannya justru menusuknya dari belakang.
Tidak lama sepulang dari Lumajang untuk menumpas pemberontakan Nambi. Jayanegara dikejutkan dengan pemberontakan Dharmaputra yang dipimpin Ra Kuti. Meski tidak berhasil mengambil nyawa Jayanegara, serangan Ra Kuti pada malam hari memaksa Raja Majapahit itu ke luar istana.
Dengan pengawalan 15 orang Bhayangkara, Jayanegara lari dan bersembunyi di wilayah Bedander (sekarang Desa Dander, Kabupaten Bojonegoro). "Kebetulan pada waktu itu yang mendapat giliran berjaga ialah bekel Gajah Mada dengan lima belas bawahannya". Lima hari berada di Bedander, Gajah Mada mencoba mencari tahu perkembangan peta politik.
Sementara Raja Jayanegara tetap berada di persembunyian, Gajah Mada diam-diam kembali ke Kotaraja. Gajah Mada mencoba merangkai kembali jaringan politik yang tercerai berai. Dari situ ia tahu bahwa rakyat dan elit politik Majapahit masih mendukung Jayanegara daripada Ra Kuti.
Gajah Mada berhasil mengembalikan tahta Raja Jayanegara. Dalam waktu singkat ia berhasil menghancurkan Ra Kuti beserta para pengikutnya. Semua binasa, kecuali Ra Tanca. Tidak hanya lolos dari penumpasan. Ra Tanca yang memiliki kemampuan medis kembali mengabdi pada Raja Jayanegara.
"Setelah raja Jayanegara kembali ke Majapahit, sebenarnya komplotan Dharmaputra raja belum tertumpas sama sekali. Dharmaputra Tanca masih hidup," kata Slamet Muljana.
Sembilan tahun pasca pemberontakan Ra Kuti dan Ra Tanca kembali aktif mengabdi di istana ada suatu kabar mengejutkan. Suatu hari, setelah mendapat laporan istrinya, Ra Tanca mengadukan perbuatan tidak senonoh Raja Jayanegara kepada Gajah Mada.
Nyai Makacaru, istri Ra Tanca mengaku menyaksikan dengan mata kepala sendiri Jayanegara berusaha berbuat tidak senonoh kepada Tribuwanatunggadewi dan Radjadewi Maharadjasa. Ia mengadukan hal itu ke suaminya. Sementara sudah lama terdengar Jayanegara melarang keduanya menikah dan bermaksud mengawini sendiri.
Karenanya para ksatria yang mencoba mendekati saudara tirinya tersebut, selalu ia halau. Mendapat laporan itu Gajah Mada yang dihadiahi kedudukan patih Kahuripan pasca menumpas pemberontakan Ra Kuti hanya diam. Ra Tanca yang dari dulu tidak menyukai prilaku Jayanegara merasa jengkel.
Ra Tanca seperti mendapat momentum saat mendengar penyakit bubuh atau bisul Jayanegara kambuh. Raja Majapahit itu hanya bisa tergolek di pembaringan sambil mengerang kesakitan.
Tidak lama sepulang dari Lumajang untuk menumpas pemberontakan Nambi. Jayanegara dikejutkan dengan pemberontakan Dharmaputra yang dipimpin Ra Kuti. Meski tidak berhasil mengambil nyawa Jayanegara, serangan Ra Kuti pada malam hari memaksa Raja Majapahit itu ke luar istana.
Dengan pengawalan 15 orang Bhayangkara, Jayanegara lari dan bersembunyi di wilayah Bedander (sekarang Desa Dander, Kabupaten Bojonegoro). "Kebetulan pada waktu itu yang mendapat giliran berjaga ialah bekel Gajah Mada dengan lima belas bawahannya". Lima hari berada di Bedander, Gajah Mada mencoba mencari tahu perkembangan peta politik.
Sementara Raja Jayanegara tetap berada di persembunyian, Gajah Mada diam-diam kembali ke Kotaraja. Gajah Mada mencoba merangkai kembali jaringan politik yang tercerai berai. Dari situ ia tahu bahwa rakyat dan elit politik Majapahit masih mendukung Jayanegara daripada Ra Kuti.
Gajah Mada berhasil mengembalikan tahta Raja Jayanegara. Dalam waktu singkat ia berhasil menghancurkan Ra Kuti beserta para pengikutnya. Semua binasa, kecuali Ra Tanca. Tidak hanya lolos dari penumpasan. Ra Tanca yang memiliki kemampuan medis kembali mengabdi pada Raja Jayanegara.
"Setelah raja Jayanegara kembali ke Majapahit, sebenarnya komplotan Dharmaputra raja belum tertumpas sama sekali. Dharmaputra Tanca masih hidup," kata Slamet Muljana.
Sembilan tahun pasca pemberontakan Ra Kuti dan Ra Tanca kembali aktif mengabdi di istana ada suatu kabar mengejutkan. Suatu hari, setelah mendapat laporan istrinya, Ra Tanca mengadukan perbuatan tidak senonoh Raja Jayanegara kepada Gajah Mada.
Nyai Makacaru, istri Ra Tanca mengaku menyaksikan dengan mata kepala sendiri Jayanegara berusaha berbuat tidak senonoh kepada Tribuwanatunggadewi dan Radjadewi Maharadjasa. Ia mengadukan hal itu ke suaminya. Sementara sudah lama terdengar Jayanegara melarang keduanya menikah dan bermaksud mengawini sendiri.
Karenanya para ksatria yang mencoba mendekati saudara tirinya tersebut, selalu ia halau. Mendapat laporan itu Gajah Mada yang dihadiahi kedudukan patih Kahuripan pasca menumpas pemberontakan Ra Kuti hanya diam. Ra Tanca yang dari dulu tidak menyukai prilaku Jayanegara merasa jengkel.
Ra Tanca seperti mendapat momentum saat mendengar penyakit bubuh atau bisul Jayanegara kambuh. Raja Majapahit itu hanya bisa tergolek di pembaringan sambil mengerang kesakitan.
tulis komentar anda