Kisah Kramat Batok dan Karomah Kiai Uyut Gabid

Jum'at, 06 Agustus 2021 - 05:00 WIB
loading...
Kisah Kramat Batok dan Karomah Kiai Uyut Gabid
Nama Kiai Uyut Gabid bagi sebagian warga Jawa Barat khususnya Bekasi sudah tidak asing lagi. Karena makamnya di Desa Jaya Bakti, Kecamatan Cabang Bungin, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat banyak didatangi oleh masyarakat dari berbagai daerah untuk berjiarah. F
A A A
BEKASI - Nama Kiai Uyut Gabid bagi sebagian warga Jawa Barat khususnya Bekasi sudah tidak asing lagi. Karena makamnya di Desa Jaya Bakti, Kecamatan Cabang Bungin, Kabupaten Bekas i, Jawa Barat banyak didatangi oleh masyarakat dari berbagai daerah untuk berjiarah.

Namanya dikaitkan dengan keberadaan Kramat Batok yang diceritakan turun temurun.



Nabat, salah satu keturunan Uyut Gabid mengatakan, Uyut Gabid adalah seorang kiai sakti mandra guna dari Sumedang Larang yang mempunyai pesantren dan menyebarkan agama slam di daerah Sumedang. Menurut dia, semakin lama Uyut Babid menyiarkan agama Islam semakin banyak pengikutnya.

Hal ini, kata dia, yang membuat pemerintah Kolonial Belanda merasa takut dengan adanya kekuatan dan pengaruh pada Kiai Uyut Gabid. Sehingga akhirnya Pemerintah Kolonial Belanda menangkap dan membuang Uyut Gabid ke laut.

"Ini dilakukan agar jangan sampai ada makamnya sehingga menimbulkan pemujaan bagi warga dan pengikutnya. Namun dengan kesaktian dan karomahnya akhirnya Uyut Gabid terbawa ombak dan sebuah balok kayu menghampiri Uyut Gabid kemudian dijadikan penopang hingga sampai ke pesisir atau daratan di Kampung Utan Keramat Bekasi. Tapi dahulu belum bernama Kampung Utan Keramat Bekasi," tutur Nabat.

Pada saat Uyut Gabid melakukan perjalanan di sebuah hutan keramat, kata dia, melihat ada sebuah gundukan lahan kosong melingkar yang tidak ditumbuhi pohon.

"Melihat ada keanehan di tempat tersebut, Uyut Gabid akhirnya memasuki lahan kosong tersebut dan melihat ada sebuah batak kelapa berisikan nasi dan sedang dikelilingi oleh binatang – binatang buas. Namun binatang tersebut tidak saling mengusik sedangkan nasi tersebut tidak pernah habis – habis meskipun sudah di makan," kata dia.

Lalu dengan kesaktian Uyut Gabid mencoba mencari tahu dan bertemu dengan seorang kakek - kakek dan mengaku sebagai Uyut Batok dan meminta Uyut Gabid untuk mengubur batak tersebut. Kemudian dari sinilah tempat tersebut dinamakan kramat batok.

Kiai Uyut Gabid pun beserta pengikutnya tetap berjuang untuk melawan pemerintah Kolonial Belanda.

Saman Juru Kunci Kramat Batok mengatakan, setelah pertemuan dengan Uyut Batok setiap tanggal 10 Muharam Uyut Gabid selalu mengadakan syukuran bersama masyarakat setempat. Konon karena dengan ketaatan dan ketekunannya dalam beribadah sehingga Allah SWT memberikan karomah terhadap Kiai Uyut Gabid dan tempat tersebut sehingga dikenal sebagai Kramat Batok.



"Hingga hari ini kegiatan tersebut dilanjutkan oleh anak cucunya. Dalam syukuran tersebut akan disembelih seekor kerbau dan dagingnya dibagikan kepada masyarakat setempat. Selain itu keturunan Uyut Gabid mengadakan hiburan seperti tari topeng, wayang kulit dan jaipongan. Uniknya tradisi tersebut selalu ramai didatangi oleh ratusan hingga ribuan orang namun tidak terjadi keributan. Bahkan di era perjuangan Kemerdekaan Indonesia hanya dalam syukuran inilah tentara Kerajaan Belanda, pejuang kemerdekaan, para bandit dan masyarakat berkumpul dan tidak terjadi konflik di tempat tersebut. Kemudian inilah yang disebut Kramat batok," tandasnya.
(sms)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1930 seconds (0.1#10.140)