Komando Jihad, Cara Intelijen Soeharto Menjinakkan Gerakan Ekstrim Kanan
Senin, 05 April 2021 - 05:00 WIB
Di waktu yang sama, orang-orang Darul Islam membentuk wadah baru bernama Komando Jihad. Mereka mulai mengisyaratkan, suara mereka tidak lagi utuh ke Golkar. Ada yang mulai bergeser ke PPP. Meskipun pergeseran suara pemilih tersebut, tidak signifikan.
Pembentukan Komando Jihad tidak lepas dari campur tangan Ali Moertopo. Bahkan upaya strategi Moertopo dalam menjinakkan Darul Islam. Tujuannya, aspirasi politik mereka akan tersalurkan, dan selanjutnya melupakan jalan kekerasan.
Pangdam Jawa Barat Jendral Himawan Soetanto meragukan keberhasilan strategi itu. Himawan cenderung mengkhawatirkan. Pada peringatan HUT ABRI di Jakarta 1977, Himawan bersama Pangdam di Jawa lainnya, mengonfrontasi Ali Moertopo.
"Kami semua khawatir ia (Ali Moertopo) membiarkan Komando Jihad berkembang tanpa diawasi di daerah," kata Himawan dalam buku "Intel II Medan Tempur Kedua". Dalam perbincangan itu Ali Moertopo meminta para pangdam untuk tidak merasa khawatir.
Moertopo memakai Komando Jihad untuk melawan kekuatan orang-orang komunis yang tersisa. Mereka juga dipakai untuk pendulangan suara Golkar di pemilu. Sementara Komando Jihad tidak hanya memerangi orang komunis. Mereka diam-diam memanfatkan kesempatan yang ada untuk membangun organisasi.
Kata Himawan, "Ini seperti permainan kendali siapa atas siapa". Entah mengapa. Sebelum pemilu 1977 yang berlangsung bulan Mei, Komando Jihad tiba-tiba dioperasi. Sebanyak 185 orang ditangkap di berbagai provinsi. Perinciannya, 23 orang di Jawa Timur yang menyebut diri dengan nama Barisan Jihad.
Kemudian 105 orang diamankan di Jakarta, 38 orang di Jawa Barat, dan 19 orang di Jawa Tengah. Di Sumatera, petugas menggerebek kelompok Momok Revolusioner. Secara organisasi, Komando Jihad terkapar. Jelang akhir tahun 70, semua yang sebelumnya terinspirasi Komando Jihad, tiarap. Semua bersembunyi.
Di wilayah Kecamatan Srengat, Kabupaten Blitar, seorang warga bercerita. Ia menuturkan, orang tuanya pernah ditangkap tentara karena dituduh sebagai anggota Komando Jihad. Seingat dia, orang-orang yang terlibat Komando Jihad mendapat sebutan sampul D.
Laki-laki yang kini berusia lebih 50 tahun itu mengaku tidak tahu pasti. Apa arti sampul D. Mungkin semacam kode ET (eks tapol) di KTP orang-orang eks komunis. "Saat itu anak anak dari mereka yang terlibat gerakan Komando Jihad juga tidak bisa masuk PNS," tuturnya tanpa bersedia menyebut nama. Sumber: Intel II Medan Tempur Kedua, penulis: Ken Conboy
Pembentukan Komando Jihad tidak lepas dari campur tangan Ali Moertopo. Bahkan upaya strategi Moertopo dalam menjinakkan Darul Islam. Tujuannya, aspirasi politik mereka akan tersalurkan, dan selanjutnya melupakan jalan kekerasan.
Pangdam Jawa Barat Jendral Himawan Soetanto meragukan keberhasilan strategi itu. Himawan cenderung mengkhawatirkan. Pada peringatan HUT ABRI di Jakarta 1977, Himawan bersama Pangdam di Jawa lainnya, mengonfrontasi Ali Moertopo.
"Kami semua khawatir ia (Ali Moertopo) membiarkan Komando Jihad berkembang tanpa diawasi di daerah," kata Himawan dalam buku "Intel II Medan Tempur Kedua". Dalam perbincangan itu Ali Moertopo meminta para pangdam untuk tidak merasa khawatir.
Moertopo memakai Komando Jihad untuk melawan kekuatan orang-orang komunis yang tersisa. Mereka juga dipakai untuk pendulangan suara Golkar di pemilu. Sementara Komando Jihad tidak hanya memerangi orang komunis. Mereka diam-diam memanfatkan kesempatan yang ada untuk membangun organisasi.
Kata Himawan, "Ini seperti permainan kendali siapa atas siapa". Entah mengapa. Sebelum pemilu 1977 yang berlangsung bulan Mei, Komando Jihad tiba-tiba dioperasi. Sebanyak 185 orang ditangkap di berbagai provinsi. Perinciannya, 23 orang di Jawa Timur yang menyebut diri dengan nama Barisan Jihad.
Kemudian 105 orang diamankan di Jakarta, 38 orang di Jawa Barat, dan 19 orang di Jawa Tengah. Di Sumatera, petugas menggerebek kelompok Momok Revolusioner. Secara organisasi, Komando Jihad terkapar. Jelang akhir tahun 70, semua yang sebelumnya terinspirasi Komando Jihad, tiarap. Semua bersembunyi.
Di wilayah Kecamatan Srengat, Kabupaten Blitar, seorang warga bercerita. Ia menuturkan, orang tuanya pernah ditangkap tentara karena dituduh sebagai anggota Komando Jihad. Seingat dia, orang-orang yang terlibat Komando Jihad mendapat sebutan sampul D.
Laki-laki yang kini berusia lebih 50 tahun itu mengaku tidak tahu pasti. Apa arti sampul D. Mungkin semacam kode ET (eks tapol) di KTP orang-orang eks komunis. "Saat itu anak anak dari mereka yang terlibat gerakan Komando Jihad juga tidak bisa masuk PNS," tuturnya tanpa bersedia menyebut nama. Sumber: Intel II Medan Tempur Kedua, penulis: Ken Conboy
tulis komentar anda