Masyarakat Harus Lebih Sabar Jalani PPKM, Jangan Mudah Terprovokasi
loading...
A
A
A
JAKARTA - Perpanjangan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di masa pandemi COVID-19 ini menjadi keputusan berat yang harus diambil pemerintah.
Baca juga: 300 Guru Karawang Terpapar COVID-19, 20 Orang Meninggal
Keputusan disambut pro dan kontra. Presiden Lajnah Tanfidziyah (LT) Syarikat Islam Indonesia, KH Muflich Chalif Ibrahim menyatakan masyarakat harus lebih bersabar agar tidak dimanfaatkan oleh kelompok yang ingin memprovokasi, mengajak membangkang dan berbuat anarki.
Baca juga: Warga Tasikmalaya Hilang Terjatuh dari Kapal Feri di Selat Bali
Muflich mengungkapkan keprihatinannya terkait maraknya provokasi dan mispersepsi oleh masyarakat terkait kebijakan pemerintah di masa pandemi ini.
"Situasi kondisi yang dihadapi masyarakat tentunya berbeda. Kemampuan masyarakat juga tidak sama, kadar akalnya pun juga berbeda-beda. Ini yang membuat masyarakat mudah diprovokasi dengan hoax," ungkapnya di Jakarta, Jumat (29/7/2021).
Untuk itu, Muflich meminta sosialisasi penanganan pandemi COVID-19 harus digalakkan dan dijelaskan dengan sebaik mungkin. Hal itu agar masyarakat sadar dan dapat menerima keputusan itu dengan baik. Masyarakat harus diyakinkan bahwa keputusan pemerintah tersebut adalah upaya untuk menyelamatkan masyarakat agar terhindar dari penyebaran COVID-19.
"Sosialisasi (terkait kebijakan di masa pandemi) ini harus dijelaskan seterang-terangnya kepada seluruh masyarakat. Mengingat cara pandang masyarakat yang berbeda-beda. Ini yang harus terus dilakukan baik itu oleh pemerintah, tokoh masyarakat dan juga tokoh agama,” tuturnya.
Muflich menambahkan, dalam kondisi seperti perbedaan penerimaan di masyarakat masih wajar. Karena itu semua harus sabar dan bisa mengendalikan diri agar upaya mengatasi pandemi COVID-19 berhasil.
Terkait pelanggar kebijakan PPKM Darurat, ia menilai hal itu terjadi karena egoisme dari oknum yang tidak peduli orang lain, lingkungan dan sistem yang ada. Dia menyebut, oknum tersebut tidak sadar ada di sebuah sistem dan memiliki berbagai peran sebagai masyarakat dari sebuah negara. Sehingga cenderung tidak memikirkan kemaslahatan umat.
Baca juga: 300 Guru Karawang Terpapar COVID-19, 20 Orang Meninggal
Keputusan disambut pro dan kontra. Presiden Lajnah Tanfidziyah (LT) Syarikat Islam Indonesia, KH Muflich Chalif Ibrahim menyatakan masyarakat harus lebih bersabar agar tidak dimanfaatkan oleh kelompok yang ingin memprovokasi, mengajak membangkang dan berbuat anarki.
Baca juga: Warga Tasikmalaya Hilang Terjatuh dari Kapal Feri di Selat Bali
Muflich mengungkapkan keprihatinannya terkait maraknya provokasi dan mispersepsi oleh masyarakat terkait kebijakan pemerintah di masa pandemi ini.
"Situasi kondisi yang dihadapi masyarakat tentunya berbeda. Kemampuan masyarakat juga tidak sama, kadar akalnya pun juga berbeda-beda. Ini yang membuat masyarakat mudah diprovokasi dengan hoax," ungkapnya di Jakarta, Jumat (29/7/2021).
Untuk itu, Muflich meminta sosialisasi penanganan pandemi COVID-19 harus digalakkan dan dijelaskan dengan sebaik mungkin. Hal itu agar masyarakat sadar dan dapat menerima keputusan itu dengan baik. Masyarakat harus diyakinkan bahwa keputusan pemerintah tersebut adalah upaya untuk menyelamatkan masyarakat agar terhindar dari penyebaran COVID-19.
"Sosialisasi (terkait kebijakan di masa pandemi) ini harus dijelaskan seterang-terangnya kepada seluruh masyarakat. Mengingat cara pandang masyarakat yang berbeda-beda. Ini yang harus terus dilakukan baik itu oleh pemerintah, tokoh masyarakat dan juga tokoh agama,” tuturnya.
Muflich menambahkan, dalam kondisi seperti perbedaan penerimaan di masyarakat masih wajar. Karena itu semua harus sabar dan bisa mengendalikan diri agar upaya mengatasi pandemi COVID-19 berhasil.
Terkait pelanggar kebijakan PPKM Darurat, ia menilai hal itu terjadi karena egoisme dari oknum yang tidak peduli orang lain, lingkungan dan sistem yang ada. Dia menyebut, oknum tersebut tidak sadar ada di sebuah sistem dan memiliki berbagai peran sebagai masyarakat dari sebuah negara. Sehingga cenderung tidak memikirkan kemaslahatan umat.