Gandeng Blue Forest, Amartha Tanam 4.000 Mangrove di Tanakeke
loading...
A
A
A
MAKASSAR - PT Amartha Mikro Fintek ( Amartha ) menanam 4.000 bibit pohon mangrove di kawasan pesisir Pulau Tanakeke, Kabupaten Takalar. Dalam kegiatan itu, Amartha menggandeng Yayasan Hutan Biru atau Blue Forest sebagai mitra kerja sama.
Prosesi penanaman mangrove dilaksanakan pada Selasa (30/8/2022) dan turut melibatkan sukarelawan dari karyawan internal Amartha sebagai wujud dukungan Amartha terhadap pelestarian lingkungan.
Selain itu, juga melibatkan komunitas perempuan penggiat konservasi hutan bakau Womangrove, Dinas Kelautan dan Perikanan Sulawesi Selatan serta mengajak warga desa sekitar untuk bersama-sama melestarikan wilayah pesisir mangrove agar program ini dapat terus berkelanjutan.
Chief Risk and Sustainability Officer Amartha , Aria Widyanto, menyampaikan program konservasi hutan mangrove ini merupakan komitmen Amartha untuk melakukan penyeimbangan karbon (carbon offsetting) dan menjadi carbon neutral company dalam waktu lima tahun ke depan. Program ini berada di bawah pilar Sustainability Program Amartha Lestari dari Amartha Foundation.
“Konservasi hutan mangrove ini merupakan inisiatif Amartha untuk menjadi perusahaan swasta yang berorientasi pada sustainable business, dengan memastikan keberlangsungan usaha sembari mengurangi dampak kerusakan lingkungan, salah satunya melalui rencana menjadi carbon neutral company dalam waktu lima tahun ke depan," katanya Aria, saat dijumpai di Hotel Four Points Makassar, Rabu (31/8/2022).
"Pelestarian ekosistem mangrove juga merupakan langkah yang tepat untuk memitigasi bencana di wilayah pesisir, karena ekosistem mangrove dapat meningkatkan resiliensi dan merehabilitasi kawasan pesisir yang rawan terhadap abrasi dan potensi alih lahan untuk kepentingan komersial seperti di Pulau Tanakeke," imbuhnya.
Aria membeberkan, penanaman bibit mangrove dipilih lantaran dampak yang diciptakan dari konservasi hutan mangrove sangat besar. Buman hanya bagi lingkungan saja, tetapi juga dapat menciptakan dampak ekonomi turunan dan sosial bagi warga di sekitar wilayah konservasi.
Bagi lingkungan, hutan mangrove terbukti efektif dalam menyerap emisi karbon dan menjadi pelindung ekosistem di wilayah pesisir. Tanaman mangrove tidak hanya melepaskan oksigen dan menyerap karbondioksida, namun juga menyimpan karbon dan melepaskan biomassa di bawah permukaan tanah sehingga menciptakan kehidupan keanekaragaman hayati.
"Hutan mangrove juga terbukti menyerap karbon lebih besar dibanding jenis tanaman lainnya, sehingga lebih efektif dalam membantu mitigasi perubahan iklim dan pemanasan global," jelasnya.
Prosesi penanaman mangrove dilaksanakan pada Selasa (30/8/2022) dan turut melibatkan sukarelawan dari karyawan internal Amartha sebagai wujud dukungan Amartha terhadap pelestarian lingkungan.
Selain itu, juga melibatkan komunitas perempuan penggiat konservasi hutan bakau Womangrove, Dinas Kelautan dan Perikanan Sulawesi Selatan serta mengajak warga desa sekitar untuk bersama-sama melestarikan wilayah pesisir mangrove agar program ini dapat terus berkelanjutan.
Chief Risk and Sustainability Officer Amartha , Aria Widyanto, menyampaikan program konservasi hutan mangrove ini merupakan komitmen Amartha untuk melakukan penyeimbangan karbon (carbon offsetting) dan menjadi carbon neutral company dalam waktu lima tahun ke depan. Program ini berada di bawah pilar Sustainability Program Amartha Lestari dari Amartha Foundation.
“Konservasi hutan mangrove ini merupakan inisiatif Amartha untuk menjadi perusahaan swasta yang berorientasi pada sustainable business, dengan memastikan keberlangsungan usaha sembari mengurangi dampak kerusakan lingkungan, salah satunya melalui rencana menjadi carbon neutral company dalam waktu lima tahun ke depan," katanya Aria, saat dijumpai di Hotel Four Points Makassar, Rabu (31/8/2022).
"Pelestarian ekosistem mangrove juga merupakan langkah yang tepat untuk memitigasi bencana di wilayah pesisir, karena ekosistem mangrove dapat meningkatkan resiliensi dan merehabilitasi kawasan pesisir yang rawan terhadap abrasi dan potensi alih lahan untuk kepentingan komersial seperti di Pulau Tanakeke," imbuhnya.
Aria membeberkan, penanaman bibit mangrove dipilih lantaran dampak yang diciptakan dari konservasi hutan mangrove sangat besar. Buman hanya bagi lingkungan saja, tetapi juga dapat menciptakan dampak ekonomi turunan dan sosial bagi warga di sekitar wilayah konservasi.
Bagi lingkungan, hutan mangrove terbukti efektif dalam menyerap emisi karbon dan menjadi pelindung ekosistem di wilayah pesisir. Tanaman mangrove tidak hanya melepaskan oksigen dan menyerap karbondioksida, namun juga menyimpan karbon dan melepaskan biomassa di bawah permukaan tanah sehingga menciptakan kehidupan keanekaragaman hayati.
"Hutan mangrove juga terbukti menyerap karbon lebih besar dibanding jenis tanaman lainnya, sehingga lebih efektif dalam membantu mitigasi perubahan iklim dan pemanasan global," jelasnya.