Asal Usul Ibu Kota Kerajaan Majapahit dari Hutan Tarik ke Trowulan
Senin, 20 Mei 2024 - 12:55 WIB
“Maka, tanpa melakukan widyapurba karena dia bukan merupakan widyapurbaman, dengan yakin mengatakan bahwa itulah ibu kota Majapahit. Artinya, sejak 1920, Kota Trowulan itu dinobatkan sebagai ibu kota Majapahit,” jelasnya.
Dalam sumber lainnya disebutkan, nama Trowulan sudah dikenal sejak awal abad ke-16. Wardenaar, pada 1815, telah menyebutnya sebagai ibu kota Majapahit. Tanpa ragu, dia juga menyebut Trowulan peninggalan Majapahit.
Saat ini, Trowulan dijadikan nama desa sekaligus kecamatan. Kecamatan Trowulan terdiri dari 16 desa dan hanya 6 desa yang ada peninggalan Majapahit, yakni Bejijong, Jati Pasar, Sentono Rejo, Wates Umpak, Temon, dan Trowulan.
Penelitian yang dilakukan oleh Kusumohartono di situs Medowo menghasilkan temuan berupa fragmen tembikar, bata, keramik asing, bandul jala, mata uang, alat logam, alat batu, dan tulang yang tersebar di area yang cukup luas. Data-data tersebut mengindikasikan bahwa situs Medowo pernah berfungsi sebagai lokasi pusat suatu kegiatan pada periode Indonesia kuno yang sezaman dengan fase Majapahit.
Menurut Wibowo (1980), ada dua kemungkinan tentang perpindahan pusat Majapahit dari Medowo ke Trowulan. Kemungkinan pertama adalah luas alas Tarik yang diminta oleh Raden Wijaya dari Jayakatwang untuk dibuka menjadi pemukiman baru meliputi daerah Tarik di tepi Sungai Brantas terus ke arah selatan dan barat daya hingga daerah Trowulan sekarang.
Kemungkinan kedua, pemukiman baru Raden Wijaya dalam perkembangan selanjutnya meluas hingga mencapai puncak jayanya di Trowulan. Namun, belum terungkap alasan perpindahan pusat atau cikal bakal kerajaan Majapahit dari hutan Tarik ke Trowulan, dan kapan peristiwa perpindahan itu terjadi.
Dalam sumber lainnya disebutkan, nama Trowulan sudah dikenal sejak awal abad ke-16. Wardenaar, pada 1815, telah menyebutnya sebagai ibu kota Majapahit. Tanpa ragu, dia juga menyebut Trowulan peninggalan Majapahit.
Saat ini, Trowulan dijadikan nama desa sekaligus kecamatan. Kecamatan Trowulan terdiri dari 16 desa dan hanya 6 desa yang ada peninggalan Majapahit, yakni Bejijong, Jati Pasar, Sentono Rejo, Wates Umpak, Temon, dan Trowulan.
Penelitian yang dilakukan oleh Kusumohartono di situs Medowo menghasilkan temuan berupa fragmen tembikar, bata, keramik asing, bandul jala, mata uang, alat logam, alat batu, dan tulang yang tersebar di area yang cukup luas. Data-data tersebut mengindikasikan bahwa situs Medowo pernah berfungsi sebagai lokasi pusat suatu kegiatan pada periode Indonesia kuno yang sezaman dengan fase Majapahit.
Menurut Wibowo (1980), ada dua kemungkinan tentang perpindahan pusat Majapahit dari Medowo ke Trowulan. Kemungkinan pertama adalah luas alas Tarik yang diminta oleh Raden Wijaya dari Jayakatwang untuk dibuka menjadi pemukiman baru meliputi daerah Tarik di tepi Sungai Brantas terus ke arah selatan dan barat daya hingga daerah Trowulan sekarang.
Kemungkinan kedua, pemukiman baru Raden Wijaya dalam perkembangan selanjutnya meluas hingga mencapai puncak jayanya di Trowulan. Namun, belum terungkap alasan perpindahan pusat atau cikal bakal kerajaan Majapahit dari hutan Tarik ke Trowulan, dan kapan peristiwa perpindahan itu terjadi.
(wib)
tulis komentar anda