Keteladanan Sunan Muria, Walisongo Termuda yang Mengakulturasi Budaya Jawa dan Islam

Rabu, 26 Januari 2022 - 05:05 WIB
loading...
A A A
Jika ada yang mengadakan suatu acara, maka warga sekitar akan diundang untuk mendoakan arwah atau orang yang sudah meninggal. Setelah doa selesai, masyarakat yang hadir akan disuguhi makanan sebagai bentuk terima kasih.

Tradisi yang kemudian dikenal sebagai kenduri atau kondangan ini masih bertahan sampai saat ini. Sunan Muria juga mengikuti cara Walisongo sebelumnya, yaitu menciptakan sajak dalam berbagai tembang yang sudah ada dalam masyarakat. Sunan Muria juga mengubah sajak dalam tembang Kinanti dan tembang Sinom. Tembang Kinanti memiliki makna kasih sayang orang tua terhadap anak. Sedangkan, tembang Sinom berisi petuah untuk para remaja.

Sunan Muria menjunjung tinggi toleransi terhadap tradisi Jawa yang sudah ada. Pada zaman itu, masyarakat Jawa sangat kuat menjalankan tradisi sehingga Islam butuh waktu agar diterima masyarakat. Sunan Muria melakukan akulturasi antara budaya Jawa dan budaya Islam dengan tidak mengurangi nilai luhur dari budaya yang sudah ada.



Sunan Muria wafat pada tahun 1551 Masehi dan dimakamkan di atas puncak Gunung Muria. Makam Sunan Muria berada di bagian utara kompleks yang terdapat dalam bangunan cungkup dengan atap sirap dua tingkat. Di bagian timurnya terdapat makam dari putri Sunan Muria yang bernama Raden Ayu Nasiki. Sedangkan, pada bagian selatan mihrab terdapat makam dari Panembahan Pengulu Jogodipo, putra Sunan Muria.

Sebagai sosok yang berpengaruh di masyarakat, Sunan Muria memiliki banyak peninggalan yang berunsur Islam. Dari Masjid Sunan Muria, situs air gentong, pari joto, pakis haji, hingga bulusan dan kayu adem jati. Masjid Sunan Muria terletak di puncak Gunung Muria di ketinggian 1.600 meter di atas permukaan laut. Di dalam masjid terdapat beberapa benda yang pernah biasa dipakai oleh Sunan Muria semasa hidup. Untuk mencapai ke sana, pengunjung harus berjalan sejauh 3 km.

Masjid Sunan Muria sering mengalami perubahan, tapi beberapa bagiannya masih dipertahankan sampai saat ini. Salah satu bagian yang dipertahankan adalah tempat imamyang menjorok ke dalam. Hal ini memiliki makna bahwa umat Islam harus mementingkan kepentingan akhirat daripada duniawi. Benda lain yang dipertahankan keasliannya adalah bedug yang terbuat dari kayu jati dengan ukiran naga serta ayam jantan.
(aww)
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1521 seconds (0.1#10.140)