7 Tahun Dipenjara, Mantan Bupati Lombok Barat Zaini Akhirnya Bebas
loading...
A
A
A
MATARAM - Mantan Bupati Lombok Barat, Zaini Arony akhirnya menghirup udara bebas dari Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Mataram setelah 7 tahun dipenjara.
Kepala Lapas Mataram Ketut Akbar Herry Achjar mengatakan, Zaini Aroni bebas murni tanpa harus menjalankan persyaratan apapun.
Mantan politisi Partai Golkar itu terjerat kasus korupsi perizinan penggunaan pemanfaatan lahan di tahun 2012 dan pemerasan calon investor senilai Rp1,4 miliar sehingga dihukum tujuh tahun penjara.
Baca juga: Terbukti Suap Bupati Muba, Terdakwa Suhandy Dihukum Penjara 2 Tahun 4 Bulan
Sebelum menghuni Lapas Mataram, Zaini sempat mendekam di Lapas Kerobokan Bali setelah sebelumnya ditahan di Rutan POMDAM Guntur cabang KPK pada 17 Maret 2015.
Komisi Pemberantasan Korupsi menetapkan Zaini Arony sebagai tersangka memaksa meminta suap. Dia memeras pengembang Djaja Business Group yang hendak membangun proyek lapangan golf dan ingin membuat tempat peristirahatan The Meang Peninsula Resort.
Zainy yang menjabat bupati sejak 2009 itu sengaja memeras DBG dengan cara menahan penerbitan surat persetujuan pembangunan proyek. Dia meminta imbalan sebesar Rp2 miliar bila ingin izin itu diteken. Dia juga sempat divonis 4 tahun penjara dan denda 200 juta.
Belakangan, tim kuasa hukumnya mengajukan banding atas putusan tersebut. Namun, hakim tinggi pada Pengadilan Tinggi Denpasar justru memperberat hukumannya. Dalam putusan banding-nya, hakim memperberat hukuman untuk Zaini Arony, dari 4 tahun menjadi tujuh tahun penjara dan denda Rp200 juta subsider dua bulan kurungan menjadi Rp500 juta subsider dua bulan kurungan.
Ketut Akbar Herry Achjar mengatakan, Zaini Arony sudah bebas Selasa (15/3/2022) sore pukul 18.00 wita dan dijemput langsung pihak keluarganya. Dikatakan, status bebas murni Zaini sebenarnya tinggal dua hari lagi.
"Yang bersangkutan sudah bebas murni karena telah menjalankan pidananya selama tujuh tahun. Jadi nggak ada persyaratan apapun dan tidak perlu wajib lapor lagi," ujar Ketut Akbar Herry Achjar kepada MPI (15/3).
Baca juga: Demo Tolak Pemekaran di Yahukimo Berujung Amuk Massa, 2 Orang Tewas Tertembak
Sejatinya, kata Ketut Akbar, Zaini bebas murni pada Kamis (17/3), sesuai vonis Pengadilan Tinggi Denpasar, Bali, pada 8 Januari 2016. Namun karena remisi susulan Zaini Arony turun pada Selasa (15/3) siang, yang menyatakan bahwa usulan pengajuan remisi susulannya memenuhi syarat Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia (Permenkumham) Nomor 7 Tahun 2022, maka Zaini Arony diperbolehkan pulang bersama keluarganya. Zaini mendapat remisi tiga bulan yakni remisi umum dua bulan, remisi khusus dapat satu bulan.
Salah satu pertimbangan usulan remisinya diterima, jelas Akbar, dilihat dari itikad baik Zaini Arony yang telah membayar pidana denda Rp500 juta. Meskipun mendapatkan remisi tiga bulan, namun karena sisa hukuman pidana penjara hanya dua hari, maka dari itu Zaini tidak menggunakan seluruhnya.
Kepala Lapas Mataram Ketut Akbar Herry Achjar mengatakan, Zaini Aroni bebas murni tanpa harus menjalankan persyaratan apapun.
Mantan politisi Partai Golkar itu terjerat kasus korupsi perizinan penggunaan pemanfaatan lahan di tahun 2012 dan pemerasan calon investor senilai Rp1,4 miliar sehingga dihukum tujuh tahun penjara.
Baca juga: Terbukti Suap Bupati Muba, Terdakwa Suhandy Dihukum Penjara 2 Tahun 4 Bulan
Sebelum menghuni Lapas Mataram, Zaini sempat mendekam di Lapas Kerobokan Bali setelah sebelumnya ditahan di Rutan POMDAM Guntur cabang KPK pada 17 Maret 2015.
Komisi Pemberantasan Korupsi menetapkan Zaini Arony sebagai tersangka memaksa meminta suap. Dia memeras pengembang Djaja Business Group yang hendak membangun proyek lapangan golf dan ingin membuat tempat peristirahatan The Meang Peninsula Resort.
Zainy yang menjabat bupati sejak 2009 itu sengaja memeras DBG dengan cara menahan penerbitan surat persetujuan pembangunan proyek. Dia meminta imbalan sebesar Rp2 miliar bila ingin izin itu diteken. Dia juga sempat divonis 4 tahun penjara dan denda 200 juta.
Belakangan, tim kuasa hukumnya mengajukan banding atas putusan tersebut. Namun, hakim tinggi pada Pengadilan Tinggi Denpasar justru memperberat hukumannya. Dalam putusan banding-nya, hakim memperberat hukuman untuk Zaini Arony, dari 4 tahun menjadi tujuh tahun penjara dan denda Rp200 juta subsider dua bulan kurungan menjadi Rp500 juta subsider dua bulan kurungan.
Ketut Akbar Herry Achjar mengatakan, Zaini Arony sudah bebas Selasa (15/3/2022) sore pukul 18.00 wita dan dijemput langsung pihak keluarganya. Dikatakan, status bebas murni Zaini sebenarnya tinggal dua hari lagi.
"Yang bersangkutan sudah bebas murni karena telah menjalankan pidananya selama tujuh tahun. Jadi nggak ada persyaratan apapun dan tidak perlu wajib lapor lagi," ujar Ketut Akbar Herry Achjar kepada MPI (15/3).
Baca juga: Demo Tolak Pemekaran di Yahukimo Berujung Amuk Massa, 2 Orang Tewas Tertembak
Sejatinya, kata Ketut Akbar, Zaini bebas murni pada Kamis (17/3), sesuai vonis Pengadilan Tinggi Denpasar, Bali, pada 8 Januari 2016. Namun karena remisi susulan Zaini Arony turun pada Selasa (15/3) siang, yang menyatakan bahwa usulan pengajuan remisi susulannya memenuhi syarat Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia (Permenkumham) Nomor 7 Tahun 2022, maka Zaini Arony diperbolehkan pulang bersama keluarganya. Zaini mendapat remisi tiga bulan yakni remisi umum dua bulan, remisi khusus dapat satu bulan.
Salah satu pertimbangan usulan remisinya diterima, jelas Akbar, dilihat dari itikad baik Zaini Arony yang telah membayar pidana denda Rp500 juta. Meskipun mendapatkan remisi tiga bulan, namun karena sisa hukuman pidana penjara hanya dua hari, maka dari itu Zaini tidak menggunakan seluruhnya.
(nic)