Kisah Prajurit Estri, Pasukan Elit Perempuan Mataram yang Ditakuti Belanda
loading...
A
A
A
Korps prajurit estri yang lain berprofesi juga sebagai penyanyi, penari dan pemain musik dalam Kraton Mangkunegaran. Alhasil dari dua sumber tersebut bisa tahu bahwa prajurit ini memiliki kemampuan ganda dalam profesinya bekerja untuk istana.
Meski piawai dalam berkuda dan mengangkat senjata, namun para perempuan ini tak lupa dengan kodrat yang ada pada dirinya sebagai perempuan Jawa yang patuh.
Meskipun korps Prajurit Estri merupakan pelopor majunya kekuatan perempuan, namun ternyata belakangan berkembang informasi pemilihan anggotanya sangat diskriminatif.
Perekrutan prajurit perempuan dengan cara paksaan. Bahkan, hanya perempuan yang memiliki paras cantik yang dapat masuk menjadi prajurit. Kebanyakan anggota, perekrutannya dengan mengambil putri pejabat daerah, seperti lurah, demang, setingkat kecamatan maupun kabupaten.
Sementara menurut catatan sejarah lainnya, perempuan dengan paras paling cantik biasanya akan menjadi prajurit pengawal raja dalam Istana.Tak hanya itu, gelar Abdi-Dalem Priyayi Manggung atau Prajurit Keparak éstri, ataupun Pasukan Langenkusumo juga tersemat pada mereka.
Namun demikian, mereka lebih beruntung tidak menjadi selir raja. Pasalnya, dalam peraturan kerajaan selir tidak boleh menerima tawaran pernikahan selama raja masih hidup atau bahkan sudah meninggal.
Akan tetapi, sumber lain mengatakan, nasib korps prajurit estri sangat tragis saat waktu menjelang akhir hayat kerajaan Mangkunegaran.
Francoist Valentijn, seorang misionaris, ahli botani, dan penulis buku mencatat, istana Surakarta pada abad 18 telah terjadi eksploitasi perempuan besar-besaran.
Menurutnya, perempuan-perempuan mantan prajurit estri diperjual-belikan pada bangsawan setempat. Namun anehnya mereka justru senang dan bahagia karena menjadi istri bangsawan.
Mantan korps prajurit estri percaya bahwa suaminya kelak tak akan berani memperlakukannya secara buruk, apalagi ada ungkapan raja akan marah ketika memperlakukan buruk terhadap istri.
Bukan hanya sekarang, ternyata beberapa kerajaan di nusantara memiliki tentara yang diisi oleh perempuan untuk menjaga keamanan keraton dan kerajaan dari ancaman musuh.
Meski piawai dalam berkuda dan mengangkat senjata, namun para perempuan ini tak lupa dengan kodrat yang ada pada dirinya sebagai perempuan Jawa yang patuh.
Meskipun korps Prajurit Estri merupakan pelopor majunya kekuatan perempuan, namun ternyata belakangan berkembang informasi pemilihan anggotanya sangat diskriminatif.
Perekrutan prajurit perempuan dengan cara paksaan. Bahkan, hanya perempuan yang memiliki paras cantik yang dapat masuk menjadi prajurit. Kebanyakan anggota, perekrutannya dengan mengambil putri pejabat daerah, seperti lurah, demang, setingkat kecamatan maupun kabupaten.
Sementara menurut catatan sejarah lainnya, perempuan dengan paras paling cantik biasanya akan menjadi prajurit pengawal raja dalam Istana.Tak hanya itu, gelar Abdi-Dalem Priyayi Manggung atau Prajurit Keparak éstri, ataupun Pasukan Langenkusumo juga tersemat pada mereka.
Namun demikian, mereka lebih beruntung tidak menjadi selir raja. Pasalnya, dalam peraturan kerajaan selir tidak boleh menerima tawaran pernikahan selama raja masih hidup atau bahkan sudah meninggal.
Akan tetapi, sumber lain mengatakan, nasib korps prajurit estri sangat tragis saat waktu menjelang akhir hayat kerajaan Mangkunegaran.
Francoist Valentijn, seorang misionaris, ahli botani, dan penulis buku mencatat, istana Surakarta pada abad 18 telah terjadi eksploitasi perempuan besar-besaran.
Menurutnya, perempuan-perempuan mantan prajurit estri diperjual-belikan pada bangsawan setempat. Namun anehnya mereka justru senang dan bahagia karena menjadi istri bangsawan.
Mantan korps prajurit estri percaya bahwa suaminya kelak tak akan berani memperlakukannya secara buruk, apalagi ada ungkapan raja akan marah ketika memperlakukan buruk terhadap istri.
Bukan hanya sekarang, ternyata beberapa kerajaan di nusantara memiliki tentara yang diisi oleh perempuan untuk menjaga keamanan keraton dan kerajaan dari ancaman musuh.