Terungkap, di Jawa Barat Tak Ditemukan Candi meski Banyak Kerajaan

Jum'at, 08 November 2024 - 07:19 WIB
loading...
Terungkap, di Jawa Barat...
Pulau Jawa bagian barat memiliki sejumlah kerajaan besar di masanya. Namun, dari sekian banyak kerajaan, di wilayah Pulau Jawa bagian barat yang kini masuk Provinsi Jabar, Jakarta, hingga Banten, jarang ditemukan banyak candi. Foto: Dok SINDOnews
A A A
Pulau Jawa bagian barat memiliki sejumlah kerajaan besar di masanya. Tercatat selain Kerajaan Sunda, sesepuhnya tentu Kerajaan Tarumanegara yang menjadi cikal bakal Kerajaan Sunda. Jangan lupakan Kerajaan Galuh hingga Kerajaan Pajajaran yang terkenal dengan Prabu Siliwangi-nya.

Namun, dari sekian banyak kerajaan tadi, di wilayah Pulau Jawa bagian barat yang kini masuk Provinsi Jawa Barat, Jakarta, hingga Banten, jarang ditemukan banyak candi.



Hal ini berbanding terbalik di Jawa Timur dan Jawa Tengah yang banyak sekali penemuan candi-candi atau struktur cagar budaya lainnya.

Sejarawan Krom pada bukunya Het Oude Java en Zijn Kunst yang dikutip kembali Anwar Sanusi, langkanya prasasti di Jabar dikarenakan di daerah ini tidak ada raja merdeka.

Menurut Krom, Jabar sebagaimana ditulis pada buku "Melacak Sejarah Pakuan Pajajaran dan Prabu Siliwangi", dari Saleh Danasasmita, dijajah bergantian oleh Sriwijaya, Singasari, Majapahit, dan Mataram. Alhasil, Krom berteori bahwa keberadaan prasasti merupakan tanda ada atau tidaknya kerajaan yang merdeka.

Teori lain muncul dari Wertheim yang menyatakan, masyarakat Jawa Barat termasuk dalam tipe masyarakat ladang, sedangkan masyarakat Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Bali tergolong masyarakat sawah.

Bangunan masyarakat yang berbeda tentu saja akan menghasilkan corak kebudayaan berbeda, bahkan perkembangan sejarahnya pun boleh jadi berlainan. Hampir dapat dipastikan bahwa masyarakat Pajajaran pada umumnya adalah masyarakat ladang, masyarakat huma.

Ciri masyarakat ladang sebagaimana di masyarakat Jawa Barat mulai dari kerap tinggal berpencar sesuai dengan ladang yang sedang digarapnya. Akibatnya, sifat masyarakat ladang cenderung lebih individual dan lebih percaya pada kemampuan diri sendiri.

Berbeda dengan masyarakat sawah yang bekerja hanya sampai waktu pecat sawed (menjelang Zuhur atau tengah hari), masyarakat ladang bekerja hingga sore, bekerja hampir seharian penuh. Akibatnya, hubungan dengan tetangga agak renggang dan jarang karena letak yang berjauhan.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1814 seconds (0.1#10.140)