Kisah Keroncong, Genre Musik Kebanggaan Bung Karno yang Terjebak Stigma PKI
Senin, 30 September 2024 - 07:15 WIB
“Ada kasus seorang kakek di Jakarta namanya Supaksi dihentikan, karena diindikasikan dia memainkan lagu-lagu yang mengarah katanya dianggap warnanya orang merah komunis, pasca 65 dihentikan dianggap sebagai lekra, padahal dia bukan lekra. Dia ngamennya memang genre-nya keroncong, tapi dianggap sebagai lekra,” terangnya.
Keberpihakan Bung Karno kepada blok kiri di ujung pemerintahannya sebagai presiden juga membuat stereotipe musik keroncong identik dengan komunis juga kian kuat. Hal ini diperparah peristiwa yang ternyata membuat membawa musik keroncong, jadi labelnya PKI kala itu.
“Ambisinya Bung Karno itu (mempromosikan musik keroncong) yang nggak bisa dihilangkan, tapi dari situ dia akhirnya tersandung, mungkin kayak gitu. Makanya pasca peristiwa 65 orang–orang (yang main musik) keroncong itu dianggap pro Soekarno dan berkomunis, makanya orang keroncong dianggap juga orang komunis, orang lekra,” jelasnya.
Sementara itu, Pendiri Museum Musik Indonesia (MMI) Hengki Herwanto mengakui Bung Karno merupakan pecinta musik keroncong. Bahkan, ada salah satu album yang berisikan lagu-lagu pilihan Presiden Republik Indonesia pertama, Ir Soekarno.
"Jadi ada salah satu album dalam koleksi kita menunjukkan bahwa Bung Karno merupakan pecinta musik nasional, termasuk keroncong. Jadi dalam album itu, isi lagu-lagunya itu merupakan pilihan Bung Karno," kata Hengki.
Album itu berhasil didokumentasikan dan diarsipkan dalam bentuk digital. Tujuannya semata-mata demi dapat mengabadikan bukti-bukti otentik sejarah bangsa agar tak hilang ditelan zaman, serta tetap bisa diakses masyarakat luas.
"Keroncong sebagai musik yang lahir di negara kita perlu diperkenalkan, disosialisasikan, dan diedukasikan ke generasi muda untuk memahami warisan budaya bangsa kita," pungkasnya.
Lihat Juga: Kisah Cinta Jenderal Sudirman dengan Siti Alfiah, Gambaran Tentang Cinta yang Tak Memandang Harta
Keberpihakan Bung Karno kepada blok kiri di ujung pemerintahannya sebagai presiden juga membuat stereotipe musik keroncong identik dengan komunis juga kian kuat. Hal ini diperparah peristiwa yang ternyata membuat membawa musik keroncong, jadi labelnya PKI kala itu.
“Ambisinya Bung Karno itu (mempromosikan musik keroncong) yang nggak bisa dihilangkan, tapi dari situ dia akhirnya tersandung, mungkin kayak gitu. Makanya pasca peristiwa 65 orang–orang (yang main musik) keroncong itu dianggap pro Soekarno dan berkomunis, makanya orang keroncong dianggap juga orang komunis, orang lekra,” jelasnya.
Sementara itu, Pendiri Museum Musik Indonesia (MMI) Hengki Herwanto mengakui Bung Karno merupakan pecinta musik keroncong. Bahkan, ada salah satu album yang berisikan lagu-lagu pilihan Presiden Republik Indonesia pertama, Ir Soekarno.
"Jadi ada salah satu album dalam koleksi kita menunjukkan bahwa Bung Karno merupakan pecinta musik nasional, termasuk keroncong. Jadi dalam album itu, isi lagu-lagunya itu merupakan pilihan Bung Karno," kata Hengki.
Baca Juga
Album itu berhasil didokumentasikan dan diarsipkan dalam bentuk digital. Tujuannya semata-mata demi dapat mengabadikan bukti-bukti otentik sejarah bangsa agar tak hilang ditelan zaman, serta tetap bisa diakses masyarakat luas.
"Keroncong sebagai musik yang lahir di negara kita perlu diperkenalkan, disosialisasikan, dan diedukasikan ke generasi muda untuk memahami warisan budaya bangsa kita," pungkasnya.
Lihat Juga: Kisah Cinta Jenderal Sudirman dengan Siti Alfiah, Gambaran Tentang Cinta yang Tak Memandang Harta
(kri)
tulis komentar anda