Kisah di Balik Kuda Sakti Madura Diterjunkan Serang Jayakatwang dan Daha
loading...

Kuda khusus dari Madura disiapkan oleh Raden Wijaya dan Arya Wiraraja untuk menyerbu Daha, Kediri. FOTO/IST
A
A
A
Kuda khusus dari Madura disiapkan oleh Raden Wijaya dan Arya Wiraraja untuk menyerbu Daha, Kediri. Langkah ini untuk membalas serangan Jayakatwang dari Kediri ke Singasari , ketika Kertanagara mertua Raden Wijaya bertakhta.
Kuda-kuda yang didatangkan oleh Arya Wiraraja dari Pulau Madura ini konon bukan kuda sembarangan. Kuda ini memiliki kekuatan dari sisi tenaga. Pemanfaatan kuda sebanyak 27 ekor ini merupakan hasil diskusi antara Raden Wijaya, Rangga Lawe, Ken Sora, dan para wreddha menteri.
Menurut buku berjudul Menuju Puncak Kemegahan: Sejarah Kerajaan Majapahit, mereka berunding untuk merencanakan skema penyerangan terhadap Kerajaan Kediri yang memberontak kepada Raja Kertanagara yang terakhir berkuasa di Singasari atau Tumapel. Topik pembicaraan di antara mereka adalah segala persiapan perang mengenai senjata, kereta, tentara dan mata-mata yang harus menyelidiki kekuatan musuh. Tegal serta dusun mana yang harus dilalui dalam perjalanan tentara menyerbu Kediri. Ringkasnya, mereka merundingkan segala persiapan perang seteliti-telitinya.
Akhirnya Rangga Lawe mengajukan usul perihal armada yang akan digunakan berperang. Rangga Lawe meminta izin untuk segera pulang ke Madura, kemudian secepat mungkin kembali ke Majapahit dengan membawa kuda ayahnya, berasal dari Bima, untuk digunakan sebagai kendaraan para menteri. Usul itu disetujui. Rangga Lawe lalu pulang.
Pada bulan Waisaka, Menteri Daha Sagara Winotan datang di Majapahit sebagai utusan Raja Jayakatwang. Kedatangannya ke Majapahit membawa pesan agar Raden Wijaya segera ke Daha setelah berburu, kemudian berangkat lagi bersama Raja Jayakatwang ke Majapahit untuk berburu.
Kebetulan pada waktu itu Rangga Lawe tiba dengan kapal dari Madura membawa kuda. Kuda segera diturunkan dari kapal. Menteri Sagara Winotan heran melihatnya. Raden Wijaya segera memberi keterangan bahwa kuda-kuda itu dimaksud untuk persiapan berburu.
Kudanya telah datang tapi anjingnya belum, demikian pula jaring-jaringnya. Pada awal bulan berikutnya, anjing dan jaring itu sudah akan siap. Jika segala persiapan telah lengkap dikerjakan, ia akan segera berangkat ke Daha.
Pada hari yang telah ditentukan, kuda sebanyak 27 ekor telah siap. Kuda itu langsung dibawa Rangga Lawe dari Madura ke Majapahit yang kala itu masih belum berdiri menjadi kerajaan berdikari. Kuda-kuda itu pun dibagikan ke para menteri dan ketua dusun yang akan turut menyerbu Daha, yang dipimpin Jayakatwang.
Arya Wiraraja sudah bersiap-siap untuk berangkat ke Majapahit dari Sumenep lengkap bersama bala tentara dari Madura. Mereka datang dengan menggunakan perahu sampai Canggu. Kedatangannya pun langsung dijemput Raden Wijaya sendiri.
Lihat Juga: Belanda Pecah Wilayah Keraton Yogyakarta dan Surakarta Pasca Pemberontakan Mangkubumi-RM Said
Kuda-kuda yang didatangkan oleh Arya Wiraraja dari Pulau Madura ini konon bukan kuda sembarangan. Kuda ini memiliki kekuatan dari sisi tenaga. Pemanfaatan kuda sebanyak 27 ekor ini merupakan hasil diskusi antara Raden Wijaya, Rangga Lawe, Ken Sora, dan para wreddha menteri.
Menurut buku berjudul Menuju Puncak Kemegahan: Sejarah Kerajaan Majapahit, mereka berunding untuk merencanakan skema penyerangan terhadap Kerajaan Kediri yang memberontak kepada Raja Kertanagara yang terakhir berkuasa di Singasari atau Tumapel. Topik pembicaraan di antara mereka adalah segala persiapan perang mengenai senjata, kereta, tentara dan mata-mata yang harus menyelidiki kekuatan musuh. Tegal serta dusun mana yang harus dilalui dalam perjalanan tentara menyerbu Kediri. Ringkasnya, mereka merundingkan segala persiapan perang seteliti-telitinya.
Akhirnya Rangga Lawe mengajukan usul perihal armada yang akan digunakan berperang. Rangga Lawe meminta izin untuk segera pulang ke Madura, kemudian secepat mungkin kembali ke Majapahit dengan membawa kuda ayahnya, berasal dari Bima, untuk digunakan sebagai kendaraan para menteri. Usul itu disetujui. Rangga Lawe lalu pulang.
Pada bulan Waisaka, Menteri Daha Sagara Winotan datang di Majapahit sebagai utusan Raja Jayakatwang. Kedatangannya ke Majapahit membawa pesan agar Raden Wijaya segera ke Daha setelah berburu, kemudian berangkat lagi bersama Raja Jayakatwang ke Majapahit untuk berburu.
Kebetulan pada waktu itu Rangga Lawe tiba dengan kapal dari Madura membawa kuda. Kuda segera diturunkan dari kapal. Menteri Sagara Winotan heran melihatnya. Raden Wijaya segera memberi keterangan bahwa kuda-kuda itu dimaksud untuk persiapan berburu.
Kudanya telah datang tapi anjingnya belum, demikian pula jaring-jaringnya. Pada awal bulan berikutnya, anjing dan jaring itu sudah akan siap. Jika segala persiapan telah lengkap dikerjakan, ia akan segera berangkat ke Daha.
Pada hari yang telah ditentukan, kuda sebanyak 27 ekor telah siap. Kuda itu langsung dibawa Rangga Lawe dari Madura ke Majapahit yang kala itu masih belum berdiri menjadi kerajaan berdikari. Kuda-kuda itu pun dibagikan ke para menteri dan ketua dusun yang akan turut menyerbu Daha, yang dipimpin Jayakatwang.
Arya Wiraraja sudah bersiap-siap untuk berangkat ke Majapahit dari Sumenep lengkap bersama bala tentara dari Madura. Mereka datang dengan menggunakan perahu sampai Canggu. Kedatangannya pun langsung dijemput Raden Wijaya sendiri.
Lihat Juga: Belanda Pecah Wilayah Keraton Yogyakarta dan Surakarta Pasca Pemberontakan Mangkubumi-RM Said
(abd)