Kisah Ken Umang, Cinta Pertama Ken Arok dan Pejuang Singasari yang Hanya Menjadi Selir

Senin, 06 Juni 2022 - 05:05 WIB
loading...
Kisah Ken Umang, Cinta Pertama Ken Arok dan Pejuang Singasari yang Hanya Menjadi Selir
Candi Telih, yang terletak di lereng Gunung Arjuna, tepatnya di wilayah Desa Klampok, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang, menjadi saksi bisu cinta Ken Arok dan Ken Umang. Foto/Ist.
A A A
Kisah percintaan Ken Arok dengan Ken Dedes, begitu menggelegar. Bahkan penulis ternama Indonesia, Pramoedya Ananta Toer mengabadikan kisah cinta tersebut dalam sebuah novel berjudul "Arok Dedes".



Percintaan yang diwarnai dengan pertumpahan darah hingga tujuh turunan tersebut, menjadi cikal-bakal lahirnya Kerajaan Singasari, yang kemudian menjelma menjadi kerajaan besar di Nusantara.



Ken Arok harus menghabisi nyawa Tunggul Ametung, untuk mendapatkan cinta Ken Dedes. Ken Arok jatuh cinta kepada Ken Dedes, setelah tanpa sengaja melihat cahaya dari kemaluan Ken Dedes. Kala itu, Ken Dedes sudah menjadi istri Tunggul Ametung.



Tunggul Ametung yang kala itu menjadi seorang Akuwu Tumapel, di bawah Kerajaan Kadiri, akhirnya tewas bersimbah darah oleh tikaman Ken Arok. Tak main-main, Ken Arok menggunakan Keris Mpu Gandring, untuk menghabisi nyawa suami Ken Dedes.

Terbunuhnya Tunggul Ametung, membuat Ken Arok dapat mempersunting Ken Dedes, dan menguasai wilayah Tumapel. Ken Arok lalu menakhlukkan Kerajaan Kadiri, dan menjelma menjadi raja Kerajaan Singasari, yang didirikannya.

Setelah resmi naik takhta sebagai penguasa Kerajaan Singasari, Ken Arok yang memiliki gelar Sri Rajasa Bathara Sang Amurwabhumi tersebut, menjadikan Ken Dedes sebagai permaisurinya.

Tetapi siapa sangka, cinta pertama Ken Arok justru bukan Ken Dedes. Cinta pertama pendiri Kerajaan Singasari ini, justru jatuh pada seorang gadis yang merupakan saudara angkatnya, yakni Ken Umang.

Ken Umang merupakan putri dari Bango Samparan. Kisah pertemuan Ken Arok dengan Bango Samparan, dan Ken Umang, berawal dari kisah kelahiran Ken Arok yang tak dikehendaki, karena diduga merupakan hasil hubungan gelap.



Dikisahkan dalam buku "Menuju Puncak Kemegahan Sejarah Kerajaan Majapahit" karya Slamet Muljana, Ken Arok merupakan hasil hubungan gelap antara Ken Ndok dengan laki-laki lain yang berujung hingga perceraian Ken Ndok dengan suaminya, Gajah Para.

Gadjah Para memutuskan untuk menceraikan istrinya, dan kembali pulang ke Dusun Campara. Sedangkan Ken Endok kembali pulang ke Dusun Pangkur. Lima hari usai berpisah dengan istrinya, Gadjah Para dikabarkan meninggal dunia.

Sementara, Ken Ndok yang malu bahwa karena telah hamil usai berhubungan gelap dengan laki-laki bukan suaminya, berniat membuang bayinya. Niat itu diwujudkan setelah bayi mungil darah dagingnya sendiri terlahir ke dunia. Ken Ndok membuang bayinya di pemakaman.

Pada malam harinya, bayi mungil tersebut ditemukan seorang pencuri bernama Lembong. Pencuri itu diceritakan melihat cahaya terang di pemakaman, yang ternyata seorang bayi laki-laki sedang menangis.

Lembong akhirnya tertarik memungut Ken Arok dan mengambilnya menjadi anak angkat. Setelah beberapa hari kemudian, seorang pembantu Lembong menyiarkan informasi bahwa sang majikan telah menemukan anak bayi yang diambil di kuburan, dengan kondisi anak itu memancarkan sinar.



Informasi yang berkembang dari mulut ke mulut itu sampailah ke telinga Ken Ndok. Lalu Ken Ndok mendatangi Lembong, dan bercerita bahwa bayi yang ditemukannya adalah anaknya bernama Ken Arok, yang merupakan keturunan batara Brahma.

