Kisah Perlawanan Pangeran Mangkubumi dan Raden Mas Said Singkirkan VOC
loading...
A
A
A
Tak mengherankan jika pengikut Pangeran Mangkunbumi mencapai ribuan orang. Terbukti pada 1746 saat melawan VOC, sebanyak 3.000 pasukannya mengangkat senjata. Pengikutnya terus bertambah dari waktu ke waktu. Setahun kemudian, tepatnya 1747 pengikutnya bertambah menjadi 13.000 prajurit. Termasuk pasukan berkuda yang banyaknya 2.500 prajurit.
Gelar Sri Sultan Hamengku Buwono I
Mengutip situs kratonjogja.id, era 1740 adalah masa-masa berat bagi bumi Mataram. Pemberontakan merajalela, dimulai Geger Pacina yang dipimpin Sunan Kuning dibantu Pangeran Sambernyawa atau Raden Mas Said, hingga gerakan-gerakan sporadis yang dipimpin Pangeran Sambernyawa sendiri pada hari-hari selanjutnya.
Pemberontakan itu mengakibatkan keraton harus berpindah dari Kartasura ke Surakarta pada 17 Februari 1745. Untuk memadamkan pemberontakan Sambernyawa, Raja Mataram saat itu, Susuhunan Paku Buwono II mengadakan sayembara yang disambut dan dimenangkan oleh Pangeran Mangkubumi.
Pangeran Mangkubumi kemudian bermaksud untuk mengendalikan pesisir utara Jawa sebagai langkah strategis mengurangi pengaruh VOC di bumi Mataram. Namun akibat penghianatan dan kecurangan yang dilakukan Patih Pringgoloyo yang didukung VOC, langkahnya gagal.
Pangeran Mangkubumi kemudian memutuskan untuk keluar dari lingkup istana dan memulai serangan terbuka terhadap VOC. Keputusan tersebut menuai dukungan dari Pangeran Sambernyawa.
Bersama Sambernyawa, Pangeran Mangkubumi berhasil membebaskan beberapa daerah dari cengkeraman VOC. Di sisi lain, pada akhir 1749, kondisi kesehatan Paku Buwono II semakin menurun.
Belanda memanfaatkan kondisi ini sehingga muncul traktat yang berisi penyerahan Kerajaan Mataram seluruhnya kepada VOC pada tanggal 16 Desember 1749. Hanya berselang hari, Paku Buwono II wafat dan kemudian digantikan oleh puteranya Paku Buwono III.
Mengetahui adanya kesepakatan tersebut, maka Pangeran Mangkubumi dan Sambernyawa semakin sengit bertempur. Garis depan VOC terdesak dan pasukannya banyak yang tewas. Hanya dalam hitungan bulan, hampir seluruh wilayah Kerajaan Mataram sudah berada di bawah kekuasaan Pangeran Mangkubumi.
Kegagalan menghadapi perjuangan Pangeran Mangkubumi ini mengakibatkan Gubernur Jawa Utara, Baron van Hohendroff, mengundurkan diri. Gubernur Jenderal Baron van Imhoff yang berkedudukan di Batavia juga turut merasakan tekanan atas kekalahan tersebut. Baron van Imhoff kemudian jatuh sakit hingga akhirnya meninggal dunia.
Kepimpinan Gubernur Jawa Utara di Semarang diserahkan kepada Nicholas Hartingh. Perubahan kepemimpinan VOC ini berdampak pada corak penyelesaian masalahnya.
Gelar Sri Sultan Hamengku Buwono I
Mengutip situs kratonjogja.id, era 1740 adalah masa-masa berat bagi bumi Mataram. Pemberontakan merajalela, dimulai Geger Pacina yang dipimpin Sunan Kuning dibantu Pangeran Sambernyawa atau Raden Mas Said, hingga gerakan-gerakan sporadis yang dipimpin Pangeran Sambernyawa sendiri pada hari-hari selanjutnya.
Pemberontakan itu mengakibatkan keraton harus berpindah dari Kartasura ke Surakarta pada 17 Februari 1745. Untuk memadamkan pemberontakan Sambernyawa, Raja Mataram saat itu, Susuhunan Paku Buwono II mengadakan sayembara yang disambut dan dimenangkan oleh Pangeran Mangkubumi.
Pangeran Mangkubumi kemudian bermaksud untuk mengendalikan pesisir utara Jawa sebagai langkah strategis mengurangi pengaruh VOC di bumi Mataram. Namun akibat penghianatan dan kecurangan yang dilakukan Patih Pringgoloyo yang didukung VOC, langkahnya gagal.
Pangeran Mangkubumi kemudian memutuskan untuk keluar dari lingkup istana dan memulai serangan terbuka terhadap VOC. Keputusan tersebut menuai dukungan dari Pangeran Sambernyawa.
Bersama Sambernyawa, Pangeran Mangkubumi berhasil membebaskan beberapa daerah dari cengkeraman VOC. Di sisi lain, pada akhir 1749, kondisi kesehatan Paku Buwono II semakin menurun.
Belanda memanfaatkan kondisi ini sehingga muncul traktat yang berisi penyerahan Kerajaan Mataram seluruhnya kepada VOC pada tanggal 16 Desember 1749. Hanya berselang hari, Paku Buwono II wafat dan kemudian digantikan oleh puteranya Paku Buwono III.
Mengetahui adanya kesepakatan tersebut, maka Pangeran Mangkubumi dan Sambernyawa semakin sengit bertempur. Garis depan VOC terdesak dan pasukannya banyak yang tewas. Hanya dalam hitungan bulan, hampir seluruh wilayah Kerajaan Mataram sudah berada di bawah kekuasaan Pangeran Mangkubumi.
Kegagalan menghadapi perjuangan Pangeran Mangkubumi ini mengakibatkan Gubernur Jawa Utara, Baron van Hohendroff, mengundurkan diri. Gubernur Jenderal Baron van Imhoff yang berkedudukan di Batavia juga turut merasakan tekanan atas kekalahan tersebut. Baron van Imhoff kemudian jatuh sakit hingga akhirnya meninggal dunia.
Kepimpinan Gubernur Jawa Utara di Semarang diserahkan kepada Nicholas Hartingh. Perubahan kepemimpinan VOC ini berdampak pada corak penyelesaian masalahnya.