Kisah Panasnya Perang Intelijen Indonesia vs Uni Soviet di Masa Lampau
loading...
![Kisah Panasnya Perang...](https://pict.sindonews.net/webp/732/pena/news/2025/02/09/29/1527433/kisah-panasnya-perang-intelijen-indonesia-vs-uni-soviet-di-masa-lampau-wkr.webp)
Paspor agen Nikolai Grigoryevich Petrov alias Houdini sekitar tahun 1972. Foto/Repro/Ist
A
A
A
JAKARTA - Kisah panasnya perang intelijen Indonesia vs Uni Soviet merupakan bagian dari sejarah yang penuh intrik. Momen terjadi setelah pergantian kekuasaan dari Presiden Soekarno kepada Presiden Soeharto.
Sedikit kilas balik, Uni Soviet dan Amerika Serikat pernah menjadi dua negara adidaya di dunia. Masing-masing saling bersaing memperebutkan pengaruh di berbagai negara, termasuk di Indonesia.
Pada era 1950-an hingga 1960-an, Uni Soviet punya pengaruh besar di Indonesia. Badan intelijen Soviet, Komitet Gosudarstvennoy Bezopasnosti (KGB), bahkan cukup aktif guna memperkuat pengaruh komunis.
Namun, kondisi mulai berubah setelah peristiwa G30S/PKI pada 1965 dan naiknya Soeharto ke tampuk kekuasaan. Setelah itu, kebijakan Indonesia mulai beralih ke arah Barat dan lebih anti-komunis.
Pada beberapa operasi intelijen, agen-agen Indonesia disebutkan pernah memperdaya Komitet Gosudarstvennoy Bezopasnosti (KGB) dengan memberikan informasi yang salah atau menyesatkan. Beberapa sumber lain juga menyebut intelijen pemerintah sempat memasukkan agen ganda ke dalam jaringan KGB di Indonesia.
Setelah peralihan kekuasaan menuju Presiden Soeharto, terjadi pembersihan besar-besaran terhadap komunis. Hal ini juga menyasar jaringan intelijen Uni Soviet yang sempat bercokol di Indonesia.
Mendapati keberadaannya keberadaannya terancam, sebagian anggota KGB terus bergerak. Di Jakarta dan beberapa kota besar lain, mereka bersama GRU (dinas intelijen militer Soviet), tetap melakukan operasi secara senyap.
Pada usahanya, mereka sempat mencoba menyadap informasi rezim baru yang telah mendapat dukungan dari Amerika Serikat. Bahkan, mereka disebut berhasil menempatkan sejumlah petingginya di Indonesia.
"Mereka yakni 24 pejabat KGB dan GRU yang ditempatkan di Jakarta, Medan dan Surabaya sejak awal 70-an," ungkap Ken Conboy dalam buku “ Intel, Menguak Tabir Dunia Intelijen Indonesia”.
Sedikit kilas balik, Uni Soviet dan Amerika Serikat pernah menjadi dua negara adidaya di dunia. Masing-masing saling bersaing memperebutkan pengaruh di berbagai negara, termasuk di Indonesia.
Baca Juga
Pada era 1950-an hingga 1960-an, Uni Soviet punya pengaruh besar di Indonesia. Badan intelijen Soviet, Komitet Gosudarstvennoy Bezopasnosti (KGB), bahkan cukup aktif guna memperkuat pengaruh komunis.
Namun, kondisi mulai berubah setelah peristiwa G30S/PKI pada 1965 dan naiknya Soeharto ke tampuk kekuasaan. Setelah itu, kebijakan Indonesia mulai beralih ke arah Barat dan lebih anti-komunis.
Pada beberapa operasi intelijen, agen-agen Indonesia disebutkan pernah memperdaya Komitet Gosudarstvennoy Bezopasnosti (KGB) dengan memberikan informasi yang salah atau menyesatkan. Beberapa sumber lain juga menyebut intelijen pemerintah sempat memasukkan agen ganda ke dalam jaringan KGB di Indonesia.
Kisah Panasnya Perang Intelijen Indonesia vs Uni Soviet
Setelah peralihan kekuasaan menuju Presiden Soeharto, terjadi pembersihan besar-besaran terhadap komunis. Hal ini juga menyasar jaringan intelijen Uni Soviet yang sempat bercokol di Indonesia.
Baca Juga
Mendapati keberadaannya keberadaannya terancam, sebagian anggota KGB terus bergerak. Di Jakarta dan beberapa kota besar lain, mereka bersama GRU (dinas intelijen militer Soviet), tetap melakukan operasi secara senyap.
Pada usahanya, mereka sempat mencoba menyadap informasi rezim baru yang telah mendapat dukungan dari Amerika Serikat. Bahkan, mereka disebut berhasil menempatkan sejumlah petingginya di Indonesia.
"Mereka yakni 24 pejabat KGB dan GRU yang ditempatkan di Jakarta, Medan dan Surabaya sejak awal 70-an," ungkap Ken Conboy dalam buku “ Intel, Menguak Tabir Dunia Intelijen Indonesia”.