Awas! Selama Juni Ada 21 Kasus Demam Berdarah di Salatiga
loading...
A
A
A
SALATIGA - Dinas Kesehatan Kota Salatiga, pada bulan Juni 2020 ini menemukan sebanyak 21 kasus demam berdarah dengue (DBD). Puluhan kasus itu tersebar di 16 kelurahan.
(Baca juga: Hendak Pulang, Pembantu Rumah Tangga di Rembang Tewas Kecelakaan )
Kepala Dinas Kesehatan Kota Salatiga, Siti Zuraidah mengatakan, dari 21 kasus tersebut, terbanyak terdapat di Kelurahan Kutowinangun Lor yakni empat kasus. Kemudian, dua kasus masing-masing di Sidorejo Kidul, dan Mangunsari. "Di kelurahan lain ditemukan masing-masing ditemukan satu kasus," terangnya.
Dia menjelaskan, gejala awal penyakit yang disebabkan oleh nyamuk aedes aegypti ini memang hampir mirip dengan warga terpapar virus Corona, yakni demam tinggi. Karena itu, masyarakat diminta untuk tidak panik, namun tetap waspada.
"Gejala awal orang positif DBD hampir sama dengan orang terkena COVID-19, karena disertai demam. Anggota keluarga atau orang lain jangan menjauhi orang yang terjangkit DBD," ujarnya.
(Baca juga: Truk Seruduk Pikap di Jalur Malang-Surabaya, 2 Pengemudi Tewas )
Dia mengungkapkan, situasi pandemi COVID-19, memang membuat masyarakat sulit membedakan gejala awal seseorang yang mengalami sakit karena gigitan nyamuk aedes aegypti. Adapun ciri-ciri orang sakit karena COVID-19 selain demam juga diikuti sesak nanafas.
"Sedangkan DBD ada rasa nyeri pada ulu hati, maka diperlukan pemeriksaan tourniquet. Nampak juga bintik-bintik kemerahan dan mimisan. Sedangkan COVID-19 dibuktikan lewat rapid test atau swab," terangnya. (Baca juga: Memilukan, Perawat Hamil 8 Bulan Meninggal Akibat COVID-19 )
Guna mencegah penyakit DBD, Siti Zuraidah mengimbau masyarakat untuk menerapkan pola hidup bersih. "Dan yang tidak kalah penting, masyarakat harus melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) mulai dari lingkungan rumah masing-masing," tandasnya.
(Baca juga: Hendak Pulang, Pembantu Rumah Tangga di Rembang Tewas Kecelakaan )
Kepala Dinas Kesehatan Kota Salatiga, Siti Zuraidah mengatakan, dari 21 kasus tersebut, terbanyak terdapat di Kelurahan Kutowinangun Lor yakni empat kasus. Kemudian, dua kasus masing-masing di Sidorejo Kidul, dan Mangunsari. "Di kelurahan lain ditemukan masing-masing ditemukan satu kasus," terangnya.
Dia menjelaskan, gejala awal penyakit yang disebabkan oleh nyamuk aedes aegypti ini memang hampir mirip dengan warga terpapar virus Corona, yakni demam tinggi. Karena itu, masyarakat diminta untuk tidak panik, namun tetap waspada.
"Gejala awal orang positif DBD hampir sama dengan orang terkena COVID-19, karena disertai demam. Anggota keluarga atau orang lain jangan menjauhi orang yang terjangkit DBD," ujarnya.
(Baca juga: Truk Seruduk Pikap di Jalur Malang-Surabaya, 2 Pengemudi Tewas )
Dia mengungkapkan, situasi pandemi COVID-19, memang membuat masyarakat sulit membedakan gejala awal seseorang yang mengalami sakit karena gigitan nyamuk aedes aegypti. Adapun ciri-ciri orang sakit karena COVID-19 selain demam juga diikuti sesak nanafas.
"Sedangkan DBD ada rasa nyeri pada ulu hati, maka diperlukan pemeriksaan tourniquet. Nampak juga bintik-bintik kemerahan dan mimisan. Sedangkan COVID-19 dibuktikan lewat rapid test atau swab," terangnya. (Baca juga: Memilukan, Perawat Hamil 8 Bulan Meninggal Akibat COVID-19 )
Guna mencegah penyakit DBD, Siti Zuraidah mengimbau masyarakat untuk menerapkan pola hidup bersih. "Dan yang tidak kalah penting, masyarakat harus melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) mulai dari lingkungan rumah masing-masing," tandasnya.
(eyt)