Kerangka Homo Sapiens Berusia 7.200 Tahun Ditemukan di Leang Panninge
loading...
A
A
A
Dia juga mengatakan, kalau dari hasil penelitian itu menunjukkan kalau Besse ini ada di kebudayaan Toala. Di Karst Maros-Pangkep sendiri kata dia, dikenal istilah kebudayaan Toala yang memiliki beberapa ciri khas.
"Kebudayaan Toala ini hidup di masa berburu dan meramu, dan asosiasi Besse ini ada di kebudayaan Toala itu. Jadi sampai sekarang kita bisa beranggapan kalau Besse ini manusia pendukung dari kebudayaan Toala. Dan ini termasuk manusia modern homo sapiens," jelasnya.
Dia juga mengatakan jika berbicara Toala, ada temuan-temuan spesifik dan sangat banyak jumlahnya di kawasan Karst Maros-Pangkep.
Terkait DNA, kata dia, dari terbitan jurnal menegaskan, kalau ada poin penting terkait unsur Besse yang mengandung genetik Denisova yang merupakan sub spesis dari homo sapiens yang ditemukan di Siberia di tahun 2010 lalu.
Dia mengatakan, hal ini dianggap spektakuler karena DNA ini ditemukan di iklim tropis di Indonesia.
"Temuan Besse itu ada unsur DNA denisova. Padahal Indonesia berada di iklim tropis. Beda dengan penemuan di Siberia itu yang berada di suhu lebih rendah dibanding Indonesia. Sehingga menjadi satubhal menarik kenapa DNA dari Besse bisa bertahan di Iklim tropis seperti yang ada di Leang Panninge," jelasnya.
Dia mengatakan, rangka perempuan yang diperkirakan memiliki usia antara 17-18 ini ini sengaja diberi nama Besse. "Besse merupakan gelar untuk putri atau perempuan Bugis-Makassar. Jadi penemuan itu untuk mennandakan kalau Besse ditemukan di Sulsel atau lebih khusus Bugis-Makassar," katanya.
Dia mengatakan, dari temuam itu sementara disimpulkan kalau Leang Panninge kemungkinannya dijadikan area bermukim di masa lalu.
"Secara morfologi gua itu memungkinkan untuk dihuni. Guanya sangat besar dan ada kemungkinan Leang Panninge dijadikan sebagai area bermukim di masa lalu," sebutnya.
"Kebudayaan Toala ini hidup di masa berburu dan meramu, dan asosiasi Besse ini ada di kebudayaan Toala itu. Jadi sampai sekarang kita bisa beranggapan kalau Besse ini manusia pendukung dari kebudayaan Toala. Dan ini termasuk manusia modern homo sapiens," jelasnya.
Dia juga mengatakan jika berbicara Toala, ada temuan-temuan spesifik dan sangat banyak jumlahnya di kawasan Karst Maros-Pangkep.
Terkait DNA, kata dia, dari terbitan jurnal menegaskan, kalau ada poin penting terkait unsur Besse yang mengandung genetik Denisova yang merupakan sub spesis dari homo sapiens yang ditemukan di Siberia di tahun 2010 lalu.
Dia mengatakan, hal ini dianggap spektakuler karena DNA ini ditemukan di iklim tropis di Indonesia.
"Temuan Besse itu ada unsur DNA denisova. Padahal Indonesia berada di iklim tropis. Beda dengan penemuan di Siberia itu yang berada di suhu lebih rendah dibanding Indonesia. Sehingga menjadi satubhal menarik kenapa DNA dari Besse bisa bertahan di Iklim tropis seperti yang ada di Leang Panninge," jelasnya.
Dia mengatakan, rangka perempuan yang diperkirakan memiliki usia antara 17-18 ini ini sengaja diberi nama Besse. "Besse merupakan gelar untuk putri atau perempuan Bugis-Makassar. Jadi penemuan itu untuk mennandakan kalau Besse ditemukan di Sulsel atau lebih khusus Bugis-Makassar," katanya.
Dia mengatakan, dari temuam itu sementara disimpulkan kalau Leang Panninge kemungkinannya dijadikan area bermukim di masa lalu.
"Secara morfologi gua itu memungkinkan untuk dihuni. Guanya sangat besar dan ada kemungkinan Leang Panninge dijadikan sebagai area bermukim di masa lalu," sebutnya.