Pulihkan Ekonomi, Pemprov Jawa Timur Pacu Sektor Pariwisata dan UMKM
loading...
A
A
A
SURABAYA - Pandemi COVID-19 mengakibatkan pertumbuhan ekonomi Jawa Timur (Jatim) selama triwulan II 2020 minus 5,90%. Sebagian besar lapangan usaha mengalami kontraksi. Semua komponen Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Menurut Pengeluaran mengalami kontraksi.
Terkontraksinya semua komponen dipengaruhi oleh pandemi COVID-19 yang menyebabkan adanya kebijakan pemerintah dengan memberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Sehingga membatasi ruang gerak masyarakat maupun perusahaan dalam beraktivitas.
Hal itu berdampak pada penurunan pendapatan masyarakat. “Hal ini (perlambatan pertumbuhan ekonomi) menjadi kondisi yang harus diantisipasi ke depan dengan langkah-langkah pemulihan ekonomi,” kata Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa. (Baca: Bank Jatim Apresiasi Kepemimpinan Khofifah Soal Pemulihan Ekonomi)
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan, pengeluaran pemerintah terkontraksi hampir disemua pos anggaran. Seperti belanja pegawai, barang, modal dan sosial baik pada anggaran APBD maupun APBN. Disisi lain, struktur PDRB Jatim menurut pengeluaran atas dasar harga berlaku triwulan II 2020 tidak menunjukkan perubahan yang berarti.
“Seluruh provinsi di Jawa juga mengalami kontraksi, termasuk di Jatim. Alhamdulillah kita masuk provinsi yang mengalami kontraksi terendah se-pulau Jawa," ujar Khofifah.
Sementara itu, peningkatan pertumbuhan ekonomi Jatim secara tahunan atau year on year (yoy) cukup signifikan terjadi pada sektor usaha Informasi dan Komunikasi sebesar 10,39%. Kondisi ini terutama didorong adanya pemberlakuan Work From Home (WFH) dan School From Home (SFH).
Sehingga meningkatkan trafik data provider seluler serta meningkatnya penggunaan aplikasi rapat virtual seperti Zoom Meeting, seminar daring atau webinar. “Kami optimistis di semester kedua tahun ini pertumbuhan ekonomi Jatim akan terus tumbuh dan tidak berada di angka minus,” ungkap Khofifah.
Guna mencapai proyeksi tersebut, orang nomor satu di Jatim itu akan menggalakkan sejumlah sektor yang mampu memacu pertumbuhan ekonomi. Salah satunya membuka sektor pariwisata. Disisi lain, pihaknya berkoordinasi secara intens dengan Bank Indonesia (BI) dalam menentukan langkah-langkah strategis dalam mendongkrak ekonomi Jatim.
“Meskipun semua tempat wisata sudah mulai dibuka, kami harap pengelola tetap disiplin menerapkan protokol kesehatan,” tandas Khofifah.(Baca: Langkah Pemprov Jatim Percepat Pemulihan Ekonomi Saat Pandemi COVID-19)
Diketahui, saat ini sekitar 550 dari total 969 destinasi wisata di Jatim sudah mulai beroperasi setelah tutup sejak pandemi COVID-19 Maret 2020 lalu. Hingga awal Oktober 2020 ini, jumlah wisatawan nusantara ke Jatim mencapai 2,4 juta orang.
Terkontraksinya semua komponen dipengaruhi oleh pandemi COVID-19 yang menyebabkan adanya kebijakan pemerintah dengan memberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Sehingga membatasi ruang gerak masyarakat maupun perusahaan dalam beraktivitas.
Hal itu berdampak pada penurunan pendapatan masyarakat. “Hal ini (perlambatan pertumbuhan ekonomi) menjadi kondisi yang harus diantisipasi ke depan dengan langkah-langkah pemulihan ekonomi,” kata Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa. (Baca: Bank Jatim Apresiasi Kepemimpinan Khofifah Soal Pemulihan Ekonomi)
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan, pengeluaran pemerintah terkontraksi hampir disemua pos anggaran. Seperti belanja pegawai, barang, modal dan sosial baik pada anggaran APBD maupun APBN. Disisi lain, struktur PDRB Jatim menurut pengeluaran atas dasar harga berlaku triwulan II 2020 tidak menunjukkan perubahan yang berarti.
“Seluruh provinsi di Jawa juga mengalami kontraksi, termasuk di Jatim. Alhamdulillah kita masuk provinsi yang mengalami kontraksi terendah se-pulau Jawa," ujar Khofifah.
Sementara itu, peningkatan pertumbuhan ekonomi Jatim secara tahunan atau year on year (yoy) cukup signifikan terjadi pada sektor usaha Informasi dan Komunikasi sebesar 10,39%. Kondisi ini terutama didorong adanya pemberlakuan Work From Home (WFH) dan School From Home (SFH).
Sehingga meningkatkan trafik data provider seluler serta meningkatnya penggunaan aplikasi rapat virtual seperti Zoom Meeting, seminar daring atau webinar. “Kami optimistis di semester kedua tahun ini pertumbuhan ekonomi Jatim akan terus tumbuh dan tidak berada di angka minus,” ungkap Khofifah.
Guna mencapai proyeksi tersebut, orang nomor satu di Jatim itu akan menggalakkan sejumlah sektor yang mampu memacu pertumbuhan ekonomi. Salah satunya membuka sektor pariwisata. Disisi lain, pihaknya berkoordinasi secara intens dengan Bank Indonesia (BI) dalam menentukan langkah-langkah strategis dalam mendongkrak ekonomi Jatim.
“Meskipun semua tempat wisata sudah mulai dibuka, kami harap pengelola tetap disiplin menerapkan protokol kesehatan,” tandas Khofifah.(Baca: Langkah Pemprov Jatim Percepat Pemulihan Ekonomi Saat Pandemi COVID-19)
Diketahui, saat ini sekitar 550 dari total 969 destinasi wisata di Jatim sudah mulai beroperasi setelah tutup sejak pandemi COVID-19 Maret 2020 lalu. Hingga awal Oktober 2020 ini, jumlah wisatawan nusantara ke Jatim mencapai 2,4 juta orang.