Kisah Ki Sura Mendadak Buta usai Bikin Keris Pasopati untuk Sunan Bonang
loading...
A
A
A
RADEN Makdum Ibrahim atau Sunan Bonang suatu hari memanggil Ki Sura, seorang pandai besi di Tuban. Sunan Bonang menyerahkan pusaka cis (tombak kecil).
Kepada Ki Sura, Sunan Bonang meminta agar tombak itu dibikin pisau sunat. Namun oleh Ki Sura, cis itu justru dibuat keris berbentuk sangkelat. Sunan Bonang, ulama penyebar Islam yang juga salah satu Wali Songo itu kembali meminta Ki Sura membuat pisau sunat dari besi sisa tersebut.
Namun seperti yang pertama, Ki Sura justru mengolah tombak itu menjadi keris berbentuk pasopati. Kendati bukan yang dikehendaki, namun kedua keris tersebut tetap diterima oleh Sunan Bonang karena dianggap dapat menjadi perlengkapan para raja yang menguasai tanah Jawa.
“Tetapi Ki Sura sesudah membuat keris itu lalu sakit mata, akhirnya buta dan tidak dapat membuat keris lagi,” kata sejarawan Belanda WL Olthof dalam buku ‘Babad Tanah Jawi: Mulai dari Nabi Adam Sampai Tahun 1647’, dikutip Kamis (9/12/2021).
Babad Tanah Jawi merupakan mahakarya sastra berbentuk tembang Jawa yang menceritakan sejarah dan raja-raja Pulau Jawa. Tembang ini lantas dikonstruksi ulang menjadi tulisan dalam beberapa versi, salah satunya oleh Olthof.
Seorang pengunjung memegang keris yang dipamerkan di Balai Pemuda Surabaya,
Jawa Timur, Senin (9/11/2020). Foto/SINDOphoto
Dalam versis yang disusunnya, Olthof menceritakan Sunan Bonang menuju hutan setelah menerima keris dari Ki Sura. Putra dari Raden Rahmat atau Sunan Ampel itu melihat tonggak jati berlubang di tepi air.
Tonggak itu diamat-amati. Terbetik hatinya untuk dibuat gagang keris. Setelah sampai di rumah, dibuatlah gagang untuk keris dhapur (bentuk) pasopati dan sangkelat tadi. Begitu selesai dan dirasa pantas jika dipakai para raja, oleh Sunan Bonang gagang kedua keris itu dinamai Tunggak Semi.
Di hari Jumat, Sunan Bonang salat di masjid. Saat itu Sunan Kudus melihat mengapa dia tak memakai cis. Bercerita lah Sunan Bonang bahwa tombak kecil itu telah dijadikan dua keris.
“Sunan Kudus senang sekali melihat bentuk keris tadi, lalu dipinjam dan dibuat contoh membuat keris,” ujar Olthof. Orang yang diminta membuat keris itu seorang pandai besi bernama Ki Janas. Setelah selesai, keris pasopati dikembalikan lagi ke Sunan Bonang.
Menurut Koesni dalam ‘Pakem Pengetahuian tentang Keris’, keris dhapur pasopati diciptakan oleh Mpu Ramahadi atau Mpu Ramayadi atau juga biasa disebut Mpu Ramadi, ketika sedang menempa keris di angkasa. Dia seorang mpu keturunan dewa yang sangat sakti dan memiliki umur mencapai 110 tahun.
Kepada Ki Sura, Sunan Bonang meminta agar tombak itu dibikin pisau sunat. Namun oleh Ki Sura, cis itu justru dibuat keris berbentuk sangkelat. Sunan Bonang, ulama penyebar Islam yang juga salah satu Wali Songo itu kembali meminta Ki Sura membuat pisau sunat dari besi sisa tersebut.
Namun seperti yang pertama, Ki Sura justru mengolah tombak itu menjadi keris berbentuk pasopati. Kendati bukan yang dikehendaki, namun kedua keris tersebut tetap diterima oleh Sunan Bonang karena dianggap dapat menjadi perlengkapan para raja yang menguasai tanah Jawa.
“Tetapi Ki Sura sesudah membuat keris itu lalu sakit mata, akhirnya buta dan tidak dapat membuat keris lagi,” kata sejarawan Belanda WL Olthof dalam buku ‘Babad Tanah Jawi: Mulai dari Nabi Adam Sampai Tahun 1647’, dikutip Kamis (9/12/2021).
Babad Tanah Jawi merupakan mahakarya sastra berbentuk tembang Jawa yang menceritakan sejarah dan raja-raja Pulau Jawa. Tembang ini lantas dikonstruksi ulang menjadi tulisan dalam beberapa versi, salah satunya oleh Olthof.
Seorang pengunjung memegang keris yang dipamerkan di Balai Pemuda Surabaya,
Jawa Timur, Senin (9/11/2020). Foto/SINDOphoto
Dalam versis yang disusunnya, Olthof menceritakan Sunan Bonang menuju hutan setelah menerima keris dari Ki Sura. Putra dari Raden Rahmat atau Sunan Ampel itu melihat tonggak jati berlubang di tepi air.
Tonggak itu diamat-amati. Terbetik hatinya untuk dibuat gagang keris. Setelah sampai di rumah, dibuatlah gagang untuk keris dhapur (bentuk) pasopati dan sangkelat tadi. Begitu selesai dan dirasa pantas jika dipakai para raja, oleh Sunan Bonang gagang kedua keris itu dinamai Tunggak Semi.
Di hari Jumat, Sunan Bonang salat di masjid. Saat itu Sunan Kudus melihat mengapa dia tak memakai cis. Bercerita lah Sunan Bonang bahwa tombak kecil itu telah dijadikan dua keris.
“Sunan Kudus senang sekali melihat bentuk keris tadi, lalu dipinjam dan dibuat contoh membuat keris,” ujar Olthof. Orang yang diminta membuat keris itu seorang pandai besi bernama Ki Janas. Setelah selesai, keris pasopati dikembalikan lagi ke Sunan Bonang.
Menurut Koesni dalam ‘Pakem Pengetahuian tentang Keris’, keris dhapur pasopati diciptakan oleh Mpu Ramahadi atau Mpu Ramayadi atau juga biasa disebut Mpu Ramadi, ketika sedang menempa keris di angkasa. Dia seorang mpu keturunan dewa yang sangat sakti dan memiliki umur mencapai 110 tahun.