Kisah Heroik Jenderal Kopassus Letjen Sutiyoso, Bopong Anak Buah yang Tertembak sambil Panggul Senjata
Minggu, 13 Oktober 2024 - 18:38 WIB
Sedangkan Tim Umi dipimpin Sutiyoso menyusup ke Suai. Inilah penyusupan terjauh saat Operasi Flamboyan.
Menjelang tengah malam ketika mendekati Suai, pasukan kemudian dibagi dua mengingat ada dua sasaran yang menjadi target yakni markas polisi dan markas tentara.
Sutiyoso menyasar markas tentara. Sedangkan, pasukan kecil dipimpin Letnan Bambang bergerak menuju markas polisi.
Pada pukul 01.00 waktu setempat, Sutiyoso member isyarat dengan melepas tembakan. Kedua tim kemudian secara serentak melakukan penyerangan ke markas polisi dan tentara. Terjadi perlawanan sengit. Setelah pertempuran selama 20 menit, Sutiyoso melepas tembakan sebagai isyarat untuk mundur sesuai strategi hit and run.
Sutiyoso mendapat laporan Sersan Parman yang bertugas sebagai penembak roket launcher tertembak di kakinya. Begitu pula pembantunya Sarwono tertembak sehingga satu jari tangannya putus.
Termasuk empat anggota lainnya yang tertembak. Namun saat akan dijemput, ternyata Sersan Parman dan Sarwono telah berpindah.
Di tengah kejaran pasukan musuh, pertempuran sengit terus terjadi. Pergerakan tim Sutiyoso untuk kembali ke Kotabot terhambat karena harus bertempur dan membopong empat anggotanya yang tertembak.
Dalam perang dahsyat seperti itu, keempat orang yang tertembak “mestinya” ditembak mati supaya tidak menjadi beban.
Bahkan para senior yang dihubunginya melalui radio telah menyarankan supaya ditinggal saja. Tapi Sutiyoso tidak tega. Sutiyoso bersama tiga anggota pasukan kemudian membopong mereka yang terluka sambil memanggul senjata.
Di tengah gempuran pasukan musuh, Sutiyoso bersama tim nya terus melakukan perlawanan sambil bergerak menuju tempat yang aman. Bahkan, anggota yang dipapah Sutiyoso meminta supaya dia ditinggal dan dibekali granat. Jika sewaktu-waktu tertangkap, maka mereka akan meledakkan diri dengan granat tersebut.
Menjelang tengah malam ketika mendekati Suai, pasukan kemudian dibagi dua mengingat ada dua sasaran yang menjadi target yakni markas polisi dan markas tentara.
Sutiyoso menyasar markas tentara. Sedangkan, pasukan kecil dipimpin Letnan Bambang bergerak menuju markas polisi.
Pada pukul 01.00 waktu setempat, Sutiyoso member isyarat dengan melepas tembakan. Kedua tim kemudian secara serentak melakukan penyerangan ke markas polisi dan tentara. Terjadi perlawanan sengit. Setelah pertempuran selama 20 menit, Sutiyoso melepas tembakan sebagai isyarat untuk mundur sesuai strategi hit and run.
Sutiyoso mendapat laporan Sersan Parman yang bertugas sebagai penembak roket launcher tertembak di kakinya. Begitu pula pembantunya Sarwono tertembak sehingga satu jari tangannya putus.
Termasuk empat anggota lainnya yang tertembak. Namun saat akan dijemput, ternyata Sersan Parman dan Sarwono telah berpindah.
Di tengah kejaran pasukan musuh, pertempuran sengit terus terjadi. Pergerakan tim Sutiyoso untuk kembali ke Kotabot terhambat karena harus bertempur dan membopong empat anggotanya yang tertembak.
Dalam perang dahsyat seperti itu, keempat orang yang tertembak “mestinya” ditembak mati supaya tidak menjadi beban.
Bahkan para senior yang dihubunginya melalui radio telah menyarankan supaya ditinggal saja. Tapi Sutiyoso tidak tega. Sutiyoso bersama tiga anggota pasukan kemudian membopong mereka yang terluka sambil memanggul senjata.
Di tengah gempuran pasukan musuh, Sutiyoso bersama tim nya terus melakukan perlawanan sambil bergerak menuju tempat yang aman. Bahkan, anggota yang dipapah Sutiyoso meminta supaya dia ditinggal dan dibekali granat. Jika sewaktu-waktu tertangkap, maka mereka akan meledakkan diri dengan granat tersebut.
Lihat Juga :
tulis komentar anda