RSA UGM Sebut Tingkat Kesembuhan Pasien Corona sampai 80%
loading...
A
A
A
YOGYAKARTA - Rumah Sakit Akademik (RSA) UGM secara akumulatif hingga Senin (8/6/2020) telah memeriksa 225 pasien COVID-19. Hasilnya 213 negatif dan 12 positif terinfeksi virus corona jenis baru, COVID-19. Dari
jumlah pasien COVID-19, 11 orang di antaranya sudah sembuh, sehingga tinggal satu pasien yang masih dirawat.
Direktur RSA UGM Arif Budiyanto mengatakan, meski secara umum pasien COVID-19 yang dirawat di RSA, kategori ringan-sedang, tapi secara epidemologi untuk tingkat kesembuhan pasien corona bisa 80%. Semua tergantung dari daya tahan tubuh (imunitas) pasien dan ada tidaknya penyakit penyerta (kormobid).
"Jadi kuncinya daya tahan tubuh dan pengendalian kormbobid," kata Arif Budiyanto usai peremian secara virtual gedung penanganan COVID-19 Yudistira dan Arjuna RSA UGM , Senin (8/6/2020).( )
Selain itu, faktor psikologi juga bisa mempengaruhi imunitas pasien tersebut. Sebab untuk menunggu hasil swab pertama dan kedua positif atau negarif, membutuhkan waktu yang lama. Sehingga selama menunggu hasil pasien, meski sudah tidak ada gejala COVID-18, seperti batuk dan demam tetap harus menjalani perawatan.
Karenanya selama perawatan, ada psikolog dan psikiater yang terus mendampingi dan menyapa pasien COVID-19. Hanya untuk meminimalisir kontak tetao dengan sistem darling dari ruang khusus. "Ini penting, sebab hingga sekarang belum ada obat khusus untuk pasien COVID-19, selama ini yang diberikan adalah obat standar dan vitamin guna meningkatkan imunitas," katanya.
Menurut Arif, selain merawat pasien psoitif COVID-19, RSA UGM juga menangani pasien dalam pengawasan (PDP), orang dalam pemantauan (ODP), orang tanpa gelala (OTG), dan pelaku perjalanan area tertentu
(PPAT). PDP sebanyak 116 orag, ODP 329 orang, OTG 249 orang, dan PPAT 455 orang.
"Selama ini untuk penangan ada satu ruang khusus dan 16 bed perawatan, sehingga dengan diresmikanya dua Gedung Yudistira dan Arjuna, nantinya RSA akan memiliki tempat penanganan yang terpisah dari pelayanan umum non COVID-19," katanya.
Gedung khusus penangananan COVID-19 itu diberinama zona merah. Di ruang itu ada 107 bad untuk perawatan dan ruang pelayanan medis. Diharapkan dengan adanya ruang khusus tersebut penanganan COVID-19 akan semakin optimal.
"Nantinya semua pasien COVID-19 akan dipindahkan ke gedung yang baru. Untuk tahap awal masih mengoptimalkan 30-50 bed. Namun berharap perkembangan COVID-19 terus landai," katanya.
Rektor UGM Prof Panut Mulyono mengatakan dengan semakin lengkapnya fasilitas yang dimiliki RSA UGM, maka kualitas pelayanan secara umum, pendidikan untuk para calon dokter, dan riset-riset di bidang
kesehatan akan semakin baik.
Mensesneg Prof Pratikno mengatakan, keberhasilan pembangunan gedung khusus COVID-19 tentunya tidak terlepas dari sinergi semua pihak, sehingga pembangunan di tengah krisis berjalan dengan cepat dan
efisien. "Semoga pola kerja yang cepat dan efisien yang kita lakukan selama krisis ini dapat menjadi sebuah normal baru bagi kita," katanya.
jumlah pasien COVID-19, 11 orang di antaranya sudah sembuh, sehingga tinggal satu pasien yang masih dirawat.
Direktur RSA UGM Arif Budiyanto mengatakan, meski secara umum pasien COVID-19 yang dirawat di RSA, kategori ringan-sedang, tapi secara epidemologi untuk tingkat kesembuhan pasien corona bisa 80%. Semua tergantung dari daya tahan tubuh (imunitas) pasien dan ada tidaknya penyakit penyerta (kormobid).
"Jadi kuncinya daya tahan tubuh dan pengendalian kormbobid," kata Arif Budiyanto usai peremian secara virtual gedung penanganan COVID-19 Yudistira dan Arjuna RSA UGM , Senin (8/6/2020).( )
Selain itu, faktor psikologi juga bisa mempengaruhi imunitas pasien tersebut. Sebab untuk menunggu hasil swab pertama dan kedua positif atau negarif, membutuhkan waktu yang lama. Sehingga selama menunggu hasil pasien, meski sudah tidak ada gejala COVID-18, seperti batuk dan demam tetap harus menjalani perawatan.
Karenanya selama perawatan, ada psikolog dan psikiater yang terus mendampingi dan menyapa pasien COVID-19. Hanya untuk meminimalisir kontak tetao dengan sistem darling dari ruang khusus. "Ini penting, sebab hingga sekarang belum ada obat khusus untuk pasien COVID-19, selama ini yang diberikan adalah obat standar dan vitamin guna meningkatkan imunitas," katanya.
Menurut Arif, selain merawat pasien psoitif COVID-19, RSA UGM juga menangani pasien dalam pengawasan (PDP), orang dalam pemantauan (ODP), orang tanpa gelala (OTG), dan pelaku perjalanan area tertentu
(PPAT). PDP sebanyak 116 orag, ODP 329 orang, OTG 249 orang, dan PPAT 455 orang.
"Selama ini untuk penangan ada satu ruang khusus dan 16 bed perawatan, sehingga dengan diresmikanya dua Gedung Yudistira dan Arjuna, nantinya RSA akan memiliki tempat penanganan yang terpisah dari pelayanan umum non COVID-19," katanya.
Gedung khusus penangananan COVID-19 itu diberinama zona merah. Di ruang itu ada 107 bad untuk perawatan dan ruang pelayanan medis. Diharapkan dengan adanya ruang khusus tersebut penanganan COVID-19 akan semakin optimal.
"Nantinya semua pasien COVID-19 akan dipindahkan ke gedung yang baru. Untuk tahap awal masih mengoptimalkan 30-50 bed. Namun berharap perkembangan COVID-19 terus landai," katanya.
Rektor UGM Prof Panut Mulyono mengatakan dengan semakin lengkapnya fasilitas yang dimiliki RSA UGM, maka kualitas pelayanan secara umum, pendidikan untuk para calon dokter, dan riset-riset di bidang
kesehatan akan semakin baik.
Mensesneg Prof Pratikno mengatakan, keberhasilan pembangunan gedung khusus COVID-19 tentunya tidak terlepas dari sinergi semua pihak, sehingga pembangunan di tengah krisis berjalan dengan cepat dan
efisien. "Semoga pola kerja yang cepat dan efisien yang kita lakukan selama krisis ini dapat menjadi sebuah normal baru bagi kita," katanya.
(abd)