Kisah Aji Muhammad Idris, Sultan Kutai Kartanegara yang Gigih Melawan Penjajah Belanda hingga Titik Darah Penghabisan
loading...
A
A
A
Pada abad ke-17 agama Islam diterima dengan baik oleh Kerajaan Kutai Kartanegara Ing Martadipura. Hal inilah yang akhirnya mempengaruhi penggunaan nama-nama raja dan keluarga Kerajaan Kutai Kartanegara Ing Martadipura.
Pengaruh Islam juga membuat sebutan raja diganti Sultan. Sultan yang pertama kali menggunakan nama Islam di Kerajaan Kutai Kartanegara Ing Martadipura, adalah Sultan Aji Muhammad Idris (1735-1778).
Sultan Aji Muhammad Idris lahir di Jembayan, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, 1667 dan merupakan cucu menantu dari Sultan Wajo La Madukelleng. Sultan Aji Muhammad Idris, adalah tokoh pemersatu yang dapat menjadi sumber inspirasi bagi bangsa Indonesia.
Melalui perubahan sistem pemerintahan menjadi kesultanan, Sultan Aji Muhammad Idris berusaha menjalin hubungan dan menyatukan kekuatan dengan berbagai kesultanan dalam menentang kolonialisme.
Sultan Aji Muhammad Idris, berhasil mempersatukan kerajaan-kerajaan di wilayah Sulawesi Selatan, terutama kerajaan-kerajaan Bugis seperti Wajo, Bone, dan Soppeng. Ketika VOC mulai menguasai kerajaan Kutai Kartanegara dan Kerajaan Pasir, Sultan Aji Muhammad Idris sebagai pangeran Kutai terus melakukan perlawanan.
Selama memimpin Kutai Kartanegara, Sultan Aji Muhammad Idris, selalu konsisten mewujudkan visi mengusir kekuatan VOC dari Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, dan Indonesia secara keseluruhan.
Sultan Aji Muhammad Idris yang merupakan menantu dari Sultan Wajo Lamaddukelleng, disebut dalam kutaikartanegara.com berangkat ke Wajo, Sulawesi Selatan, saat di wilayah tersebut terjadi pertempuran melawan VOC Belanda.
Sebagai menantu Sultan Wajo Lamaddukelleng, Sultan Aji Muhammad Idris bersama rakyat Bugis, bertempur habis-habisan melawan VOC Belanda. Akibat ditinggalkan Sultan Aji Muhammad Idris untuk bertempur, pemerintahan Kesultanan Kutai Kartanegara, untuk sementara dipegang oleh Dewan Perwalian.
Pengaruh Islam juga membuat sebutan raja diganti Sultan. Sultan yang pertama kali menggunakan nama Islam di Kerajaan Kutai Kartanegara Ing Martadipura, adalah Sultan Aji Muhammad Idris (1735-1778).
Sultan Aji Muhammad Idris lahir di Jembayan, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, 1667 dan merupakan cucu menantu dari Sultan Wajo La Madukelleng. Sultan Aji Muhammad Idris, adalah tokoh pemersatu yang dapat menjadi sumber inspirasi bagi bangsa Indonesia.
Melalui perubahan sistem pemerintahan menjadi kesultanan, Sultan Aji Muhammad Idris berusaha menjalin hubungan dan menyatukan kekuatan dengan berbagai kesultanan dalam menentang kolonialisme.
Sultan Aji Muhammad Idris, berhasil mempersatukan kerajaan-kerajaan di wilayah Sulawesi Selatan, terutama kerajaan-kerajaan Bugis seperti Wajo, Bone, dan Soppeng. Ketika VOC mulai menguasai kerajaan Kutai Kartanegara dan Kerajaan Pasir, Sultan Aji Muhammad Idris sebagai pangeran Kutai terus melakukan perlawanan.
Selama memimpin Kutai Kartanegara, Sultan Aji Muhammad Idris, selalu konsisten mewujudkan visi mengusir kekuatan VOC dari Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, dan Indonesia secara keseluruhan.
Sultan Aji Muhammad Idris yang merupakan menantu dari Sultan Wajo Lamaddukelleng, disebut dalam kutaikartanegara.com berangkat ke Wajo, Sulawesi Selatan, saat di wilayah tersebut terjadi pertempuran melawan VOC Belanda.
Sebagai menantu Sultan Wajo Lamaddukelleng, Sultan Aji Muhammad Idris bersama rakyat Bugis, bertempur habis-habisan melawan VOC Belanda. Akibat ditinggalkan Sultan Aji Muhammad Idris untuk bertempur, pemerintahan Kesultanan Kutai Kartanegara, untuk sementara dipegang oleh Dewan Perwalian.