Kunjungi Pasar, Anggota DPR Desak Pemerintah Perhatikan Produsen Lokal
loading...
A
A
A
BANDUNG - Aktivitas masyarakat yang mulai meningkat seiring pemberlakuan adaptasi kebiasaan baru (AKB) atau new normal di Provinsi Jawa Barat dinilai belum berdampak signifikan terhadap aktivitas perekonomian, terutama di sektor riil.
Anggota DPR RI, Ledia Hanifa Amalia menilai, kelesuan tersebut merupakan dampak pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang diterapkan pemerintah. Pascapencabutan PSBB, kata Ledia, pemerintah perlu segera melakukan langkah nyata untuk menghidupkan kembali sektor riil tanpa mengabaikan pencegahan COVID-19.
Legislator dari daerah pemilihan Jawa Barat I yang meliputi Kota Bandung dan Kota Cimahi ini mengatakan kelesuan sektor riil salah satunya terlihat dari aktivitas perdagangan di pasar tradisional yang belum sepenuhnya normal. Akibatnya, banyak pedagang mengeluh karena pendapatannya jauh berkurang.
"Para pedagang mengeluhkan pendapatan mereka sangat jauh berkurang karena pembeli belum banyak. Bahkan, sayuran harganya sedang jatuh," ungkap Ledia di Bandung, Senin (29/6/2020).
Ledia yang sempat meninjau dua pasar tradisional di Kota Bandung, yakni Pasar Cibogo di Kecamatan Sukajadi dan Pasar Induk Caringin di Babakan Ciparay itu menerangkan, pasokan yang berlimpah, namun tidak diimbangi permintaan menjadi penyebab jatuhnya harga sayur.
Bahkan, kata Ledia, tidak sedikit pedagang yang terpaksa menjual murah dagangannya. "Sayur ini kan tidak seperti beras yang bisa disimpan lama. Akhirnya, mereka terpaksa menjual murah dagangannya karena pasokan yang baru terus datang," ungkapnya.
Selain sayur, komoditas lain pun hampir bernasib sama, seperti buah-buahan. Terlebih, kata Ledia, pasokan buah impor masih terus berdatangan. Oleh karenanya, perlu upaya pemerintah untuk memaksimalkan peran produsen lokal, termasuk mempertimbangkan pembatasan impor produk yang bisa dipenuhi produsen lokal. (Baca: Gerombolan Pemuda yang Ngamuk di Sukajadi Masih Berkeliaran).
"Para produsen yang notabene petani itu kan produksinya dari sebelum (pandemi) COVID-19 dan panen sekarang-sekarang. Mereka sangat butuh perhatian, agar produknya bisa terserap maksimal dan harga di tingkat pedagang tidak jatuh," katanya.
Ledia juga mengatakan, kelesuan di sektor riil tak lepas pula dari daya beli masyarakat yang kini melemah menyusul banyaknya pemutusan hubungan kerja (PHK) selama pandemi COVID-19.
"Daya beli masyarakat memang jadi faktor utama masih lesunya sektor riil. Perlu waktu untuk menghidupkan kembali sektor riil. Sektor-sektor padat karya perlu dihidupkan kembali, agar daya beli masyarakat bertahap kembali normal," pungkasnya.
Anggota DPR RI, Ledia Hanifa Amalia menilai, kelesuan tersebut merupakan dampak pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang diterapkan pemerintah. Pascapencabutan PSBB, kata Ledia, pemerintah perlu segera melakukan langkah nyata untuk menghidupkan kembali sektor riil tanpa mengabaikan pencegahan COVID-19.
Legislator dari daerah pemilihan Jawa Barat I yang meliputi Kota Bandung dan Kota Cimahi ini mengatakan kelesuan sektor riil salah satunya terlihat dari aktivitas perdagangan di pasar tradisional yang belum sepenuhnya normal. Akibatnya, banyak pedagang mengeluh karena pendapatannya jauh berkurang.
"Para pedagang mengeluhkan pendapatan mereka sangat jauh berkurang karena pembeli belum banyak. Bahkan, sayuran harganya sedang jatuh," ungkap Ledia di Bandung, Senin (29/6/2020).
Ledia yang sempat meninjau dua pasar tradisional di Kota Bandung, yakni Pasar Cibogo di Kecamatan Sukajadi dan Pasar Induk Caringin di Babakan Ciparay itu menerangkan, pasokan yang berlimpah, namun tidak diimbangi permintaan menjadi penyebab jatuhnya harga sayur.
Bahkan, kata Ledia, tidak sedikit pedagang yang terpaksa menjual murah dagangannya. "Sayur ini kan tidak seperti beras yang bisa disimpan lama. Akhirnya, mereka terpaksa menjual murah dagangannya karena pasokan yang baru terus datang," ungkapnya.
Selain sayur, komoditas lain pun hampir bernasib sama, seperti buah-buahan. Terlebih, kata Ledia, pasokan buah impor masih terus berdatangan. Oleh karenanya, perlu upaya pemerintah untuk memaksimalkan peran produsen lokal, termasuk mempertimbangkan pembatasan impor produk yang bisa dipenuhi produsen lokal. (Baca: Gerombolan Pemuda yang Ngamuk di Sukajadi Masih Berkeliaran).
"Para produsen yang notabene petani itu kan produksinya dari sebelum (pandemi) COVID-19 dan panen sekarang-sekarang. Mereka sangat butuh perhatian, agar produknya bisa terserap maksimal dan harga di tingkat pedagang tidak jatuh," katanya.
Ledia juga mengatakan, kelesuan di sektor riil tak lepas pula dari daya beli masyarakat yang kini melemah menyusul banyaknya pemutusan hubungan kerja (PHK) selama pandemi COVID-19.
"Daya beli masyarakat memang jadi faktor utama masih lesunya sektor riil. Perlu waktu untuk menghidupkan kembali sektor riil. Sektor-sektor padat karya perlu dihidupkan kembali, agar daya beli masyarakat bertahap kembali normal," pungkasnya.
(nag)