Masyarakat Harus Lebih Sabar Jalani PPKM, Jangan Mudah Terprovokasi
loading...
A
A
A
"Orang-orang ini lebih mementingkan diri sendiri, mengesampingkan hal yang lebih besar dan kemaslahatan yang lebih besar. Dia tidak sadar bahwa dirinya hidup pada suatu sistem yang diatur oleh negara demi kemaslahatan masyarakat seluruhnya," tegasnya.
Sementara terkait provokasi yang justru dilakukan tokoh agama, Muflich mengatakan bahwa sebagai tokoh agama tentunya adalah figur yang berilmu. Dengan demikian, seharusnya tokoh-tokoh itu juga bertindak sesuai dengan nilai dan ajaran agama, bukan justru memperkeruh suasana.
"Akal dan akhlaknya tidak berfungsi. Banyak orang yang mempertarutkan nafsu dengan tidak berpedoman dengan wahyu. Sehingga mungkin saat ini kita ini seperti masuk ke era jahiliyah," ujarnya.
Di sisi lain, ia mengakui bahwa situasi yang sedang terjadi ini memang sangat sulit dan merupakan ujian berat bagi penyelenggara negara, terutama untuk memastikan masyarakat terbebas dari rasa takut dan kelaparan.
"Penyelenggara negara harus menyadari bahwa suatu penduduk negeri harus diperjuangkan untuk terbebas dari kelaparan dan rasa takut, sehingga ini menjadi ujian berat bagi pemerintah," tuturnya.
Muflich berharap bahwa upaya moderasi beragama haruslah diaplikasikan kepada generasi penerus bangsa. Hal ini agar generasi penerus disiapkan dan dididik supaya membekali diri dari gangguan, hambatan, tantangan dan ancaman, terutama menghadapi kondisi seperti pandemi COVID-19.
Generasi muda bangsa harus memiliki integritas moral tinggi, kejujuran, kebenaran, nilai-nilai kemanusiaan, nilai inklusif dalam berbangsa agar tidak mudah terjerat provokasi bahkan radikalisme yang justru merugikan.
"Kita ajak mereka kembali kepada tuntunan Alquran dan sunnah serta kearifan lokal, agar mereka betul-betul membekali diri, menyiapkan diri karena kedepannya tidak akan mudah," jelasnya.
Sementara terkait provokasi yang justru dilakukan tokoh agama, Muflich mengatakan bahwa sebagai tokoh agama tentunya adalah figur yang berilmu. Dengan demikian, seharusnya tokoh-tokoh itu juga bertindak sesuai dengan nilai dan ajaran agama, bukan justru memperkeruh suasana.
"Akal dan akhlaknya tidak berfungsi. Banyak orang yang mempertarutkan nafsu dengan tidak berpedoman dengan wahyu. Sehingga mungkin saat ini kita ini seperti masuk ke era jahiliyah," ujarnya.
Di sisi lain, ia mengakui bahwa situasi yang sedang terjadi ini memang sangat sulit dan merupakan ujian berat bagi penyelenggara negara, terutama untuk memastikan masyarakat terbebas dari rasa takut dan kelaparan.
"Penyelenggara negara harus menyadari bahwa suatu penduduk negeri harus diperjuangkan untuk terbebas dari kelaparan dan rasa takut, sehingga ini menjadi ujian berat bagi pemerintah," tuturnya.
Muflich berharap bahwa upaya moderasi beragama haruslah diaplikasikan kepada generasi penerus bangsa. Hal ini agar generasi penerus disiapkan dan dididik supaya membekali diri dari gangguan, hambatan, tantangan dan ancaman, terutama menghadapi kondisi seperti pandemi COVID-19.
Generasi muda bangsa harus memiliki integritas moral tinggi, kejujuran, kebenaran, nilai-nilai kemanusiaan, nilai inklusif dalam berbangsa agar tidak mudah terjerat provokasi bahkan radikalisme yang justru merugikan.
"Kita ajak mereka kembali kepada tuntunan Alquran dan sunnah serta kearifan lokal, agar mereka betul-betul membekali diri, menyiapkan diri karena kedepannya tidak akan mudah," jelasnya.
(shf)