6 Lembar Amanat Prabu Guru Darmasiksa Pegangan Hidup di Tatar Sunda
loading...
A
A
A
Selanjutnya di lembar 2 disebutkan pentingnya mempunyai kewaspadaan akan kemungkinan direbutnya kemuliaan serta kejayaan bangsa sendiri oleh orang asing.
Di lembar 3 yang merupakan pegangan hidup, yakni harus menjaga kemungkinan orang asing merebut kabuyutan atau tanah yang disakralkan. Sebab, orang yang dapat menduduki tanah yang disakralkan yakni Galunggung akan mendapatkan kesaktian, unggul perang, berjaya, bisa mewariskan kekayaan sampai turun temurun.
Pada lembar 4 berisi nasehat kepada orang yang tidak mengindahkan aturan, termasuk melanggar pantangan diri sendiri. Orang seperti ini disebut sulit untuk diobati sebab diserang musuh yang halus.
Lembar 5 disebutkan bahwa orang yang mau mendengarkan nasihat leluhurnya akan tenteram hidupnya dan berjaya. Selain itu diminta memelihara kesempurnaan agama yang jadi pegangan hidup masyarakat.
Di lembar terakhir atau 6, putra Pabu Guru Darmasiksa yang bernama Prabu Purana menghormati dan bangga dengan ayahnya yang telah membuat ajaran atau pegangan hidup bagi masyarakat Sunda.
Disebutkan apabila Amanat Prabu Guru Darmasiksa dilaksanakan dan dipelihara maka raja pun akan tenteram dalam menjalankan tugasnya, masyarakat akan lancar mengumpulkan bahan makanan, ahli strategi akan unggul dalam perang, serta pertanian akan subur.
Prabu Guru Darmasiksa diketahui mempunyai 3 orang isteri, yakni Puteri Saungggalah yang memperoleh putera Raja Purana, Puteri Darmageng memperoleh putera Ragasuci yang bergelar Rahiyang Saunggalah, serta Puteri Dewi Suprabha (Sriwijaya) yang memperoleh putera, Rahiyang Jayagiri atau Rahiyang Jayadarma.
Rahiyang atau Rakyan Jayadarma selanjutnya menikah dengan Dyah Lembu Tal, putri dari Kerajaan Singhasari. Dari pernikahan ini lahir Raden Wijaya yang kemudian berhasil mendirikan Kerajaan Majapahit.
Dikisahkan bahwa Prabu Guru Darmasiksa sempat menyaksikan cucunya, Raden Wijaya merintis berdirinya Kerajaan Majapahit pada 1293 Masehi. Sebelum meninggal pada 1297 Masehi, Prabu Guru Darmasiksa memberikan nasehat kepada Raden Wijaya sebagai berikut.
Di lembar 3 yang merupakan pegangan hidup, yakni harus menjaga kemungkinan orang asing merebut kabuyutan atau tanah yang disakralkan. Sebab, orang yang dapat menduduki tanah yang disakralkan yakni Galunggung akan mendapatkan kesaktian, unggul perang, berjaya, bisa mewariskan kekayaan sampai turun temurun.
Pada lembar 4 berisi nasehat kepada orang yang tidak mengindahkan aturan, termasuk melanggar pantangan diri sendiri. Orang seperti ini disebut sulit untuk diobati sebab diserang musuh yang halus.
Lembar 5 disebutkan bahwa orang yang mau mendengarkan nasihat leluhurnya akan tenteram hidupnya dan berjaya. Selain itu diminta memelihara kesempurnaan agama yang jadi pegangan hidup masyarakat.
Di lembar terakhir atau 6, putra Pabu Guru Darmasiksa yang bernama Prabu Purana menghormati dan bangga dengan ayahnya yang telah membuat ajaran atau pegangan hidup bagi masyarakat Sunda.
Disebutkan apabila Amanat Prabu Guru Darmasiksa dilaksanakan dan dipelihara maka raja pun akan tenteram dalam menjalankan tugasnya, masyarakat akan lancar mengumpulkan bahan makanan, ahli strategi akan unggul dalam perang, serta pertanian akan subur.
Prabu Guru Darmasiksa diketahui mempunyai 3 orang isteri, yakni Puteri Saungggalah yang memperoleh putera Raja Purana, Puteri Darmageng memperoleh putera Ragasuci yang bergelar Rahiyang Saunggalah, serta Puteri Dewi Suprabha (Sriwijaya) yang memperoleh putera, Rahiyang Jayagiri atau Rahiyang Jayadarma.
Rahiyang atau Rakyan Jayadarma selanjutnya menikah dengan Dyah Lembu Tal, putri dari Kerajaan Singhasari. Dari pernikahan ini lahir Raden Wijaya yang kemudian berhasil mendirikan Kerajaan Majapahit.
Dikisahkan bahwa Prabu Guru Darmasiksa sempat menyaksikan cucunya, Raden Wijaya merintis berdirinya Kerajaan Majapahit pada 1293 Masehi. Sebelum meninggal pada 1297 Masehi, Prabu Guru Darmasiksa memberikan nasehat kepada Raden Wijaya sebagai berikut.