Perlawanan Mertua Pangeran Diponegoro, Rusak Jembatan hingga Kerahkan Rakyat Lawan Belanda
Senin, 01 April 2024 - 06:42 WIB
RADEN Ronggo Prawirodirjo III mertua Pangeran Diponegoro, memunculkan perlawanan ke Belanda, dari kaum priyayi bangsawan keturunan Keraton Yogyakarta.
Perlawanan ke Belanda dilakukan usai Belanda dengan sewenang-wenang ke penduduk pribumi Pulau Jawa kala itu. Perlawanan ini jauh sebelum Pangeran Diponegoro, dengan Perang Jawa-nya merepotkan Belanda.
Raden Ronggo Prawirodirjo III mengajak semua golongan masyarakat, baik kaum pribumi atau keturunan seperti Tionghoa, di wilayah mancanegara timur dan pesisir di sepanjang perjalanan menuju kediamannya di Maospati, untuk melakukan perlawanan.
Di sana konon Raden Ronggo Prawirodirjo III memerintahkan prajuritnya melakukan pengerusakan, dan pembakaran terhadap desa-desa di Surakarta yang dianggap kaki tangan Daendels, Gubernur Jenderal Belanda.
Hal itu sebagaimana dikutip dari "Banteng Terakhir Kesultanan Yogyakarta : Riwayat Raden Ronggo Prawirodirjo III dari Madiun Sekitar 1779 - 1810".
Raden Ronggo dalam suratnya kepada Raden Tumenggung Sumodiningrat, Wedana Dalam 1797- 1812, yang tewas pada 20 Juni 1812 di kediamannya ketika Inggris menyerbu keraton, menyarankan agar dia menghancurkan sejumlah jembatan di Kali Code dan Winongo di Yogyakarta. Serta jembatan di Kali Tuntang yang letaknya 8 kilometer di utara Salatiga, dengan tujuan menghentikan pasukan Daendels yang bergerak dari Semarang menuju Yogyakarta.
Hal tersebut menunjukkan suatu pemahaman strategis tentang jalur-jalur yang bisa digunakan oleh Daendels untuk membawa masuk bantuan militer, guna menyerang ibu kota kesultanan dan mematahkan perlawanan dari timur.
Perlawanan ke Belanda dilakukan usai Belanda dengan sewenang-wenang ke penduduk pribumi Pulau Jawa kala itu. Perlawanan ini jauh sebelum Pangeran Diponegoro, dengan Perang Jawa-nya merepotkan Belanda.
Raden Ronggo Prawirodirjo III mengajak semua golongan masyarakat, baik kaum pribumi atau keturunan seperti Tionghoa, di wilayah mancanegara timur dan pesisir di sepanjang perjalanan menuju kediamannya di Maospati, untuk melakukan perlawanan.
Di sana konon Raden Ronggo Prawirodirjo III memerintahkan prajuritnya melakukan pengerusakan, dan pembakaran terhadap desa-desa di Surakarta yang dianggap kaki tangan Daendels, Gubernur Jenderal Belanda.
Hal itu sebagaimana dikutip dari "Banteng Terakhir Kesultanan Yogyakarta : Riwayat Raden Ronggo Prawirodirjo III dari Madiun Sekitar 1779 - 1810".
Raden Ronggo dalam suratnya kepada Raden Tumenggung Sumodiningrat, Wedana Dalam 1797- 1812, yang tewas pada 20 Juni 1812 di kediamannya ketika Inggris menyerbu keraton, menyarankan agar dia menghancurkan sejumlah jembatan di Kali Code dan Winongo di Yogyakarta. Serta jembatan di Kali Tuntang yang letaknya 8 kilometer di utara Salatiga, dengan tujuan menghentikan pasukan Daendels yang bergerak dari Semarang menuju Yogyakarta.
Hal tersebut menunjukkan suatu pemahaman strategis tentang jalur-jalur yang bisa digunakan oleh Daendels untuk membawa masuk bantuan militer, guna menyerang ibu kota kesultanan dan mematahkan perlawanan dari timur.
tulis komentar anda