COVID-19 di Jatim Hampir Samai DKI Jakarta, Ini 3 Pesan Doni Monardo

Rabu, 24 Juni 2020 - 19:12 WIB
loading...
COVID-19 di Jatim Hampir...
Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Doni Monardo (kanan) berbincang dengan Gubernur Jawa Timur (Jatim) Khofifah Indar Parawansa (tengah) usai rapat koordinasi penanganan COVID-19 di Gedung Negara Grahadi. Foto/SINDOnews/Lukman Hakim
A A A
SURABAYA - Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Doni Monardo, Menteri Kesehatan (Menkes) Terawan Agus Putranto, Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD dan Gubernur Jawa Timur (Jatim) Khofifah Indar Parawansa menggelar rapat koordinasi penanganan COVID-19 di Gedung Negara Grahadi, Rabu (24/6/2020).

Dalam kesempatan ini, Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Doni Monardo menyampaikan tiga hal yang harus dilakukan Pemprov Jatim dalam menekan angka penyebaran virus corona. Ini mengingat jumlah kasus di Jatim terus bergerak naik dan diperkirakan bisa melampaui DKI Jakarta. (Baca juga: Menkes Terawan Tegaskan Kebijakan PSBB Diserahkan ke Daerah )

Pada Selasa (23/6/2020), jumlah kasus positif COVID-19 di Jatim sebanyak 10.092 kasus. Sedangkan DKI Jakarta 10.123 kasus. “Yang pertama, perlu dilakukan kajian, penyebabnya apa (kenaikan kasus positif COVID-19),” kata Doni.

Dia mengatakan, Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa menyebutkan, salah satu penyebab tingginya kasus COVID-19 di Jatim berasal dari klaster jenazah. Belakangan banyak kasus pengambil alihan jenazah oleh pihak keluarga. Setiap ada pasien yang sudah beresiko tinggi, kata dia, harus ada pendekatan dengan pihak keluarga.

“Sehingga mereka tidak gegabah untuk mengambil alih jenazah. Dampaknya akan timbul kasus baru. Kalau di antara keluarga itu ada yang komorbid, tentu akan sangat berbahaya. Itu dampaknya bisa timbulkan kematian,” kata dia.

Menurut dia, harus ada pelibatan dengan tokoh masyarakat maupun tokoh agama dan berbagai kalangan di Jatim. Sehingga, kasus pengambil alihan jenazah tidak terulang lagi. “Sangat disayangkan, dimana pemerintah harus melindungi warga negaranya, akhirnya terdampak COVID-19 akibat karena ketidaktahuan,” kata dia.

Kedua, langkah Pemprov Jatim menggelar tes massal COVID-19 bersama dengan kabupaten dan kota patut diapresiasi. Sebab, dari tes tersebut, mampu mendapatkan sebanyak 2.000 spesimen per hari. Sehingga wajar, dalam sehari ada rata-rata 100 hingga 300 kasus positif COVID-19 baru di Jatim. “Perlu diperhatikan langkah isolasi mandiri tingkat RT atau RW. Saya melihat langkah ini sudah dilakukan. Hanya mungkin perlu lebih agresif,” kata Doni.

Sehingga, kata dia, mereka yang sudah positif COVID-19, dan juga mereka yang kontak erat dengan yang positif, untuk disiplin dan tidak melakukan kegiatan di luar rumah. Maka, dia meminta agar TNI dan Polri turun ke lapangan untuk mendisiplinkan masyarakat. “Sehingga seluruh warga memiliki kepatuhan. Namun kita harapkan agar kepatuhan itu bukan hanya karena kehadiran TNI Polri, tapi karena kesadaran personal,” kata dia.

Ketiga, kata Doni, penting untuk melakukan kampanye sosial dalam upaya pencegahan. Upaya pencegahan bisa menjadi bagian dari ibadah. Menurut dia, pendekatan ini bagus. Jika bisa melindungi diri sendiri dan melindungi orang lain dari COVID-19, maka bisa menjadi pahlawan kemanusiaan. “Imbauan ini harus digalakkan untuk kurangi sikap berani hadapi penyakit. Sikap berani hadapi penyakit ini kurang bagus. Dapat mengakibatkan kerugian diri sendiri dan lingkungan,” pungkas dia.
(nth)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1523 seconds (0.1#10.140)