Kejamnya Kakak Beradik di Malang Rampok dan Bunuh Tetangga Lansia Tunanetra
Rabu, 03 April 2024 - 17:14 WIB
Karena terjepit, Iqbal akhirnya mengambil pisau dapur yang dibawa dari rumah sepanjang 20 sentimeter. Pisau itu lantas disabetkan ke leher korban, tapi korban yang penyandang tunanetra itu melakukan perlawanan dengan menangkis sabetan pisau itu.
"Kemudian pisau tersebut dari mata pisaunya patah, dan menancap di leher sebelah kiri antara leher, dan pundak yang mengakibatkan korban meninggal dunia," tuturnya.
Selanjutnya, tersangka lainnya atas nama Wakhid Hasyim, masuk ke ruang makan, menyusul adiknya yang kemudian menemukan bertemu dengan Ester Sri Purwaningsih. Wakhid langsung memukul korban dengan menggunakan tangan kosong sebanyak tiga kali.
"Tidak berhenti sampai di situ saja menyeret korban ke dalam kamar, kemudian membenturkan kepalanya ke dalam ke dinding sebanyak dua kali, yang menyebabkan korban luka-luka," ujarnya.
"Setelah berhasil melumpuhkan kedua korban tersebut tersangka, mengambil dompet yang berisi uang milik korban dan satu buah HP merk Oppo, milik korban Ester Sri Purwaningsih," imbuhnya.
Sementara itu, Kasatreskrim Polres Malang AKP Gandha Syah Hidayat menuturkan, kakak beradik pelaku tersebut menentukan korbannya secara acak. Tapi sebelumnya mereka telah mengamati dan memetakan lokasi sekitar, karena sepi saat aktivitas salat tarawih dan banyak terdapat orang tua. Pelaku membekali aksi perampokan pertama mereka dengan sebilah pisau yang disiapkan dari rumah.
"Yang bersangkutan merupakan RW sebelah, jadi memang sudah relatif hafal daerah ke tempat kejadian perkara seperti itu, koran dan pelaku ini tidak kenal, jadi belum saling mengenal, dipilih secara acak random," ucap Gandha Syah.
Tapi ketika beraksi diketahui pemilik rumah hingga akhirnya panik dan menganiaya dua korban, sehingga menyebabkan satu orang tewas di lokasi akibat tusukan pisau, yang dibawanya. Kepanikan itulah yang juga membuat mereka akhirnya hanya membawa satu handphone dan dompet berisi Rp700 ribu, serta sejumlah kartu ATM.
"Kejadian berlangsung sangat cepat, karena juga ada panik, dalam kondisi panik, sehingga yang terdekat ada di atas meja ada dompet kemudian diambil, di atas TV ada handphone dan dompetnya diambil," terangnya.
"Yang bersangkutan memang perlu untuk pernikahannya, dan juga yang bersangkutan memiliki utang, tidak banyak sebesar 5 juta saja, untuk kebutuhan sehari-hari, yang mau menikah adiknya," pungkasnya.
"Kemudian pisau tersebut dari mata pisaunya patah, dan menancap di leher sebelah kiri antara leher, dan pundak yang mengakibatkan korban meninggal dunia," tuturnya.
Selanjutnya, tersangka lainnya atas nama Wakhid Hasyim, masuk ke ruang makan, menyusul adiknya yang kemudian menemukan bertemu dengan Ester Sri Purwaningsih. Wakhid langsung memukul korban dengan menggunakan tangan kosong sebanyak tiga kali.
"Tidak berhenti sampai di situ saja menyeret korban ke dalam kamar, kemudian membenturkan kepalanya ke dalam ke dinding sebanyak dua kali, yang menyebabkan korban luka-luka," ujarnya.
"Setelah berhasil melumpuhkan kedua korban tersebut tersangka, mengambil dompet yang berisi uang milik korban dan satu buah HP merk Oppo, milik korban Ester Sri Purwaningsih," imbuhnya.
Sementara itu, Kasatreskrim Polres Malang AKP Gandha Syah Hidayat menuturkan, kakak beradik pelaku tersebut menentukan korbannya secara acak. Tapi sebelumnya mereka telah mengamati dan memetakan lokasi sekitar, karena sepi saat aktivitas salat tarawih dan banyak terdapat orang tua. Pelaku membekali aksi perampokan pertama mereka dengan sebilah pisau yang disiapkan dari rumah.
"Yang bersangkutan merupakan RW sebelah, jadi memang sudah relatif hafal daerah ke tempat kejadian perkara seperti itu, koran dan pelaku ini tidak kenal, jadi belum saling mengenal, dipilih secara acak random," ucap Gandha Syah.
Tapi ketika beraksi diketahui pemilik rumah hingga akhirnya panik dan menganiaya dua korban, sehingga menyebabkan satu orang tewas di lokasi akibat tusukan pisau, yang dibawanya. Kepanikan itulah yang juga membuat mereka akhirnya hanya membawa satu handphone dan dompet berisi Rp700 ribu, serta sejumlah kartu ATM.
"Kejadian berlangsung sangat cepat, karena juga ada panik, dalam kondisi panik, sehingga yang terdekat ada di atas meja ada dompet kemudian diambil, di atas TV ada handphone dan dompetnya diambil," terangnya.
"Yang bersangkutan memang perlu untuk pernikahannya, dan juga yang bersangkutan memiliki utang, tidak banyak sebesar 5 juta saja, untuk kebutuhan sehari-hari, yang mau menikah adiknya," pungkasnya.
Lihat Juga :
tulis komentar anda