Hadapi Krisis Energi, Anak Muda di Purwakarta Ciptakan Kompor Berbahan Bakar Air
loading...
A
A
A
PURWAKARTA - Berkat kreativitas dan ide yang cemerlang, sekelompok anak muda di Desa Gandamekar, Kecamatan Plered, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, berhasil menciptakan kompor berbahan bakar air .
"Selain air, untuk bahan bakar ini sebetulnya diperlukan oli bekas. Tapi kami lebih menyebutnya kompor air, karena memang memamfaatkan air untuk uap yang berfungsi menyeburkan api, macam kompor semawar," kata Kordinator Karang Taruna Desa Gandamekar, Dede Ruhiat (33), Sabtu (10/07/2021).
Dede menceritakan, kompor air diciptakan karena keperluan pengolahan sampah yang dikelola kelompok karang taruna di desanya. Dari beberapa jenis sampah ada yang diolah menjadi pupuk organik dan daur ulang lain seperti kerajinan, serta ada juga yang harus dimusnahkan dengan cara dibakar. Sementara harga bahan bakar minyak dan elpiji non subsidi cukup mahal.
"Atas dasar itu kami berinovasi membuat kompor yang bahan bakarnya tidak menggunakan gas atau minyak. Dan terciptalah kompor air ini," tutur dia. Sampai saat ini kompor air ciptaan kelompok pemuda di Desa Gandamekar rutin menjadi alat untuk membakar sampah.
Kompor ini memiliki api besar dan bisa memusnahkan sampah samapai menjadi debu. Untuk memusnahkan satu ton sampah, menurut Dede, hanya membutuhkan 5 liter air, dan 5 liter oli bekas untuk bahan bakarnya.
Karena cukup ekonomis, ada warga yang ingin dibuatkan kompor ini dan digunakan untuk memasak gorengan. Tapi kompor untuk memasak gorengan dibuatkan kompor air kecil. Tidak hanya masyarakat di desanya, sampai saat ini kompor air ciptaan pemuda desa ini sudah dipesan oleh warga dari luar kota.
"Karena sempat dibuat video di Youtube, jadi ada yang pesan. Kami sudah membuat enam unit kompor air. Dua dianyaranya di pesan oleh warga Solo, dan Cirebon. Kalau yang mau dibuatkan silahkan. Tapi memang biaya untuk membuat kompor ini cukup mahal. Butuh biaya hampir Rp1 juta untuk satu unit kompor. Tapi memang biaya bahan bakarnya murah, cukup dengan air dan oli bekas saja," ujar Dede.
Ditanya soal dukungan pemerintah soal inovasi kompor air ini, Dede mengaku belum ada. Dede menyambut baik jika memang ada pihak-pihak yang ingin mendorong produksi kompor air.
"Terus terang, kami keterbatasan biaya jika harus komersialisasikan produk ini. Kalau memang dibutuhkan dan dinilai bermamfaat, untuk masyarakat mungkin diperlukan penyempurnaan . Terutama dari segi bentuk dan tentunya dari leber standar keamanannya, meskipun sejauh ini cukup aman digunakan," tutup Dede.
"Selain air, untuk bahan bakar ini sebetulnya diperlukan oli bekas. Tapi kami lebih menyebutnya kompor air, karena memang memamfaatkan air untuk uap yang berfungsi menyeburkan api, macam kompor semawar," kata Kordinator Karang Taruna Desa Gandamekar, Dede Ruhiat (33), Sabtu (10/07/2021).
Dede menceritakan, kompor air diciptakan karena keperluan pengolahan sampah yang dikelola kelompok karang taruna di desanya. Dari beberapa jenis sampah ada yang diolah menjadi pupuk organik dan daur ulang lain seperti kerajinan, serta ada juga yang harus dimusnahkan dengan cara dibakar. Sementara harga bahan bakar minyak dan elpiji non subsidi cukup mahal.
Baca Juga
"Atas dasar itu kami berinovasi membuat kompor yang bahan bakarnya tidak menggunakan gas atau minyak. Dan terciptalah kompor air ini," tutur dia. Sampai saat ini kompor air ciptaan kelompok pemuda di Desa Gandamekar rutin menjadi alat untuk membakar sampah.
Kompor ini memiliki api besar dan bisa memusnahkan sampah samapai menjadi debu. Untuk memusnahkan satu ton sampah, menurut Dede, hanya membutuhkan 5 liter air, dan 5 liter oli bekas untuk bahan bakarnya.
Karena cukup ekonomis, ada warga yang ingin dibuatkan kompor ini dan digunakan untuk memasak gorengan. Tapi kompor untuk memasak gorengan dibuatkan kompor air kecil. Tidak hanya masyarakat di desanya, sampai saat ini kompor air ciptaan pemuda desa ini sudah dipesan oleh warga dari luar kota.
"Karena sempat dibuat video di Youtube, jadi ada yang pesan. Kami sudah membuat enam unit kompor air. Dua dianyaranya di pesan oleh warga Solo, dan Cirebon. Kalau yang mau dibuatkan silahkan. Tapi memang biaya untuk membuat kompor ini cukup mahal. Butuh biaya hampir Rp1 juta untuk satu unit kompor. Tapi memang biaya bahan bakarnya murah, cukup dengan air dan oli bekas saja," ujar Dede.
Ditanya soal dukungan pemerintah soal inovasi kompor air ini, Dede mengaku belum ada. Dede menyambut baik jika memang ada pihak-pihak yang ingin mendorong produksi kompor air.
"Terus terang, kami keterbatasan biaya jika harus komersialisasikan produk ini. Kalau memang dibutuhkan dan dinilai bermamfaat, untuk masyarakat mungkin diperlukan penyempurnaan . Terutama dari segi bentuk dan tentunya dari leber standar keamanannya, meskipun sejauh ini cukup aman digunakan," tutup Dede.
(eyt)