Kisah Cinta Jenderal Kopassus Agum Gumelar, Dendang Pesta Ultah sebagai Jembatan Hati

Sabtu, 24 Agustus 2024 - 06:26 WIB
Setelah di Lampung, Agum ditarik ke Jakarta. Pangkatnya naik menjadi brigadir jenderal sebagai Direktur A Badan Intelijen Strategis (BAIS). Setelahnya dia dijadikan Komandan Jenderal Kopassus sejak 1993 hingga 1994.



Dalam sebuah rapat pimpinan ABRI, sebagai komandan Kopassus, Agum Gumelar bilang:

“Kalau kita menganggap Megawati dan para pendukungnya musuh, kalau kita menganggap Gus Dur dan pengikutnya musuh, kalau kita menganggap kelompok Petisi 50 musuh dengan pengaruh-pengaruhnya musuh, maka sesungguhnya kita kebanyakan musuh. Padahal falsafah Cina Sun Tzu, menyatakan bahwa seribu kawan masih kurang, satu musuh kebanyakan.”



Ucapan itu rupanya dianggap gila di zaman Orde Baru. Bersama Jenderal Hendropriyono, Agum dianggap jenderal yang bersimpati kepada Megawati. Jadi tak heran jika dirinya yang baru setahun jadi orang nomor satu di Kopassus langsung dimutasi.

Untung saja mutasinya ke Medan. Di sana dia dijadikan Kepala Staf Kodam Bukit Barisan. Mertua Agum berasal dari daerah itu. Ahmad Tahir termasuk salah satu tokoh dalam Pertempuran Medan Area pada 1945.



Namun, Agum merasa jabatan itu seperti hukuman. Jabatan tersebut membuatnya terpisah dari istri, yang masih jadi anggota dewan, dan anaknya. Pada 1996 Agum ditarik ke Jakarta dan menjadi Staf Ahli Panglima ABRI, yang kala itu dijabat Feisal Tandjung.

Ada yang memprediksi karier Agum bakal mandek. Itu tidak lama. Pada pertengahan 1996 dia ditunjuk menjadi Panglima Kodam Wirabuana di Makassar. Pangkatnya pun naik jadi Mayor Jenderal (Mayjen).
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More Content