Ken Ndok tetap mengizinkan Ken Arok hidup bersama Lembong semasa kecilnya. Saat diasuh Lembong, Ken Arok kecil juga suka berjudi hingga menghabiskan harta kekayaan orang tua pungutnya.

Lembong yang jatuh miskin, akhirnya mengusir Ken Arok. Kemudian Ken Arok diasuh oleh seorang penjudi asal Desa Karuman (yang kini diduga sebagai wilayah Garum, Kabupaten Blitar) bernama Bango Samparan.

Bango Samparan senang dengan Ken Arok, karena dianggap sebagai pembawa keberuntungan. Dalam perjalanannya, Ken Arok tidak betah diasuh oleh Genukbuntu, istri tua Bango Samparan.

Ken Arok akhirnya berkelana, dan berkawan dengan Tita yang merupakan anak seorang Kepala Desa Siganggeng (yang kini diduga sebagai wilayah Senggreng, Kecamatan Sumberpucung, Kabupaten Malang).



Keduanya menjelma sebagai pasangan perampok yang ditakuti di seluruh kawasan Kerajaan Kadiri. Perjalanan hidup Ken Arok yang disebut Ken Angrok dalam Kitab Pararaton, akhirnya bertemu dengan seorang brahmana dari India bernama Lohgawe.

Brahmana tersebut, datang ke Jawa, untuk mencari titisan Wisnu. Dari ciri-ciri yang ditemukan, Lohgawe yakin kalau Ken Arok adalah orang yang dicarinya. Pertemuan dengan Lohgawe ini akhirnya merubah jalan hidup seorang Ken Arok.

Setelah sekian lama terpisah, akhirnya Ken Arok dipertemukan kembali dengan Ken Umang. Pertemuan ini terjadi tanpa sengaja, di mana saat itu Ken Arok tengah bergereliya menumbangkan Tumapel, dan hal yang sama juga dilakukan Ken Umang.

Keduanya akhirnya bersatu berjuang menumbangkan Tumapel, yang dipimpin Tunggul Ametung. Kekejaman para tentara Tumapel, membuat Ken Umang memberontak dan melakukan perlawanan.

Setelah bertemu kembali dengan Ken Arok, Ken Umang semakin memperkuat barisan pasukan wanita untuk membantu Ken Arok. Keduanya akhirnya menikah. Berdasarkan Prasasti Mula Malurung tahun 1255, keduanya dianugerahi empat orang anak, yakni Tohjaya, Panji Sudatu, Tuan Wregola, dan Dewi Rambi.



Dikisahkan pada buku "Hitam Putih Ken Arok dari Kejayaan hingga Keruntuhan" karya Muhammad Syamsuddin, Ken Arok sering mengunjungi Ken Umang, tanpa sepengetahuan Ken Dedes.

Ken Arok mengunjungi Ken Umang di salah satu candi bernama Telih. Candi tersebut, berada di lereng Gunung Arjuna. Kini Candi Telih masuk dalam wilayah Dusun Sumbul, Desa Klampok, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang.

Di Candi Telih yang memiliki ketinggian sekitar 2 meter dan lebar bangunan 2,5 meter inilah, Ken Arok dan Ken Umang sering bertemu untuk memadu kasih. Ken Arok melepas rindu dengan Ken Umang istri pertamanya. Di candi itu pula, Ken Arok melangsungkan percintaannya dengan Ken Umang.

Saat pengukuhan Ken Arok menjadi penguasa Tumapel, Guru Ken Arok, Lohgawe menjawab protes rakyat Tumapel. Sebab selama ini rakyat Tumapel mengetahui perjuangan Ken Umang, dalam melakukan perlawanan terhadap Akuwu Tumapel, Tunggul Ametung, dan pasukannya.

Alhasil Ken Umang turut dihadirkan di tengah-tengah acara pengukuhan Ken Arok sebagai penguasa Tumapel. Ken Arok mempunyai dua permaisuri yakni Ken Dedes dan Ken Umang. Kendati demikian, pada akhirnya Ken Dedes yang menjadi permaisuri Ken Arok, sedangkan Ken Umang tetap menjadi selir dari Ken Arok.

Kendati hanya menjadi selir, Ken Umang tetap mendapat tempat di Istana Tumapel. Ken Umang ikhlas hanya menjadi selir dari Ken Arok, lantaran dia menyadari hanyalah seorang dari kasta sudra, yang tentunya berbeda dengan Ken Dedes yang berasal dari kasta brahmana.
(eyt)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1870 seconds (0.1#10.140)