Kisah Laksamana Malahayati, Singa Betina Tanah Rencong Penjaga Selat Malaka
loading...
A
A
A
MALAHAYATI merupakan seorang perempuan pejuang dan pahlawan nasional dari Kesultanan Aceh yang dikenal sebagai pendiri Inong Balee merupakan pasukan perang pertama yang seluruh anggotanya adalah perempuan.
Lahir 1 Januari 1550, Malahayati menjadi salah satu pahlawan besar dari Tanah Rencong, selain Cut Nyak Dien dan Cut Nyak Meutia, yang melawan kolonialisme. Terlahir dengan nama Keumalahayati, ia berasal dari keluarga bangsawan dengan darah petualang samudera.
Seperti tertulis di dalam buku Malahayati: Sang Perempuan Keumala karya Endang Moerdopo menyebutkan Malahayati merupakan Laksamana perempuan pertama Kerajaan Aceh yang hidup pada abad ke-16.
Ayahnya Laksamana Mahmud Syah, adalah Panglima Angkatan Laut Kesultanan Aceh. Setelah suaminya gugur dalam pertempuran, Malahayati bersumpah untuk membalas dendam dan meneruskan perjuangan suaminya.
Sultan Riayat Syah kemudian mengangkatnya sebagai Laksamana, menjadikannya perempuan pertama di dunia yang menyandang pangkat tersebut. Malahayati kemudian mendirikan Inong Balee, sebuah pasukan elite yang terdiri dari 2.000 janda prajurit yang gugur melawan Portugis.
Pasukan ini dilatih dengan kemampuan tempur yang tangguh, berkat pengetahuan yang diperoleh Malahayati saat belajar di Mahad Baitul Maqdis di bawah instruktur dari Turki. Pasukan Inong Balee terlibat dalam beberapa peperangan melawan Portugis dan Belanda.
Mereka beroperasi di perairan Selat Malaka, pantai timur Sumatera, dan Malaya. Mereka juga membangun Benteng Inong Balee di perbukitan dekat pesisir Teluk Lamreh, Krueng Raya, sebagai pusat pelatihan dan pertahanan.
Pada 21 Juni 1599, dua kapal Belanda, de Leeuw dan de Leeuwin, mencoba bersandar di pelabuhan Aceh Besar. Karena reputasi buruk mereka, Sultan menolak memberi izin. Malahayati dan pasukannya diperintahkan untuk mengusir kapal-kapal tersebut.
Lahir 1 Januari 1550, Malahayati menjadi salah satu pahlawan besar dari Tanah Rencong, selain Cut Nyak Dien dan Cut Nyak Meutia, yang melawan kolonialisme. Terlahir dengan nama Keumalahayati, ia berasal dari keluarga bangsawan dengan darah petualang samudera.
Seperti tertulis di dalam buku Malahayati: Sang Perempuan Keumala karya Endang Moerdopo menyebutkan Malahayati merupakan Laksamana perempuan pertama Kerajaan Aceh yang hidup pada abad ke-16.
Ayahnya Laksamana Mahmud Syah, adalah Panglima Angkatan Laut Kesultanan Aceh. Setelah suaminya gugur dalam pertempuran, Malahayati bersumpah untuk membalas dendam dan meneruskan perjuangan suaminya.
Sultan Riayat Syah kemudian mengangkatnya sebagai Laksamana, menjadikannya perempuan pertama di dunia yang menyandang pangkat tersebut. Malahayati kemudian mendirikan Inong Balee, sebuah pasukan elite yang terdiri dari 2.000 janda prajurit yang gugur melawan Portugis.
Pasukan ini dilatih dengan kemampuan tempur yang tangguh, berkat pengetahuan yang diperoleh Malahayati saat belajar di Mahad Baitul Maqdis di bawah instruktur dari Turki. Pasukan Inong Balee terlibat dalam beberapa peperangan melawan Portugis dan Belanda.
Mereka beroperasi di perairan Selat Malaka, pantai timur Sumatera, dan Malaya. Mereka juga membangun Benteng Inong Balee di perbukitan dekat pesisir Teluk Lamreh, Krueng Raya, sebagai pusat pelatihan dan pertahanan.
Pada 21 Juni 1599, dua kapal Belanda, de Leeuw dan de Leeuwin, mencoba bersandar di pelabuhan Aceh Besar. Karena reputasi buruk mereka, Sultan menolak memberi izin. Malahayati dan pasukannya diperintahkan untuk mengusir kapal-kapal tersebut.