Buku Anatomi Sang Kursi Sentil Nepotisme Zaman Sekarang
loading...
A
A
A
MAKASSAR - Ikatan Asosiasi Penerbit Indonesia (IKAPI) menggelar Dialog Kritis atas Buku Digital "Anatomi Sang Kursi" yang merupakan karya Moch Hasymi Ibrahim pada salah satu kafe di Kota Makassar, Sabtu (26/2/2022).
Dialog ini difasilitasi senator asal Sulsel, Ajiep Padindang. Hadir para penulis, politisi dan budayawan Sulsel.
Ajiep menilai Hasymi melalui karyanya mampu menulis dan menarasikan keadaan negara maupun sosial politik di era 1992. "Dan pada tahun ini baru terwujud dari tahun 1993 sampai 1997," sebutnya.
"Saya memprakarsai kegiatan ini, karena sekarang banyak yang mampu menulis tapi bukan penulis. Akhirnya, kualitas karyanya masih perlu diperdebatkan," tegas Anggota DPD RI ini.
Mantan Ketua Komisi A DPRD Provinsi Sulsel ini bilang sentralisasi zaman sekarang jauh lebih kejam ketimbang masa orde baru. "Bayangkan saja sebuah undang-undang dilahirkan dengan sangat sederhana. Hanya beberapa hari saja sudah terbentuk," katanya.
Ami-sapaan Hasymi, pun mengapresiasi perhatian besar dari Ajiep Padindang terhadap karyanya yang pernah dan sekarang dia kerjakan.
"Saya tidak pernah bayangkan. Motivasi utama karya ini sebenarnya cuma sekadar dokumentasi. Harapannya, pikiran-pikiran bahwa masih adakah relevansinya dengan kondisi kekinian kita," paparnya.
Ami menuturkan, buku keduanya ini bicara terkait kekuasaan. Termasuk nepotisme itu sendiri. Sesuatu yang sekarang juga masih kejadian.
"Saya melihat, para kepala daerah atau pejabat yang punya power sekarang, menyodorkan anaknya untuk jabatan apa-jabatan apa. Ada bentuk nepotisme di situ," terangnya.
Dialog ini difasilitasi senator asal Sulsel, Ajiep Padindang. Hadir para penulis, politisi dan budayawan Sulsel.
Ajiep menilai Hasymi melalui karyanya mampu menulis dan menarasikan keadaan negara maupun sosial politik di era 1992. "Dan pada tahun ini baru terwujud dari tahun 1993 sampai 1997," sebutnya.
"Saya memprakarsai kegiatan ini, karena sekarang banyak yang mampu menulis tapi bukan penulis. Akhirnya, kualitas karyanya masih perlu diperdebatkan," tegas Anggota DPD RI ini.
Mantan Ketua Komisi A DPRD Provinsi Sulsel ini bilang sentralisasi zaman sekarang jauh lebih kejam ketimbang masa orde baru. "Bayangkan saja sebuah undang-undang dilahirkan dengan sangat sederhana. Hanya beberapa hari saja sudah terbentuk," katanya.
Ami-sapaan Hasymi, pun mengapresiasi perhatian besar dari Ajiep Padindang terhadap karyanya yang pernah dan sekarang dia kerjakan.
"Saya tidak pernah bayangkan. Motivasi utama karya ini sebenarnya cuma sekadar dokumentasi. Harapannya, pikiran-pikiran bahwa masih adakah relevansinya dengan kondisi kekinian kita," paparnya.
Ami menuturkan, buku keduanya ini bicara terkait kekuasaan. Termasuk nepotisme itu sendiri. Sesuatu yang sekarang juga masih kejadian.
"Saya melihat, para kepala daerah atau pejabat yang punya power sekarang, menyodorkan anaknya untuk jabatan apa-jabatan apa. Ada bentuk nepotisme di situ," terangnya.