Asal Usul Kota Manado, Ada Peran Bangsa Eropa dalam Penamaannya

Sabtu, 24 Juni 2023 - 09:01 WIB


Wenang disebutkan sebagai negeri yang besar, lalu diubah namanya menjadi Manado. Sedang Pogidon hanyalah perkampungan kecil yang ada di dalam wilayah Wenang. Ada pula yang menyebut, Pogidon adalah akronim dari Opo Gidon, yakni nama leluhur Bantik yang membangun negeri Pogidon.

Dalam perjalanannya, Opo Gidon berubah menjadi Po Gidon, dan dalam penulisannya menjadi Pogidon. Perkampungan kecil tersebut, sebelumnya merupakan wilayah yang banyak ditumbuhi pohon Wenang atau bernama latin Macaranga Hispida. Di mana dalam bahasa Bantik disebut Benang, sehingga negeri Pogidon oleh sub etnis Bantik disebut juga dengan nama Benang.

Dalam laman manadokota.go.id disebutkan, pada awal kemunculan kata Manado dipengaruhi bahasa dialektika orang-orang Eropa. Di mana orang Portugis menyebutnya Moradores. Sedangkan orang Spanyol menyebutnya Manados.

Sementara pendeta asal Belanda yang kala itu bertugas di Sulawesi Utara, Nicolaas Graafland menuliskan buku berjudul Manadorezen. Sedangkan pejabat kompeni Belanda yang bertugas di wilayah tersebut, menyebut wilayahnya dengan nama Manado's Gebied, yakni kawasan Manado.

Sebutan lain juga disematkan oleh pelaut Portugis, Simao d'Abreu, dan Gubernur Jenderal Portugis di Maluku, Antonio Galvao. Keduanya menyebut kawasan tersebut dengan nama Manada, di mana artinya adalah kawanan, dan bisa diartikan sebagai kawanan pulau atau kepulauan.



Meski demikian, diyakini Manado berasal dari bahasa lokal, dan hingga kini juga masih banyak menyebut Manado dengan Menado. Dalam manadokota.go.id disebutkan, dari dokumen-dokumen bangsa Eropa, disebutkan Manado ditemukan oleh Simao d'Abreu pada tahun 1523, dan merupakan pulau yang sudah berpenghuni sejak tahun 1339.

Saat pertama kali menemukan kawasan Manado, Simao d'Abreu memilih tidak mempublikasikannya. Publikasi tentang Manado, justru dilakukan Antonio Galvao pada tahun 1555. Antonio Galvao, menyebutkan temuan kawasan Manado itu, dalam bukunya yang berjudul Tratado.

Dalam bukunya tersebut, Antonio Galvao menuliskan kalimat pendek berbunyi "Ou eram vista das ilhas de Manada...". Kalimat tersebut memiliki arti harafiah "Mereka melihat Manada...".



Manada dalam bahasa Portugis memiliki makna kawanan pulau, diduga kawanan pulau yang ditemukan adalah Pulau Manado Tua, Bunaken, Siladen, Mantehage, serta Nain. Keberadaan Pulau Mantehage, dan Nian, saat ini berada di wilayah Kabupaten Minahasa Utara.

Penyebutan nama Manado, juga disematkan oleh orang Prancis, bernama Nicolaas Desliens. Pada tahun 1541, Nicolaas Desliens menyematkan nama Manado dalam peta dunia. Diduga, dia bisa menyematkan nama Manado karena mendapatkan bocoran informasi rahasia dari Simao d'Abreu. Mengingat, kala itu Portugis melakukan politik tutup mulut tentang berbagai temuannya, agar tidak diketahui oleh bangsa Eropa lainnya.



Dalam catatan manadokota.go.id, disebutkan, etnis dan sub etnis yang hidup di Sulawesi Utara, memiliki sebutan untuk Manado. Dalam bahasa tua Tombulu, Manado disebut Manaror. Sub etnis Tontemboan, menyebut Manado dengan Manarow. Sedangkan etnis Sangihe, menyebut dengan nama Manaro.

Dalam bahasa daerah Minahasa, kawasan tersebut dikenal dengan nama Manarow atau Manadou, yang memiliki arti dijauh. Sebutan tersebut, mirip dengan bahasa Sangihe, yang menyebutnya dengan Manaro, di mana artinya juga dijauh atau negeri yang jauh.

Manado yang kini menjadi ibu kota Provinsi Sulawesi Utara, memiliki luas wilayah daratan 15.726 hektare. Kota pesisir yang daratannya didominasi wilayah perbukitan tersebut, memiliki panjang garis pantai 18,7 km. Kota ini terus berkembang pesat menjadi kota wisata, kota perdagangan, dan kota yang menjunjung tinggi nilai-nilai toleransi di tengah keberagaman masyarakatnya.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More