Sejarah Kesultanan Mataram: Pendiri, Kejayaan, Keruntuhan, dan Peninggalan
Selasa, 26 September 2023 - 15:51 WIB
Perjanjian Giyanti adalah perjanjian yang dihasilkan dari konflik di Kesultanan Mataram. Perjanjian ini, yang ditandatangani pada tahun 1755, membagi wilayah Mataram menjadi dua. Kesultanan Surakarta dan Kesultanan Yogyakarta.
Pemimpin dari masing-masing kesultanan ini diangkat oleh Belanda, yang secara efektif menjadikan mereka penguasa boneka di bawah kendali kolonial Belanda.
Pembagian wilayah antara Surakarta dan Yogyakarta mengurangi kekuasaan Kesultanan Mataram secara keseluruhan.
Terdapat beberapa peninggalan yang membuktikan keberadaan dan keberjayaan Kesultanan Mataram, mulai dari masjid, makam hingga karya sastra.
Masjid Agung Kotagede yang dikenal sebagai Masjid tertua di Yogyakarta itu dibangun oleh Panembahan Senopati pada tahun 1575.
Makam Imogiri yang berada di Bantul dibangun oleh Sultan Agung pada tahun 1632. Kemudian ada Taman Sari yang dibangun Sunan Pakubuwana I pada tahun 1758.
Terdapat pula Serat Centhini yang merupakan karya sastra berbahasa Jawa yang ditulis oleh Sunan Pakubuwana V pada tahun 1814.
Pemimpin dari masing-masing kesultanan ini diangkat oleh Belanda, yang secara efektif menjadikan mereka penguasa boneka di bawah kendali kolonial Belanda.
Pembagian wilayah antara Surakarta dan Yogyakarta mengurangi kekuasaan Kesultanan Mataram secara keseluruhan.
Peninggalan Kesultanan Mataram
Terdapat beberapa peninggalan yang membuktikan keberadaan dan keberjayaan Kesultanan Mataram, mulai dari masjid, makam hingga karya sastra.
Masjid Agung Kotagede yang dikenal sebagai Masjid tertua di Yogyakarta itu dibangun oleh Panembahan Senopati pada tahun 1575.
Makam Imogiri yang berada di Bantul dibangun oleh Sultan Agung pada tahun 1632. Kemudian ada Taman Sari yang dibangun Sunan Pakubuwana I pada tahun 1758.
Terdapat pula Serat Centhini yang merupakan karya sastra berbahasa Jawa yang ditulis oleh Sunan Pakubuwana V pada tahun 1814.
(okt)
Lihat Juga :
tulis komentar anda