Langgar Larangan Pernikahan Sunda-Majapahit, Berujung Duel Brutal 2 Raja Sedarah

Sabtu, 09 Oktober 2021 - 07:23 WIB
loading...
Langgar Larangan Pernikahan Sunda-Majapahit, Berujung Duel Brutal 2 Raja Sedarah
Gapura Jedong atau Candi Jedong berupa bangunan gapura dengan tipe paduraksa, merupakan salah satu peninggalan masa kejayaan Majapahit yang terletak di lerang utara Gunung Gajah Mungkur. Foto/SINDOnews/Ali Masduki
A A A
Perang Bubat yang terjadi antara Majapahit, dengan Sunda, menyisakan kepiluan dan kepahitan di antara kedua wilayah kerajaan di tanah Jawa tersebut. Gajah Mada yang dituduh menggagalkan pernikahan Raja Hayam Wuruk dengan putri Sunda, kian memperkeruh hubungan kedua kerajaan.



Dikisahkan dalam buku "Hitam Putih Pajajaran: Dari Kejayaan hingga Keruntuhan Kerajaan Pajajaran" tulisan Fery Taufiq El Jaquene, pasca kejadian Perang Bubat terjadi pernikahan antara kerabat Dewa Niskala, dengan salah satu pengungsi dari Majapahit.



Saat itu Kerajaan Majapahit memang tengah mengalami kemunduran. Wilayahnya pun diserang sehingga membuat warganya mengungsi hingga ke Jawa Barat, Ibu Kota Kawali, Galuh. Namun pernikahan antara raja Kerajaan Galuh dengan perempuan asal Majapahit, memicu kemarahan Raja Susuktunggal.



Apalagi kala itu Kerajaan Galuh terpecah menjadi dua bagian usai Raja Galuh Rahyang Wastu wafat. Pecahan pertama dipimpin oleh Raja Dewa Niskala, pecahan kedua dipimpin oleh Raja Susuktunggal. Raja Dewa Niskala dan Raja Susuktunggal ini memiliki gelar yang sama.

Maka ulah Dewa Niskala menikah dengan perempuan Majapahit dianggap Raja Susuktunggal melanggar perjanjian. Mengingat saat itu Kerajaan Sunda Galuh, telah menyepakati masyarakat Sunda tidak boleh menikah dengan masyarakat Jawa, khususnya Majapahit setelah terjadi Perang Bubat.



Pelanggaran ini membuat Raja Susuktunggal melampiaskan kemarahannya dengan bertarung melawan Raja Dewa Niskala. Sebab persoalan melanggar hukum saja, tapi sudah berhubungan harga diri masyarakat Sunda.

Agar peperangan tidak berlanjut, akhirnya dewan penasihat kedua kerajaan saling bertemu, dan membuat kesepakatan yang saling menguntungkan. Jalan perdamaian ditempuh dengan pengangkatan penguasa baru yakni bernama Jayadewata, atau sering dikenal dengan Prabu Siliwangi.
(eyt)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1922 seconds (0.1#10.140)