Pandemi COVID-19, Kinerja Industri Farmasi Diprediksi Tumbuh 10%
loading...
A
A
A
SURABAYA - Kinerja industri farmasi di masa pandemi COVID-19 mengalami pertumbuhan yang signifikan. Bahkan untuk produk vitamin daya tahan tubuh mengalami peningkatan hingga 90 persen dengan kenaikan permintaan 10 kali lipat.
(Baca juga: Bandel Tak Pakai Masker, Siap-siap KTP Disita dan Wajib Menyapu )
Ketua Gabungan Pengusaha Farmasi (GP Farmasi) Jatim, Philips Pangestu optimistis pada semester II 2020 ini, kinerja industri farmasi atau obat bakal semakin positif. Ini mengingat tren belanja Kementerian Kesehatan (Kemenkes) tahun ini baru terealisasi 1,53 persen dari anggaran Rp75 triliun.
"Kami prediksi kontribusi penjualan kami masih diperoleh dari produk vitamin. Selain itu, kalau dilihat dari kebutuhan obat untuk dinas-dinas dan instansi juga akan tinggi," katanya, Selasa (7/7/2020).
(Baca juga: Sadis, Perampok 600 Bebek Ikat Korban Bapak dan Anak )
Hingga akhir tahun ini, kata dia, industri farmasi di Jatim masih akan tumbuh di atas 10 persen. Prediksi itu bisa tercapai jika belanja kemenkes segera dijalankan. Meski pasar semakin terbuka lebar, tapi yang masih menjadi kendala industri adalah bahan baku. Mengingat 99 persen bahan baku obat masih ketergantungan impor. "Sebanyak 70 persen impor bahan baku obat didatangkan dari China. Disusul India 20 persen dan dari Eropa 10 persen," imbuhnya.
Dia mengungkapkan, pada semester I, pihaknya sempat kesulitan mendatangkan bahan baku. Pasalnya, akibat pandemi banyak negara importir menutup akses perdagangan. Namun saat ini sudah mulai terbuka.
"Kami harap pemerintah segera mewujudkan industri hulu farmasi yakni pabrik bahan baku. Agar kemandirian industri bisa terwujud. Sejauh ini, katanya yang sudah mempelopori produksi bahan baku obat yakni Kimia Farma, Kalbio dari Kalbe Group, dan BrighyGene Indonesia," terangnya.
(Baca juga: Kasus COVID-19 di Jatim Tak Kunjung Turun, Ini Usulan Kapolda )
Sebelumnya, PT Jamu Iboe Jaya mengalami lonjakan penjualan menyusul banyak produk dari perusahaan jamu tersebut yang dianggap mampu meningkatkan daya tahan tubuh. Harapannya, bisa menangkal COVID-19.
"Peningkatan permintaan itu terjadi sejak Maret 2020 lalu. Saat, permintaan naik hingga sekitar 250 persen. Kemudian cenderung flat," kata Owner PT Jamu Iboe Jaya, Stephen Walla.
Menurutnya, beberapa produk yang dikategorikan untuk daya tahan tubuh tersebut, diantaranya produk temulawak, kunir, kunir putih, jahe, sambiloto, kulit manggis, dan sebagainya. Sejumlah produk tersebut sudah dikemas dalam bentuk minuman herbal yang lebih bisa diterima semua segmen dan usia. "Penjualan secara online kami juga mengalami peningkatan signifikan, khususnya untuk jenis minuma herbal drink," ujarnya.
(Baca juga: Bandel Tak Pakai Masker, Siap-siap KTP Disita dan Wajib Menyapu )
Ketua Gabungan Pengusaha Farmasi (GP Farmasi) Jatim, Philips Pangestu optimistis pada semester II 2020 ini, kinerja industri farmasi atau obat bakal semakin positif. Ini mengingat tren belanja Kementerian Kesehatan (Kemenkes) tahun ini baru terealisasi 1,53 persen dari anggaran Rp75 triliun.
"Kami prediksi kontribusi penjualan kami masih diperoleh dari produk vitamin. Selain itu, kalau dilihat dari kebutuhan obat untuk dinas-dinas dan instansi juga akan tinggi," katanya, Selasa (7/7/2020).
(Baca juga: Sadis, Perampok 600 Bebek Ikat Korban Bapak dan Anak )
Hingga akhir tahun ini, kata dia, industri farmasi di Jatim masih akan tumbuh di atas 10 persen. Prediksi itu bisa tercapai jika belanja kemenkes segera dijalankan. Meski pasar semakin terbuka lebar, tapi yang masih menjadi kendala industri adalah bahan baku. Mengingat 99 persen bahan baku obat masih ketergantungan impor. "Sebanyak 70 persen impor bahan baku obat didatangkan dari China. Disusul India 20 persen dan dari Eropa 10 persen," imbuhnya.
Dia mengungkapkan, pada semester I, pihaknya sempat kesulitan mendatangkan bahan baku. Pasalnya, akibat pandemi banyak negara importir menutup akses perdagangan. Namun saat ini sudah mulai terbuka.
"Kami harap pemerintah segera mewujudkan industri hulu farmasi yakni pabrik bahan baku. Agar kemandirian industri bisa terwujud. Sejauh ini, katanya yang sudah mempelopori produksi bahan baku obat yakni Kimia Farma, Kalbio dari Kalbe Group, dan BrighyGene Indonesia," terangnya.
(Baca juga: Kasus COVID-19 di Jatim Tak Kunjung Turun, Ini Usulan Kapolda )
Sebelumnya, PT Jamu Iboe Jaya mengalami lonjakan penjualan menyusul banyak produk dari perusahaan jamu tersebut yang dianggap mampu meningkatkan daya tahan tubuh. Harapannya, bisa menangkal COVID-19.
"Peningkatan permintaan itu terjadi sejak Maret 2020 lalu. Saat, permintaan naik hingga sekitar 250 persen. Kemudian cenderung flat," kata Owner PT Jamu Iboe Jaya, Stephen Walla.
Menurutnya, beberapa produk yang dikategorikan untuk daya tahan tubuh tersebut, diantaranya produk temulawak, kunir, kunir putih, jahe, sambiloto, kulit manggis, dan sebagainya. Sejumlah produk tersebut sudah dikemas dalam bentuk minuman herbal yang lebih bisa diterima semua segmen dan usia. "Penjualan secara online kami juga mengalami peningkatan signifikan, khususnya untuk jenis minuma herbal drink," ujarnya.
(eyt)