Kisah Asmara Pangeran Diponegoro, Pria Romantis Dipaksa Menikah Kedua Kali untuk Kepentingan Politis
loading...
A
A
A
Pernikahan kedua Diponegoro dengan putri Raden Tumenggung Notowijoyo III ini dirayakan secara besar-besaran, pada 27 Februari 1807. Pernikahan ini bahkan dicatat secara detail dalam surat-surat residen pemerintahan Belanda.
Salah satu hadiah resmi dari residen Belanda, adalah perkamen semacam kertas tulis dari kulit binatang, sepanjang lima kaki atau sekitar 1,5 meter. Hal ini menunjukkan bahwa kedua pasangan ini telah melek huruf kala itu.
Sebelum menikahi Raden Ajeng Supadmi, Diponegoro dan istrinya hanya mengenal tiga bulan. Pernikahan kedua Diponegoro ini pun tak bertahan lama. Konon Diponegoro dikisahkan tak terlalu bahagia dengan pernikahannya.
Usai menikah sang istri kedua Diponegoro, memilih tinggal di Keputren dalam lingkungan Keraton Yogyakarta. Namun Pangeran Diponegoro tidak pernah menyebut-nyebut istrinya yang keduanya ini.
Bahkan dalam pandangan Diponegoro II, ada sekat antara istri pertama dan kedua Pangeran Diponegoro. Diponegoro II menggambarkan ibu tirinya memiliki perilaku arogan dan tidak adil terhadap istri pertama ayahnya, yang juga ibu kandungnya Madungbroto. Hal ini karena Madungbroto berasal dari kelas sosial lebih rendah, yang wafat dalam usia muda, sebelum pecahnya Perang Jawa.
Lihat Juga: Kisah Tumenggung Pati Pembisik Sultan Amangkurat I Meredam Konflik Kesultanan Mataram dengan Banten
Salah satu hadiah resmi dari residen Belanda, adalah perkamen semacam kertas tulis dari kulit binatang, sepanjang lima kaki atau sekitar 1,5 meter. Hal ini menunjukkan bahwa kedua pasangan ini telah melek huruf kala itu.
Sebelum menikahi Raden Ajeng Supadmi, Diponegoro dan istrinya hanya mengenal tiga bulan. Pernikahan kedua Diponegoro ini pun tak bertahan lama. Konon Diponegoro dikisahkan tak terlalu bahagia dengan pernikahannya.
Baca Juga
Usai menikah sang istri kedua Diponegoro, memilih tinggal di Keputren dalam lingkungan Keraton Yogyakarta. Namun Pangeran Diponegoro tidak pernah menyebut-nyebut istrinya yang keduanya ini.
Bahkan dalam pandangan Diponegoro II, ada sekat antara istri pertama dan kedua Pangeran Diponegoro. Diponegoro II menggambarkan ibu tirinya memiliki perilaku arogan dan tidak adil terhadap istri pertama ayahnya, yang juga ibu kandungnya Madungbroto. Hal ini karena Madungbroto berasal dari kelas sosial lebih rendah, yang wafat dalam usia muda, sebelum pecahnya Perang Jawa.
Lihat Juga: Kisah Tumenggung Pati Pembisik Sultan Amangkurat I Meredam Konflik Kesultanan Mataram dengan Banten
(eyt)