Kisah Raden Ronggo Prawirodirjo III, Mertua Pangeran Diponegoro yang Dibenci Belanda

Selasa, 26 Desember 2023 - 07:53 WIB
Raden Ronggo III diputuskan bersalah dan Belanda menuntut Sultan Yogyakarta menyerahkan kepada pemerintah Eropa. Karena terus ditekan, Sultan HB II akhirnya menyatakan bersedia.

“Sultan berjanji bahwa Raden Ronggo akan diberangkatkan ke Buitenzorg (Bogor) pada 26 November 1810”.

Mendengar hendak dijadikan tawanan, Raden Ronggo Prawirodirjo III memilih melawan. Ia angkat kaki dari istana Yogya dengan membawa serta 300 pasukan bersenjata lengkap.

Raden Ronggo Prawirodirjo III melarikan diri ke Madiun dengan meninggalkan dua pucuk surat di kediamannya di Kranggan Yogyakarta. Surat ditujukan kepada Tumenggung Notodiningrat dan dan Tumenggung Sumodiningrat.

Inti suratnya, Raden Ronggo menyatakan telah merencanakan perang melawan orang-orang Eropa dan Surakarta, dan seterusnya akan menempuh jalan hidup sebagai pengembara.

Raden Ronggo meminta keraton Yogyakarta dijaga dengan baik. Ia juga meminta jembatan menuju Yogyakarta dihancurkan agar tidak ada pasukan yang dikirim.

Raden Ronggo juga meminta Sultan Yogya mendukung usahanya. “Dalam perjalanan menuju Madiun Raden Ronggo sempat membakar dan menjarah beberapa desa kekuasaan Solo”.

Raden Ronggo menyerukan kepada semua orang Jawa dan Tionghoa untuk bersatu menggulingkan otoritas Eropa bersamanya dan sekaligus menghancurkan Surakarta.

Sebagai Bupati Wedana Madiun yang membawahi 14 bupati, Raden Ronggo tidak berhenti mengonsolidasikan kekuatan perangnya. “Dia juga menyematkan gelar Susuhunan Prabu Ingalaga kepada dirinya,” demikian dilansir dari Antara Lawu dan Wilis.

Sementara karena takut oleh tekanan Belanda, Sultan HB II yang juga mertua Raden Ronggo III memutuskan meringkus menantunya sendiri. Raden Ronggo III telah dicap sebagai pemberontak.

Disokong oleh Belanda, Sultan HB II mengirimkan dekrit kepada seluruh bupati monconegoro bagian Timur untuk menangkap Raden Ronggo Prawirodirjo III hidup atau mati.

Pada 17 Desember 1810. Dalam sebuah pertempuran di Desa Sekaran, tepi Bengawan Solo wilayah Bojonegoro, Raden Ronggo Prawirodirjo III dan tangan kanannya, yakni Bupati Jipang-Kepadangan, terbunuh.

Jenazah keduanya dibawa ke Yogyakarta dan dipertontonkan kepada masyarakat. Keduanya dimakamkan di pemakaman Banyusumurup, yakni dekat Imogiri yang dikenal sebagai makam bagi mereka yang berani menentang raja.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More