Kisah Tjong A Fie, Crazy Rich Era Kolonial yang Dermawan dan Menghormati Keberagaman
loading...
A
A
A
Dia juga dikenal sebagai pelopor industri perkebunan dan transportasi kereta api pertama di Sumatera Utara, yakni Deli Spoorweg Maatschappij (DSM). Hingga kini karya itu masih bisa dirasakan, berupa jalur kereta api yang menghubungkan Kota Medan dengan Pelabuhan Belawan.
Sebelum meninggal dunia, Tjong A Fie membuat wasiat dengan menyerahkan seluruh kekayaannya di Sumatera maupun di luar Sumatera kepada Yayasan Toen Moek Tong. Yayasan tersebut, harus didirikan Medan dan Sungkow, pada saat dia meninggal dunia.
Tak hanya itu, dalam wasiatnya, dia membuat pernyataan tertulis agar yayasan itu nantinya juga memberikan bantuan keuangan untuk kepentingan penyelesaian pendidikan kepada para pemuda berbakat, dan berkelakuan baik, tanpa membedakan kebangsaan.
Yayasan Toen Moek Tong ini, juga diwasiatkan oleh Tjong A Fie untuk membantu orang tidak mampu bekerja dengan baik akibat cacat, serta membantu mereka yang menjadi korban bencana alam tanpa memandang etnis.
Apopleksia atau pendarahan otak, membuat perjalanan hidup Tjong A Fie berakhir. pengusaha kaya raya ini, meninggal dunia pada tanggal 4 Februari 1921. Kepergiannya untuk selamanya, membuat warga Kota Medan berduka.
Ribuan orang pelayat datang dari berbagai daerah, untuk mengantarkannya ke tempat peristirahatan abadi, Para pelayat itu tak hanya datang dari Kota Medan, mereka juga datang dari Sumatera Timur, Aceh, Padang, Penang, Malaya, Singapura, dan Pulau Jawa.
Sebelum meninggal dunia, Tjong A Fie membuat wasiat dengan menyerahkan seluruh kekayaannya di Sumatera maupun di luar Sumatera kepada Yayasan Toen Moek Tong. Yayasan tersebut, harus didirikan Medan dan Sungkow, pada saat dia meninggal dunia.
Tak hanya itu, dalam wasiatnya, dia membuat pernyataan tertulis agar yayasan itu nantinya juga memberikan bantuan keuangan untuk kepentingan penyelesaian pendidikan kepada para pemuda berbakat, dan berkelakuan baik, tanpa membedakan kebangsaan.
Yayasan Toen Moek Tong ini, juga diwasiatkan oleh Tjong A Fie untuk membantu orang tidak mampu bekerja dengan baik akibat cacat, serta membantu mereka yang menjadi korban bencana alam tanpa memandang etnis.
Apopleksia atau pendarahan otak, membuat perjalanan hidup Tjong A Fie berakhir. pengusaha kaya raya ini, meninggal dunia pada tanggal 4 Februari 1921. Kepergiannya untuk selamanya, membuat warga Kota Medan berduka.
Ribuan orang pelayat datang dari berbagai daerah, untuk mengantarkannya ke tempat peristirahatan abadi, Para pelayat itu tak hanya datang dari Kota Medan, mereka juga datang dari Sumatera Timur, Aceh, Padang, Penang, Malaya, Singapura, dan Pulau Jawa.
(eyt)