Teruslah Berlari San, Kenali Temanmu dan Hilangkan Racun Gadget
loading...
A
A
A
"Jadi melawan kecanduan gadget itu dengan aktifitas bermain. Anak-anak harus dolanan dan membiarkan mereka bermain dengan beraneka macam permainan yang mereka sukai," katanya.
Kecanduan gawai, katanya, menjadi sebuah racun bagi anak. Mereka akan pusing dan terus berontak ketika tak diberikan kesempatan untuk memegang gawai. "Makanya racun itu harus dikeluarkan pada anak. Ada satu hari khusus yang mereka harus didetoks untuk menghilangkan kecanduan itu," imbuhnya.
Semua permainan yang ada di KLG merupakan jenis tradisional. Permainan lintas generasi yang tak lekang oleh zaman. Permainan itu, bagi generasi saat ini masih menjadi hal yang baru. Pasalnya, di beberapa kota besar permainan itu sudah tak lagi terlihat di perkampungan.
"Kami coba melatih anak-anak kerjasama dan tanggung jawab melalui permainan itu. Mental mereka harus dikembalikan, racun dari gawai harus dikeluarkan," jelasnya.
Permainan seperti menangkap angsa, gobak sodor, melempar batu, gapiak sampai adu gundu memberikan satu edukasi pada anak untuk melatih kerjasama. Permainan itu tentu nggak bisa diperoleh ketika mereka bermain game digital di gadget.
Menjaga Literasi Anak
"Lemparlah mimpi setinggi langit, kalau pun terjatuh, biar bersandar diantara bintang-bintang," perkataan Presiden Pertama Indonesia, Soekarno itu selalu menghiasi angkasa di Indonesia. Menjaga anak-anak dengan mimpinya harus dilakukan oleh semua orang tua. Karena anak-anak adalah estafet kepemimpinan di negera ini.
Membiarkan gadget sebagai guru bagi anak-anak akan membawa sebuah generasi yang lupa akan akar sejarahnya. Mereka harus bisa memperoleh literasi sejak dini, literasi anak yang diperoleh dari permainan yang mereka sukai. Di tengah arus digital, anak-anak tetap harus bisa diajak untuk kreatif dan merawat mimpinya.
Sosiolog Anak Universitas Airlangga Surabaya, Bagong Suyanto menuturkan, ruang digital yang serba cepat menjadi pisau bermata dua bagi anak-anak. Arus yang tak bisa dibendung, namun bisa dikendalikan ketika sejak dini diberikan literasi yang baik pada anak.
Kecanduan gawai, katanya, menjadi sebuah racun bagi anak. Mereka akan pusing dan terus berontak ketika tak diberikan kesempatan untuk memegang gawai. "Makanya racun itu harus dikeluarkan pada anak. Ada satu hari khusus yang mereka harus didetoks untuk menghilangkan kecanduan itu," imbuhnya.
Semua permainan yang ada di KLG merupakan jenis tradisional. Permainan lintas generasi yang tak lekang oleh zaman. Permainan itu, bagi generasi saat ini masih menjadi hal yang baru. Pasalnya, di beberapa kota besar permainan itu sudah tak lagi terlihat di perkampungan.
"Kami coba melatih anak-anak kerjasama dan tanggung jawab melalui permainan itu. Mental mereka harus dikembalikan, racun dari gawai harus dikeluarkan," jelasnya.
Permainan seperti menangkap angsa, gobak sodor, melempar batu, gapiak sampai adu gundu memberikan satu edukasi pada anak untuk melatih kerjasama. Permainan itu tentu nggak bisa diperoleh ketika mereka bermain game digital di gadget.
Menjaga Literasi Anak
"Lemparlah mimpi setinggi langit, kalau pun terjatuh, biar bersandar diantara bintang-bintang," perkataan Presiden Pertama Indonesia, Soekarno itu selalu menghiasi angkasa di Indonesia. Menjaga anak-anak dengan mimpinya harus dilakukan oleh semua orang tua. Karena anak-anak adalah estafet kepemimpinan di negera ini.
Membiarkan gadget sebagai guru bagi anak-anak akan membawa sebuah generasi yang lupa akan akar sejarahnya. Mereka harus bisa memperoleh literasi sejak dini, literasi anak yang diperoleh dari permainan yang mereka sukai. Di tengah arus digital, anak-anak tetap harus bisa diajak untuk kreatif dan merawat mimpinya.
Sosiolog Anak Universitas Airlangga Surabaya, Bagong Suyanto menuturkan, ruang digital yang serba cepat menjadi pisau bermata dua bagi anak-anak. Arus yang tak bisa dibendung, namun bisa dikendalikan ketika sejak dini diberikan literasi yang baik pada anak.