Kisah Asmara Pangeran Diponegoro, Pria Romantis Dipaksa Menikah Kedua Kali untuk Kepentingan Politis

Sabtu, 09 Oktober 2021 - 09:55 WIB
loading...
Kisah Asmara Pangeran Diponegoro, Pria Romantis Dipaksa Menikah Kedua Kali untuk Kepentingan Politis
Pangeran Diponegoro, sosok pemberani yang melawan penjajah Belanda. Foto/Ist.
A A A
Pangeran Diponegoro, dikenal memiliki keberanian yang tak pernah mati. Pria yang dikenal dengan sapaan Pangeran dari Goa Selarong ini, begitu heroik mengobarkan perang melawan Belanda, hingga pasukan Hindia Belanda dibuat kelimpungan.



Di balik kegarangannya di medan perang. Pangeran Diponegoro ternyata merupakan pria romantis. Dia sempat menikah dengan sejumlah wanita cantik. Kisah percintaannya juga memiliki makna yang cukup mendalam.



Peneliti dan penulis tentang Pangeran Diponegoro, Peter Carey dalam bukunya yang berjudul "Takdir Riwayat Pangeran Diponegoro 1785-1855", menyebutkan Diponegoro muda menikah pertama kali pada 1803 Masehi.



Dalam pernikahan tersebut, Diponegoro mempersunting anak Kiai Gede Dadapan, ulama terkemuka di Desa Dadapan. Putri ulama terkemuka bernama Raden Ayu Retno Madubrongto, memberikan putra pertama bagi Pangeran Diponegoro.

Putra sulung tersebut diberi nama Raden Mas Ontowiroyo atau yang dikenal dengan Pangeran Diponegoro II. Dari sang putra sulung inilah kisah-kisah heroik dan asmara Pangeran Diponegoro ditulis, melalui Babad Dipanagara Surya Ngalam.

Selang beberapa tahun kemudian, Diponegoro dipaksa menikah oleh orang tuanya. Ia dibujuk kedua orang tuanya untuk menikah lagi dengan putri Bupati Panolan, atau sekarang Cepu Randublatung, bernama Raden Ajeng Supadmi. Pernikahan ini tak bisa dilepaskan dari strategi politis ayah Diponegoro, Sultan Hamengku Buwono III.



Pernikahan kedua Diponegoro dengan putri Raden Tumenggung Notowijoyo III ini dirayakan secara besar-besaran, pada 27 Februari 1807. Pernikahan ini bahkan dicatat secara detail dalam surat-surat residen pemerintahan Belanda.

Salah satu hadiah resmi dari residen Belanda, adalah perkamen semacam kertas tulis dari kulit binatang, sepanjang lima kaki atau sekitar 1,5 meter. Hal ini menunjukkan bahwa kedua pasangan ini telah melek huruf kala itu.

Sebelum menikahi Raden Ajeng Supadmi, Diponegoro dan istrinya hanya mengenal tiga bulan. Pernikahan kedua Diponegoro ini pun tak bertahan lama. Konon Diponegoro dikisahkan tak terlalu bahagia dengan pernikahannya.



Usai menikah sang istri kedua Diponegoro, memilih tinggal di Keputren dalam lingkungan Keraton Yogyakarta. Namun Pangeran Diponegoro tidak pernah menyebut-nyebut istrinya yang keduanya ini.

Bahkan dalam pandangan Diponegoro II, ada sekat antara istri pertama dan kedua Pangeran Diponegoro. Diponegoro II menggambarkan ibu tirinya memiliki perilaku arogan dan tidak adil terhadap istri pertama ayahnya, yang juga ibu kandungnya Madungbroto. Hal ini karena Madungbroto berasal dari kelas sosial lebih rendah, yang wafat dalam usia muda, sebelum pecahnya Perang Jawa.
(eyt)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2116 seconds (0.1#10.140)