Menelusuri Kisah Raja Nong Isa, Penguasa Pertama Pulau Batam
Sabtu, 19 Desember 2020 - 05:00 WIB
BATAM - Bagi masyarakat asli Batam nama Raja Nong Isa pasti sudah tidak asing lagi. Raja Nong Isa atau Raja Isa bin Raja Ali adalah penguasa atau juga bisa dikatakan orang yang pertama merintis cikal bakal Pulau Batam menjadi kota seperti sekarang ini.
Raja Nong Isa, yang membuka Kampung Nongsa di Utara Pulau Batam. Dalam buku Nong Isa, Tonggak Awal Pemerintahan Batam, yang ditulis Ahmad Dahlan, Aswandi Syahri, dan Edi Sutrisno, Nong Isa bernama Raja Isa.
(Baca juga: Mengenang Arif Yoshizumi, Tokoh Intel Jepang Binaan Tan Malaka yang Gugur di Blitar)
Ayahnya adalah Raja Ali, putra Daeng Kemboja Yang Dipertuan Muda Riau III, yang menggantikan Raja Haji Fisabilillah sebagai Yang Dipertuan Muda Riau sebagai Yang Dipertuan Muda Riau V. Ibu kandungnya bernama Raja Penuh binti Sultan Salehuddin, Sultan Selangor. Sedangkan istrinya bernama Raja Buruk binti Raja Abdulsamad ibni Daeng Kamboja atau Engku Wok atau Engku Wuk. Selain itu, ia juga mempunyai istri kedua yang tidak diketahui namanya.
(Baca juga: Cerita Makam Keramat dengan Panjang 12 Meter di Batanghari Jambi)
Dalam arsip-arsip Belanda, Raja Isa dipandang sebagai tokoh penting dalam keluarga diraja Riau di Pulau Penyengat, dan namanya dicatat dan sejajar dengan tokoh lain seperti Raja Jakfar Yang Dipertuan Muda Riau VI dan lain-lain.
Menurut catatan Resident Riouw, LC Von Ranzouw, Raja Isa menjabat sebagai opvolger atau Kelana calon pengganti Raja Jakfar bila Yang Dipertuan Muda Riau itu mangkat. Jabatan Kelana itu adalah salah satu jabatan yang penting dalam hierarki kerajaan Riau-Lingga-Johor-dan Pahang, sebagaimana pernah disandangkan di pundak Raja Haji Fisabilillah.
Raja Nong Isa adalah penguasa yang pertama yang ada di Pulau Batam yang saat itu berpusat di Nongsa. Setelah dibuka oleh Raja Nong Isa, perlahan-lahan Nongsa berkembang menjadi sebuah pelabuhan yang penting menggantikan kawasan pelabuhan di sekitar Selat Bulang yang mulai sepi ditinggalkan sejak Temenggung Abdulrahman pindah ke Singapura tahun 1818.
Raja Nong Isa, yang membuka Kampung Nongsa di Utara Pulau Batam. Dalam buku Nong Isa, Tonggak Awal Pemerintahan Batam, yang ditulis Ahmad Dahlan, Aswandi Syahri, dan Edi Sutrisno, Nong Isa bernama Raja Isa.
(Baca juga: Mengenang Arif Yoshizumi, Tokoh Intel Jepang Binaan Tan Malaka yang Gugur di Blitar)
Ayahnya adalah Raja Ali, putra Daeng Kemboja Yang Dipertuan Muda Riau III, yang menggantikan Raja Haji Fisabilillah sebagai Yang Dipertuan Muda Riau sebagai Yang Dipertuan Muda Riau V. Ibu kandungnya bernama Raja Penuh binti Sultan Salehuddin, Sultan Selangor. Sedangkan istrinya bernama Raja Buruk binti Raja Abdulsamad ibni Daeng Kamboja atau Engku Wok atau Engku Wuk. Selain itu, ia juga mempunyai istri kedua yang tidak diketahui namanya.
(Baca juga: Cerita Makam Keramat dengan Panjang 12 Meter di Batanghari Jambi)
Dalam arsip-arsip Belanda, Raja Isa dipandang sebagai tokoh penting dalam keluarga diraja Riau di Pulau Penyengat, dan namanya dicatat dan sejajar dengan tokoh lain seperti Raja Jakfar Yang Dipertuan Muda Riau VI dan lain-lain.
Menurut catatan Resident Riouw, LC Von Ranzouw, Raja Isa menjabat sebagai opvolger atau Kelana calon pengganti Raja Jakfar bila Yang Dipertuan Muda Riau itu mangkat. Jabatan Kelana itu adalah salah satu jabatan yang penting dalam hierarki kerajaan Riau-Lingga-Johor-dan Pahang, sebagaimana pernah disandangkan di pundak Raja Haji Fisabilillah.
Raja Nong Isa adalah penguasa yang pertama yang ada di Pulau Batam yang saat itu berpusat di Nongsa. Setelah dibuka oleh Raja Nong Isa, perlahan-lahan Nongsa berkembang menjadi sebuah pelabuhan yang penting menggantikan kawasan pelabuhan di sekitar Selat Bulang yang mulai sepi ditinggalkan sejak Temenggung Abdulrahman pindah ke Singapura tahun 1818.
tulis komentar anda