Kisah Raden Ronggo Prawirodirjo III, Mertua Pangeran Diponegoro yang Dibenci Belanda
Selasa, 26 Desember 2023 - 07:53 WIB
Raden Ronggo menyerukan kepada semua orang Jawa dan Tionghoa untuk bersatu menggulingkan otoritas Eropa bersamanya dan sekaligus menghancurkan Surakarta.
Sebagai Bupati Wedana Madiun yang membawahi 14 bupati, Raden Ronggo tidak berhenti mengonsolidasikan kekuatan perangnya. “Dia juga menyematkan gelar Susuhunan Prabu Ingalaga kepada dirinya,” demikian dilansir dari Antara Lawu dan Wilis.
Sementara karena takut oleh tekanan Belanda, Sultan HB II yang juga mertua Raden Ronggo III memutuskan meringkus menantunya sendiri. Raden Ronggo III telah dicap sebagai pemberontak.
Disokong oleh Belanda, Sultan HB II mengirimkan dekrit kepada seluruh bupati monconegoro bagian Timur untuk menangkap Raden Ronggo Prawirodirjo III hidup atau mati.
Pada 17 Desember 1810. Dalam sebuah pertempuran di Desa Sekaran, tepi Bengawan Solo wilayah Bojonegoro, Raden Ronggo Prawirodirjo III dan tangan kanannya, yakni Bupati Jipang-Kepadangan, terbunuh.
Jenazah keduanya dibawa ke Yogyakarta dan dipertontonkan kepada masyarakat. Keduanya dimakamkan di pemakaman Banyusumurup, yakni dekat Imogiri yang dikenal sebagai makam bagi mereka yang berani menentang raja.
Kelak, menantu Raden Ronggo Prawirodirjo III, yakni Pangeran Diponegoro dan putranya dari istri selir, yakni Sentot Alibasah Prawirodirjo memimpin Perang Jawa (1825-1830) melawan kolonial Belanda.
Sebagai Bupati Wedana Madiun yang membawahi 14 bupati, Raden Ronggo tidak berhenti mengonsolidasikan kekuatan perangnya. “Dia juga menyematkan gelar Susuhunan Prabu Ingalaga kepada dirinya,” demikian dilansir dari Antara Lawu dan Wilis.
Sementara karena takut oleh tekanan Belanda, Sultan HB II yang juga mertua Raden Ronggo III memutuskan meringkus menantunya sendiri. Raden Ronggo III telah dicap sebagai pemberontak.
Disokong oleh Belanda, Sultan HB II mengirimkan dekrit kepada seluruh bupati monconegoro bagian Timur untuk menangkap Raden Ronggo Prawirodirjo III hidup atau mati.
Pada 17 Desember 1810. Dalam sebuah pertempuran di Desa Sekaran, tepi Bengawan Solo wilayah Bojonegoro, Raden Ronggo Prawirodirjo III dan tangan kanannya, yakni Bupati Jipang-Kepadangan, terbunuh.
Jenazah keduanya dibawa ke Yogyakarta dan dipertontonkan kepada masyarakat. Keduanya dimakamkan di pemakaman Banyusumurup, yakni dekat Imogiri yang dikenal sebagai makam bagi mereka yang berani menentang raja.
Kelak, menantu Raden Ronggo Prawirodirjo III, yakni Pangeran Diponegoro dan putranya dari istri selir, yakni Sentot Alibasah Prawirodirjo memimpin Perang Jawa (1825-1830) melawan kolonial Belanda.
(hri)
tulis komentar anda