Eks Menhan Amerika Sebut Trump Berusaha Memecah Belah Amerika
loading...
A
A
A
WASHINGTON - Mantan Menteri Pertahanan (Menhan) Amerika Serikat (AS) Jim Mattis, menuduh Presiden Donald Trump berusaha memecah belah negara itu. Ia juga mengecam aksi militerisasi atas respons AS terhadap kerusuhan sipil.
"Donald Trump adalah presiden pertama dalam hidup saya yang tidak mencoba menyatukan orang-orang Amerika - bahkan berpura-pura untuk mencoba pun tidak," kata Mattis dalam sebuah pernyataan yang diterbitkan secara online oleh majalah The Atlantic.
"Sebagai gantinya, dia mencoba memecah belah kita," imbuhnya seperti dikutip dari Deutsche Welle, Kamis (4/6/2020).
Mattis mengkritik penggunaan kekuatan militer Trump untuk menindak aksi protes yang sedang berlangsung atas pembunuhan polisi terhadap George Floyd, seorang pria kulit hitam tak bersenjata.
Ia juga mengatakan Trump sedang menyiapkan "konflik palsu" antara militer dan masyarakat sipil.
Mantan bos Pentagon ini juga memberikan deskripsi pedas tentang perjalanan Trump ke gereja terdekat yang bersejarah, Senin, ketika presiden berpose dengan sebuah Alkitab. (Baca juga: MNC Sekuritas Luncurkan Produk Hario Siaga Diamond)
Untuk itu, polisi pun mengambil tindakan tegas untuk membersihkan Lafayette Square, di seberang Gedung Putih, dari sebagian besar demonstran yang berlangsung damai.
Mattis mengatakan dia tidak pernah bermimpi pasukan akan diperintahkan dalam keadaan apa pun untuk melanggar hak-hak konstitusional sesama warga negara mereka.
"Apalagi untuk foto aneh seorang komandan terpilih, dengan pemimpinan militer berdiri di sampingnya," kata Mattis.
Apa yang dilakukan oleh Mattis ini adalah hal jarang dilakukan. Pasalnya di masa lalu ia sempat mengatakan tidak pantas baginya untuk mengutuk presiden yang sedang berkuasa.
Sebelumnya, Menteri Pertahanan saat ini Mark Esper tampaknya mengambil sisi yang bersebrangan denga Trump dalam pelibatan militer. Esper mengatakan ia tidak mendukung penerjunan militer untuk berpatroli di negara itu.
"Pilihan untuk menggunakan pasukan tugas aktif dalam peran penegakan hukum seharusnya hanya digunakan sebagai pilihan terakhir dan hanya dalam situasi yang paling mendesak dan mengerikan. Kami tidak berada dalam salah satu situasi itu sekarang," katanya dalam sebuah pengarahan berita.
Trump sebelumnya telah mengatakan kepada gubernur untuk memanggil Garda Nasional menahan aksi protes yang berubah menjadi kerusuhan. Ia bahkan memperingatkan akan mengirim pasukan militer untuk menghentikan aksi demonstrasi.
"Donald Trump adalah presiden pertama dalam hidup saya yang tidak mencoba menyatukan orang-orang Amerika - bahkan berpura-pura untuk mencoba pun tidak," kata Mattis dalam sebuah pernyataan yang diterbitkan secara online oleh majalah The Atlantic.
"Sebagai gantinya, dia mencoba memecah belah kita," imbuhnya seperti dikutip dari Deutsche Welle, Kamis (4/6/2020).
Mattis mengkritik penggunaan kekuatan militer Trump untuk menindak aksi protes yang sedang berlangsung atas pembunuhan polisi terhadap George Floyd, seorang pria kulit hitam tak bersenjata.
Ia juga mengatakan Trump sedang menyiapkan "konflik palsu" antara militer dan masyarakat sipil.
Mantan bos Pentagon ini juga memberikan deskripsi pedas tentang perjalanan Trump ke gereja terdekat yang bersejarah, Senin, ketika presiden berpose dengan sebuah Alkitab. (Baca juga: MNC Sekuritas Luncurkan Produk Hario Siaga Diamond)
Untuk itu, polisi pun mengambil tindakan tegas untuk membersihkan Lafayette Square, di seberang Gedung Putih, dari sebagian besar demonstran yang berlangsung damai.
Mattis mengatakan dia tidak pernah bermimpi pasukan akan diperintahkan dalam keadaan apa pun untuk melanggar hak-hak konstitusional sesama warga negara mereka.
"Apalagi untuk foto aneh seorang komandan terpilih, dengan pemimpinan militer berdiri di sampingnya," kata Mattis.
Apa yang dilakukan oleh Mattis ini adalah hal jarang dilakukan. Pasalnya di masa lalu ia sempat mengatakan tidak pantas baginya untuk mengutuk presiden yang sedang berkuasa.
Sebelumnya, Menteri Pertahanan saat ini Mark Esper tampaknya mengambil sisi yang bersebrangan denga Trump dalam pelibatan militer. Esper mengatakan ia tidak mendukung penerjunan militer untuk berpatroli di negara itu.
"Pilihan untuk menggunakan pasukan tugas aktif dalam peran penegakan hukum seharusnya hanya digunakan sebagai pilihan terakhir dan hanya dalam situasi yang paling mendesak dan mengerikan. Kami tidak berada dalam salah satu situasi itu sekarang," katanya dalam sebuah pengarahan berita.
Trump sebelumnya telah mengatakan kepada gubernur untuk memanggil Garda Nasional menahan aksi protes yang berubah menjadi kerusuhan. Ia bahkan memperingatkan akan mengirim pasukan militer untuk menghentikan aksi demonstrasi.
(boy)