Laksamana Muda John Lie, Si 'Hantu' Selat Malaka yang Selalu Lolos dari Kepungan Belanda
loading...
A
A
A
Selanjutnya, mereka berlayar menuju Aceh. Dalam perjalanan, tak diduga kapal Belanda mengadang saat "The Outlaw" memasuki Delta Tamiang. Tanpa ada peringatan, "The Outlaw" langsung dibombardir tembakan meriam secara membabi buta.
Suasana menjadi kacau dan mencekam seketika. Peluru mendesing menghujam lambung kapal. Bahkan ledakan menggelegar terjadi di jarak tiga meter dari John Lie menunduk. "The Outlaw" dalam bahaya, John Lie pasrah. Namun, pada saat itulah keajaiban kembali memihak John Lie, dkk.
Kapal Belanda tiba-tiba tidak bisa bergerak mengejar "The Outlaw". Kapal Belanda kandas. Kesempatan itu dimanfaatkan "The Outlaw" untuk melarikan diri dan bersembunyi di Delta Tamiang.
Namun, saat sedang bersembunyi, tak terduga armada udara Belanda berputar-putar di atas Delta Tamiang mencari "The Outlaw". Lagi-lagi terjadi keajaiban. Pesawat itu, tidak melihat "The Outlaw" yang sudah sekarat di bawahnya.
Lolos dari situ, "The Outlaw" kemudian memutuskan kembali ke Penang. Saat itu, satu baling-baling mesinnya copot sehingga dipastikan sulit untuk melarikan diri jika dikejar Belanda.
Dan benar, saat subuh, tinggal sedikit lagi memasuki Selat Malaka, "The Outlaw" berpapasan dengan kapal tanker milik Belanda. Nakhoda kapal tangker itu kemudian menghubungi armada militer Belanda. Dalam waktu singkat, kapal patroli Belanda kembali mengadang "The Outlaw".
Tembakan meriam memecah kesunyian di pagi-pagi buta. Sadar jarak ke Penang masih jauh, John Lie dan awak hanya bisa pasrah dan berserah pada Tuhan. Kali ini, "The Outlaw" kembali mendapat keajaiban.
Cuaca di selat maut di pagi itu tiba-tiba berubah. Hujan tumpah dari langit sangat deras disertai kabut yang menyelimuti permukaan laut. Gelombang laut tiba-tiba berkecamuk. Ini membuat kapal Belanda tidak bisa melihat, sehingga "The Outlaw" kembali lolos dari perangkap.
Pada 30 September 1949, John Lie dipindahkan ke Bangkok. Ia mendapat tugas baru di Pos Hubungan Luar Negeri. Meski tidak lagi menahkodai kapal, namun tugasnya di darat sama, yaitu menyiapkan pasokan senjata untuk para pejuang kemerdekaan.
"The Outlaw" kemudian dipimpin Kapten Laut Kusno. Disebutkan, dalam pelayaran pertama yang dipimpin Kusno, "The Outlaw" berhasil ditangkap armada Belanda. Seluruh isinya disita musuh.
Suasana menjadi kacau dan mencekam seketika. Peluru mendesing menghujam lambung kapal. Bahkan ledakan menggelegar terjadi di jarak tiga meter dari John Lie menunduk. "The Outlaw" dalam bahaya, John Lie pasrah. Namun, pada saat itulah keajaiban kembali memihak John Lie, dkk.
Kapal Belanda tiba-tiba tidak bisa bergerak mengejar "The Outlaw". Kapal Belanda kandas. Kesempatan itu dimanfaatkan "The Outlaw" untuk melarikan diri dan bersembunyi di Delta Tamiang.
Namun, saat sedang bersembunyi, tak terduga armada udara Belanda berputar-putar di atas Delta Tamiang mencari "The Outlaw". Lagi-lagi terjadi keajaiban. Pesawat itu, tidak melihat "The Outlaw" yang sudah sekarat di bawahnya.
Lolos dari situ, "The Outlaw" kemudian memutuskan kembali ke Penang. Saat itu, satu baling-baling mesinnya copot sehingga dipastikan sulit untuk melarikan diri jika dikejar Belanda.
Dan benar, saat subuh, tinggal sedikit lagi memasuki Selat Malaka, "The Outlaw" berpapasan dengan kapal tanker milik Belanda. Nakhoda kapal tangker itu kemudian menghubungi armada militer Belanda. Dalam waktu singkat, kapal patroli Belanda kembali mengadang "The Outlaw".
Tembakan meriam memecah kesunyian di pagi-pagi buta. Sadar jarak ke Penang masih jauh, John Lie dan awak hanya bisa pasrah dan berserah pada Tuhan. Kali ini, "The Outlaw" kembali mendapat keajaiban.
Cuaca di selat maut di pagi itu tiba-tiba berubah. Hujan tumpah dari langit sangat deras disertai kabut yang menyelimuti permukaan laut. Gelombang laut tiba-tiba berkecamuk. Ini membuat kapal Belanda tidak bisa melihat, sehingga "The Outlaw" kembali lolos dari perangkap.
Pada 30 September 1949, John Lie dipindahkan ke Bangkok. Ia mendapat tugas baru di Pos Hubungan Luar Negeri. Meski tidak lagi menahkodai kapal, namun tugasnya di darat sama, yaitu menyiapkan pasokan senjata untuk para pejuang kemerdekaan.
"The Outlaw" kemudian dipimpin Kapten Laut Kusno. Disebutkan, dalam pelayaran pertama yang dipimpin Kusno, "The Outlaw" berhasil ditangkap armada Belanda. Seluruh isinya disita musuh.