Kerajaan Sunda Pajajaran yang Tak Bisa Ditaklukan Majapahit dan Singasari

Minggu, 18 Oktober 2020 - 05:06 WIB


Pusat pemerintahan atau ibu kota terakhir Pajajaran sebelum hancur oleh pasukan Islam dari Demak dan Banten berada di sebuah kota bernama Dayo. Para ahli meyakini, Dayo yang dimaksud adalah kawasan yang meliputi Kabupaten Bogor dan Kota Bogor di Jawa Barat saat ini.

Hal ini diketahui dari sejumlah naskah-naskah kuno dan catatan perjalanan penjelajah Eropa. Tome Pires dalam catatan perjalanannya Suma Oriental menyebut bahwa Dayo menjadi kota yang paling sering ditinggali oleh Raja Pajajaran. Raja memiliki istana yang sangat megah, dibangun dengan 330 pilar kayu setinggi lima depa, dengan ukiran indah di atasnya.

Kemudian pada 1856, Administrator orientalis dan kolonial John Crawfurd (1783-1868), berhasil memecahkan soal misteri lokasi Kota Dayo. Crawfurd melakukan penelitian yang dicatat dalam A Descriptive Dictionary of the Indian Islands and Adjent Countries.

“Buitenzorg (Bogor) adalah ibukota Kerajaan Pajajaran karena ditemukan bekas fondasi istana, banyak sekali puing-puing bebatuan serta prasasti,” jelas Crawfurd.

Kemudian berdasarkan naskah kuno atau prasasti juga Ibu Kota Pajajaran menyebut pusat Kerajaan Pajajaran berada di Bogor, yang dalam Prasasti Batu Tulis disebut Pakuan.

Tom Pires (1513 M) di dalam buku berjudul “The Suma Oriental”, menyebutkan bahwa ibu kota kerajaan Sunda disebut dayo (dayeuh) itu terletak sejauh sejauh dua hari perjalanan dari Kalapa (Jakarta). Menurut Laporan VOC, perjalanan dari bekas benteng Pakuan ke muara Ciliwung tempat benteng VOC memakan waktu dua hari.

Sedangkan, Amir Sutaarga (1966) menguraikan tentang asal nama Pakuan yang merujuk pada pendapat beberapa ahli, seperti Holle, Poerbatjaraka dan Tendam.

Menurut Holle arti kata Pakwa Pajajaran berasal dari kata paku (pohon paku, pakis), sehingga Pakuan Pajajaran akan berarti : “tempat yang ada jajaran pohon-pohon paku”, sedangkan menurut Prof Poerbatjaraka, kata Pakwan sama dengan ‘hof’ (istana, dalam bahasa jawa ‘pakuwon’ artinya tempat kediaman) yang berasal dari kata ‘kuwu’ Pakuwuan (bahasa kawi klasik Pakuwwan) dengan lidah Urang Sunda Pakuan akhiranya menjadi Pakwan.

Penafsiran lain dari karangan Tendam, yang menyatakan, bahwa kata paku harus dihubungkan dengan lingga kerajaan yang ada di sebelah Prasasti Batutulis.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More Content