Kisah Marsose, Pasukan Khusus Belanda Beranggotakan Pribumi yang Terkenal Kejam dan Sadis
loading...
A
A
A
Meski akhirnya pasukan ini mampu membantu pemerintahan kolonial Hindia Belanda mengakhiri Perang Aceh yang panjang hingga awal abad ke 20. Namun Belanda mengalami kerugian yang sangat besar baik dari segi materi dan moral dalam pendudukannya di Bumi Serambi Mekkah ini.
Kiprah pasukan marsose juga dinilai berhasil mengalahkan pasukan Sisingamangaraja XII saat berperang di pedalaman Sumatera Utara pada 1907. Pasukan ini dipimpin Letkol WBJA Scheepens dan Hans Christoffel yang juga telah berhasil dalam menjalankan tugasnya di Aceh.
Hans Christofell adalah orang yang memimpin pengejaran terhadap Sisingamangaraja XII dengan bantuan prajurit Belanda dari Senegal yang sangat ahli berburu.
Setelah mereka memadamkan perjuangan Sisingamangaraja XII, di pedalaman Sumatra Utara, Piso Gaja Dompak, pedang pusaka yang biasa dibawa bertempur oleh Sisingamangaraja XII lalu diserahkan ke Gubernur Jenderal Hindia Belanda sebagai bukti raja di tanah Batak ini telah ditaklukan.
Unit marsose juga dinilai berperan dalam memadamkan perlawanan Pasukan Sultan Muhammad Seman saat Perang Banjar. Pasukan marsose di bawah pimpinan Hans Christoffel ini bisa menduduki Benteng Manawing pada Januari 1905.
Dalam pertempuran yang tidak seimbang ini Sultan Muhammad Seman tidak dapat bertahan. Sultan Banjar ini tertembak dan gugur sebagai kesuma bangsa.
Sementara salah satu marsose pribumi yang cukup diakui adalah WC Ferdinandus dari Haruku, Saparua yang berhasil mengalahkan pasukan Maria Langa pimpinan pejuang di NTB pada awal tahun 1900 an.
Selain itu ada nama Robert Talumewo, Simon Leiwakabessy, Stephanus Melfibossert Anthony dan Redjakrama yang berdarah Jawa. Atas keberanian marsose pribumi ini pemerintah Kolonial Hindia Belanda memberikan Bintang Jasa Militair Willemsorde kelas IV.
Akhirnya pada tahun 1930 pasukan Marsose di Indonesia resmi dibubarkan. Setelah bubar tak diketahui jelas kemana saja para pasukan ini menyebar. Tapi, yang pasti mereka benar-benar telah memberikan sejarah kelam dalam dunia militer di Nusantara.
Cerita mengenai marsose juga mulai redup sejak kedatangan tentara Dai Nippon di Indonesia. Kemudian tradisi pasukan khusus Belanda di Indonesia dihidupkan kembali oleh putra Letkol WBJA Scheepens yakni Kapten WJ Scheepens ketika tentara Belanda mendarat pada tahun 1945.
Kiprah pasukan marsose juga dinilai berhasil mengalahkan pasukan Sisingamangaraja XII saat berperang di pedalaman Sumatera Utara pada 1907. Pasukan ini dipimpin Letkol WBJA Scheepens dan Hans Christoffel yang juga telah berhasil dalam menjalankan tugasnya di Aceh.
Hans Christofell adalah orang yang memimpin pengejaran terhadap Sisingamangaraja XII dengan bantuan prajurit Belanda dari Senegal yang sangat ahli berburu.
Setelah mereka memadamkan perjuangan Sisingamangaraja XII, di pedalaman Sumatra Utara, Piso Gaja Dompak, pedang pusaka yang biasa dibawa bertempur oleh Sisingamangaraja XII lalu diserahkan ke Gubernur Jenderal Hindia Belanda sebagai bukti raja di tanah Batak ini telah ditaklukan.
Unit marsose juga dinilai berperan dalam memadamkan perlawanan Pasukan Sultan Muhammad Seman saat Perang Banjar. Pasukan marsose di bawah pimpinan Hans Christoffel ini bisa menduduki Benteng Manawing pada Januari 1905.
Dalam pertempuran yang tidak seimbang ini Sultan Muhammad Seman tidak dapat bertahan. Sultan Banjar ini tertembak dan gugur sebagai kesuma bangsa.
Sementara salah satu marsose pribumi yang cukup diakui adalah WC Ferdinandus dari Haruku, Saparua yang berhasil mengalahkan pasukan Maria Langa pimpinan pejuang di NTB pada awal tahun 1900 an.
Selain itu ada nama Robert Talumewo, Simon Leiwakabessy, Stephanus Melfibossert Anthony dan Redjakrama yang berdarah Jawa. Atas keberanian marsose pribumi ini pemerintah Kolonial Hindia Belanda memberikan Bintang Jasa Militair Willemsorde kelas IV.
Akhirnya pada tahun 1930 pasukan Marsose di Indonesia resmi dibubarkan. Setelah bubar tak diketahui jelas kemana saja para pasukan ini menyebar. Tapi, yang pasti mereka benar-benar telah memberikan sejarah kelam dalam dunia militer di Nusantara.
Cerita mengenai marsose juga mulai redup sejak kedatangan tentara Dai Nippon di Indonesia. Kemudian tradisi pasukan khusus Belanda di Indonesia dihidupkan kembali oleh putra Letkol WBJA Scheepens yakni Kapten WJ Scheepens ketika tentara Belanda mendarat pada tahun 1945.