Festival Ganggong Milang Arei: Merawat Tradisi Mendoakan Arwah di Desa Batu Belubang

Senin, 08 November 2021 - 04:53 WIB
loading...
Festival Ganggong Milang Arei: Merawat Tradisi Mendoakan Arwah di Desa Batu Belubang
Merawat tradisi, warga Desa Batu Belubang, menggelar Festival Ganggong Milang Arei. Foto/MPI/Haryanto
A A A
BANGKA TENGAH - Tradisi Budaya Ganggong Milang Arei atau gangugung bersama yang biasa digelar tepat pada hari ke tujuh orang meninggal dunia, mulai banyak ditinggalkan masyarakat di sejumlah daerah di Bangka Belitung.



Untuk merawat dan menggairahkan kembali tradisi ini, warga Desa Batu Belubang, Kecamatan Pangkalan Baru, Kabupaten Bangka Tengah, menggelar Festival Seni Budaya Ganggong Milang Arei selama dua hari.



Bupati Bangka Tengah, Algafry Rahman mengatakan, akan memasukan kegaitan tradisi tersebut menjadi agenda tahunan dinas terkait. "Warga di sini sudah merintis, di mana kami ingin menyemarakkan destinasi wisata. Ini kegiatan yang didesain masyarakat Desa Batu Belubang, kami akan jadikan agenda di Kabupaten Bangka Tengah," kata Algafry, Minggu (7/11/2021).



Ia menuturkan, akan membuat kegiatan tradisi tersebut lebih meriah dengan berbagai macam gelaran seni dan budaya. "Ganggong Kirap Milang Arei ini cukup menarik, nanti ke depan kami akan kemas lebih menarik oleh Dinas Pariwasata, sehingga menjadi agenda wisata di tingkat kabupaten," ujarnya.

Kegiatan yang digelar di Pantai Tapak Antu, Desa Batu Berlubang itu, juga menampilkan ragam seni dan pemeran produk UMKM warga setempat. Ketua panitia pelaksana, Hamdani mengatakan, Milang Arei merupakan adat istiadat yang sudah dilakukan secara turun-temurun oleh masyarakat Desa Batu Belubang.



Tujuannya, untuk mendoakan orang yang sudah meninggal dunia, agar mereka ditempatkan di sisi Allah SWT. "Milang Arei ini dilakukan setelah salat duhur, pada hari ketujuh orang meninggal dunia. Biasanya dilakukan di masjid atau rumah adat. Milang Arei diisi dengan kegiatan nganggung bersama yang membawa makan pokok, kemudian disantap bersama," tutur Hamdani.

Seiring perkembangan zaman, tradisi tersebut mulai kurang diminati masyarakat, sehingga pelaksanaannya tidak segairah dahulu. " Tradisi ini masih kami lakukan, cuma sekarang minat masyarakatnya berkurang. Jadi dari sinilah kami angkat dan lestarikan lagi Kirap Nganggung ini," ucapnya.
(eyt)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2420 seconds (0.1#10.140)